BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seseorang merasakan keadaan udara pada suatu saat adalah panas sekali
akan tetapi orang lain hanya merasakan panas biasa saja. Jadi apa yang
dirasakan dan dilihat oleh indera adalah sangat subjektif. Untuk
menghilangkan subjektivitas ini kemudian digunakan alat-alat pengamatan
(instrumen).
Meteorologi ilmiah (scientific meteorology) telah berkembang sejak
ditemukannya termometer oleh Galileo (1593), barometer oleh Toricelli
(1643) sistem penghubung yang cepat. Ini adalah tonggak pertama dalam
perkembangan pertanian meteorologi. Masih banyak lagi yang harus di
lakukan untuk menyempurnakan peralatan baik dalam prinsip dan
mekanismenya maupun dalam ketelitian alat-alat pengamatan masing-masing
komponen cuaca.
Manusia tidak bisa lepas dari kesalahan. Operator bisa saja salah
dalam mengamati data atau tidak disiplin dalam jadwal pencatatan.
Perilaku ini menyebabkan data yang dikumpulkan menjadi keliru
sehingga dapat merugikan bagi masyarakat yang membutuhkan informasi
tersebut.
Untuk mengatasi semua itu kini telah banyak diciptakan
stasiun cuaca otomatis (Automatic Weather Station) yang dijual di
pasaran. Hal ini tentunya memudahkan bagi lembaga masyarakat,
instansi pemerintah maupun swasta terkait dalam melakukan kegiatan
pengamatan cuaca. Akan tetapi harganya yang masih relatif mahal membuat
kalangan tertentu manjadi sulit untuk memperolehnya. Oleh karena
itu stasiun cuaca otomatis yang murah, akurat dan mudah dioperasikan
menjadi pilihan dimasa-masa sekarang ini.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
- Dapat mengetahui cara kerja peralatan ukur unsur iklim/cuaca
- Dapat mengetahui cara pengamatan unsur iklim/cuaca
- Dapat mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan unsur iklim/cuaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Unsur-unsur klimatologi dan cuaca seperti suhu dan kelembaban udara,
curah hujan, intensitas penyinaran matahari, kecepatan dan arah
angin serta unsur lainnya merupakan faktor yang sangat penting dalam
usaha pertanian. Dan pengukuran besaran-besaran tersebut lazim
dilakukan di stasiun-stasiun klimatologi. Cara dan alat ukur di stasiun
meteorologi dan klimatologi di Indonesia umumnya masih secara
manual, yang hasil kelengkapan dan keakuratan datanya sangat
tergantung kepada manusia pencatatnya. Beberapa alat pencatat
otomatis buatan pabrik sudah digunakan, tetapi harganya relatif masih
mahal.
Pengukuran dan pencatatan tentang iklim/cuaca yang penting dalam
pertanian antara lain : curah hujan (jumlah dan intensitas hujan),
evaporasi (permukaan tanah dan tanaman), radiasi matahari (lama
penyinaran dan intemnsitas penyinaran matahari), kelembaban suhu atau
temperatur (udara dan tanah), dan angin (arah dan kecepatan angin).
Untuk hal itu dalam stasiun pengamatan atau pengukuran iklim/cuaca bagi
pertanian lazimnya mempunyai perlengkapan seperti berikut : shelter
(kotak stevenson), termometer suhu maksimum dan minimum, termometer bola
basah dan bola kering, termohigrograf, penakar hujan (ombrometer),
anemometer, evaporimeter, solarimeter, sunshine duration record dan
termometer tanah.
Menurut WMO (World Meteorology Organization) dalam penempatan stasiun
klimatologi pertanian diutamakan di stasiun percobaan Agronomi,
Hortikultura, Peternakan, Kehutanan, hidrologi, lembaga penelitian
tanah, Kebun raya ataupun cagar alam serta daerah yang perubahan
cuacanya sering menyebabkan kerugian terhadap produksi pertanian.
Penempatan stasiun klimatologi/meteorology sedapat mungkin memenuhi syarat antara lain :
- Sekeliling luasan terpelihara dengan tanaman penutup (rerumputan atau tanaman yang rendah) sebatas pada pengaruh gerakan angin.
- Disekitar atau dekatnya tidak ada jalan raya (jalan besar)
- Tempatnya pada tanah yang datar.
- Bebas atau jauh dari bangunan dan pohon-pohon besar.
- Letak stasiun jangan terlalu jauh dengan pengamat dan keperluan pengamatan. Hal ini akan lebih baik dalam ketepatan waktu dan kondisi yang dapat dipercaya.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai pengenalan alat-alat pengukur cuaca ini dilakukan
di stasiun klimatologi Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muaro
Jambi. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 7 Mei 2011,
dimulai pada pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 11.40 WIB.
