skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Sabtu, 14 Agustus 2010

Dormansi Benih

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, Sains dan Teknologi
Benih dikatakan dormansi apabila  benih itu sebenarnya  hidup (viable) tetapi tidak  berkecambah  walaupun diletakkan  pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat  bagi perkecambahan  dan periode dormansi  ini dapat berlangsung semusim atau tahunan  tergantung  pada tipe dormansinya (Sutopo, 2002) atau bisa  juga dikatakan  dormansi benih bisa menunjukkan  suatu keadaan dimana  benih-benih sehat  (viable) tetapi gagal  berkecambah  ketika berada  dalam kondisi yang secara normal  baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Tait and Zeiger, 1998).
Ada beberapa tipe dari dormansi  dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi didalam benih  yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-lahan atau disuatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi.
Benih yang dorman dapat menguntungkan  atau merugikan dalam penanganan benih. Keuntungannya benih yang dorman adalah dapat mencegah agar tidak berkecambah  selama penyimpanan. Sesungguhya  benih-benih yang tidak dorman seperti benih rekalsitran sagat sulit untuk ditangani, karena perkecambahan dapat terjadi selama pengangkutan atau penyimpanan sementara. Di suatu sisi, apabila dormansi sangat kompleks  dan benih membutuhkan  perlakuan awal yang khusus,  kegagalan untuk mengatasai  masalah ini dapat bersifat kegagalan perkecambahan.

Tipe Dormansi Benih

Ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.

1. Dormansi Fisik

Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:

a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air

Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, Malvaceae, Solanaceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di alam  selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih.

b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio

Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada  dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera, tipe dormansi ini biasanya dijumpai pada beberapa species gulma seperti Amaranthus sp. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus  ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara (1) Dengan melunakkan secara bertahap pericap atau kulit biji untuk memungkinkan embrio dapat berkebang, dengan perlakuan suhu tapi lamanya skarifikasi tergantung dari jenis dan tingkat dormansi, tetapi umumnya berkisar antara  tiga dan lima minggu. (2) Dengan mengekstrasi benih dari pericarp (Boland et al., 1997 dalam Schmidt, 2002).

c. Adanya zat penghambat

Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan. Penghambat perkecambahn terdapat dibeberapa tempat dalam buah atau biji. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat.

2. Dormasi fisiologis (embrio)

Pada tipe dormasi ini penyebabnya ada dalam benih yang dibedakan atas morfologi dan fisiologi.

a. Morfologi

Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih dengan embrio yang belum sempurna dijumpai contohnya pada Aracaceae (palm) dan Ginko biloba. (Borrner et al., 1997 dalam Schmidt, 2002). menemukan Pinus sp. yang tumbuh pada daerah lintang utara dan selatan dilaporkan mempunyai dormansi fisiologis. Pada benih-benih dengan tipe dormansi ini