3.2. Alat dan Bahan
- Panci Evaporasi
- Alat penangkar hujan
- AWS
- Sangkar cuaca
- Anemometer
- Alat tulis
3.3. Prosedur Praktikum
- Memperhatikan alat-alat pengukur cuaca
- Mencatat cara kerja dari masing-masing alat ukur cuaca
- Mengambil gambar masing-masing alat pengukur cuaca
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
- Sangkar Cuaca
Didalam sangkar Meteorologi dipasang alat-alat seperti Thermometer
bola kering, Thermometer bola basah, Thermometer maximum, Thermometer
minimum, dan Evaporimeter jenis piche. pada stasiun meteorologi
pertanian dan klimatologi dipasang Evaporometer jenis Keshner
tersendiri.
- Thermometer Bola Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya.
- Thermometer Bola Basah: tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
- Thermometer Maximum: Thermometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, thermometer ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet.
- Thermometer Minimum: Thermometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum. Prinsip kerja thermometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah. Selain itu peletakan thermometer harus miring sekitar 20-30 derajat, dengan posisi tabung alkohol berada di bawah. Hal ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan agar indek tidak dapat naik kembali bila sudah berada diposisi bawah (suhu minimum).
Pemasangan alat-alat meteorologi didalam sangkar dimaksudkan agar
hasil pengamatan dari tempat-tempat dan waktu yang berbeda dapat
dibandingkan satu sama lain. Selain itu, alat-alat yang terdapat
didalamnya terlindung dari radiasi matahari langsung, hujan dan debu.
Sangkar Meteorologi dibuat dari kayu yang baik ( jati/ Ulin) sehingga
tahan terhadap perubahan cuaca. Sangkar dicat putih supaya tidak banyak
menyerap radiasi panas matahari. Sangkar dipasang dengan lantainya
berada pada ketinggian 120 cm diatas tanah berumput pendek, sedangkan
letaknya paling dekat dua kali (sebaiknya empat kali) tinggi benda yang
berada di sekitarnya.
Sangkar harus dipasang kuat, berpondasi beton, sehingga tidak dapat
bergerak atau bergoyang jika angin kencang. selain itu agar angkar tidak
mudah di makan rayap.
Sangkar mempunyai dua buah pintu dan dua jendela yang
berlubang-lubang/kisi. Lubang/kisi ini memungkinkan adanya aliran udara.
Temperatur dan kelembaban udara didalam sangkar mendekati/hampir sama
dengan temperatur dan kelembaban udara diluar.
Sangkar dipasang dengan pintu membuka/menghadap Utara-Selatan,
sehingga alat-alat yang terdapat didalamnya tidak terkena radiasi
matahari langsung sepanjang tahun. jika matahari berada pada belahan
bumi selatan pintu sebelah utara yang dibuka untuk observasi atau
sebaliknya.
- AWS
AWS merupakan singkatan dari Automatic Weather Station atau alat
pengukur cuaca otomatis. Sesuai dengan namanya AWS akan mengukur cuaca
secara otomatis. AWS dapat mengukur curah hujan, laju angin, dan lain
sebagainya. AWS dapat mempermudah manusia dalam pengamatan terhadap
cuaca. Akan tetapi harganya yang masih relatif mahal membuat kalangan
tertentu manjadi sulit untuk memperolehnya. Oleh karena itu
stasiun cuaca otomatis yang murah, akurat dan mudah dioperasikan
menjadi pilihan dimasa-masa sekarang ini.
Dengan kemajuan teknologi di bidang mikroprosesor, memungkinkan
manusia untuk melakukan sesuatu yang rumit dan kompleks. Mikrokontroler
sebagai aplikasi mikroprosesor dalam sistem kendali, pun mengalami
perkembangan yang pesat. Mikrokontroler kini telah banyak diaplikasikan
dalam berbagai bidang kehidupan.
Keberadaan mikrokontroler telah mendukung perkembangan
peralatan di bidang instrumentasi yang juga didorong dengan munculnya
piranti sensor digital yang akurat dan mudah digunakan. Kemajuan
teknologi di bidang komunikasi wireless juga telah memberikan banyak
kemudahan dalam sistem penginderaan jauh (remote sensing). Ukurannya
yang kecil dan cakupan areanya yang luas menjadikan pilihan yang tepat
untuk membangun berbagai macam aplikasi di bidang telemetri.
Maka untuk memenuhi kebutuhan akan sistim pengukuran elemen iklim
dan cuaca yang otomatis, murah dan akurat serta dari pertimbangan
kemampuan mikrokontroler seperti yang telah diuraikan diatas, dalam
penelitian ini penulis ingin mengimplementasikan sebuah stasiun cuaca
otomatis yang dikendalikan oleh mikrokontroler AVR ATmega16,
datanya ditransmisikan menuju pusat pengamatan dengan sistem nirkabel
dan komputer sebagai media penampil dan perekam informasi cuaca.
- Anemometer
Angin merupakan pergerakan udara yang disebabkan karena adanya
perbedaan tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain. Dengan
adanya pergerakan udara di atmosfer ini maka terjadilah distribusi
partikel-partikel di udara, baik partikel kering (debu, asap, dsb)
maupun partikel basah seperti uap air. Pengukuran angin permukaan
merupakan pengukuran arah dan kecepatan angin yang terjadi dipermukaan
bumi dengan ketinggian antara 0.5 sampai 10 meter.
Pergerakan udara atau angin umumnya diukur dengan alat cup counter anemometer, yang didalamnya terdapat dua sensor, yaitu: cup –propeller sensor untuk kecepatan angin dan vane/ weather cock sensor untuk arah angin. Untuk pengamatan angin permukaan,Anemometer dipasang
dengan ketinggian 10 meter dan berada di tempat terbuka yang memiliki
jarak dari penghalang sejauh 10 kali dari tinggi penghalang (pohon,
gedung atau sesuatu yang menjulang tinggi). Tiang anemometer dipasang
menggunakan 3 buah labrang/ kawat penahan tiang, dimana salah satu
kawat/labrang berada pada arah utara dari tiang anemometer dan antar
labrang membentuk sudut 1200. Pemasangan penangkal petir pada
tiang anemometer merupakan faktor terpenting terutama untuk daerah
rawan petir. Hal ini mengingat tiang anemometer memiliki ketinggian 10
meter dengan ujung-ujung runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran
petir.
- Alat Penangkar Hujan Jenis Hellman
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat
mencatat sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong,
kemudian terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan
pelampung serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai
pelampung terdapat tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti
tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/
digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga
per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat
teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan
selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung
selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan
pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian
jumlah curah hujan dapat dhitung/ ditentukan dengan menghitung jumlah
garis-garis vertikal yang terdapat pada pias.
- Panci Evaporasi
Penguapan ialah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini
dapat terjadi pada setiap permukaan benda pada temperatur diatas 0 0K.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan ialah temperatur benda dan
udara, kecepatan angin, kelembaban udara, intensitas radiasi matahari
dan tekanan udara, jenis permukaan benda serta unsur-unsur yang
terkandung didalamnya. Dalam meteorologi dikenal dua istilah untuk
penguapan yaitu evaporasi dan evapotranspirasi.
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin
luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan
yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan
lain-lainnya. Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter
memerlukan perlengkapan sebagai berikut :
- Panci Bundar Besar
- Hook Gauge yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara pembacaannya berlainan.
- Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki.
- Thermometer air dan thermometer maximum/ minimum
- Cup Counter Anemometer
- Pondasi/ Alas
- Penakar hujan biasa
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini didapat kesimpulan sebagai berikut:
Kita merasakan apakah udara itu panas atau dingin, angin itu bertiup
atau tidak, hujan atau tidak dan sebagainya. Kita melihat apakah langit
berawan atau cerah, hujan turun daun-daunan ditiup angin. Semua
komponen-komponen cuaca tersebut adalah dirasakan dan diketahui sejak
dahulu kala, akan tetapi apa yang dirasakan dan dilihat oleh
masing-masing orang sangatlah berlainan.
Seseorang merasakan keadaan udara pada suatu saat adalah panas sekali
akan tetapi orang lain hanya merasakan panas biasa saja. Jadi apa yang
dirasakan dan dilihat oleh indera adalah sangat subjektif. Untuk
menghilangkan subjektivitas ini kemudian digunakan alat-alat pengamatan
(instrumen).
Alat-alat yang digunakan untuk mengamati perubahan cuaca atau alat
pengukur cuaca yang digunakan antara lain: AWS, Panci evaporasi,
anemometer, sangkar cuaca, dan penangkar hujan. Alat-alat ini memiliki
fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda sesuai dengan kriteria dari
masing-masing alat.
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008, Yogyakarta: 2008
Anonim, 2010, http://contohlaporan26.blogspot.com/2010/12/laporan-agroklimatologi.html. diakses pada 13 Mei 2011, Jambi
Anonim, 2008, http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel/2008/12/taman-alat/. diakses pada 13 Mei 2011, Jambi
0 komentar:
Posting Komentar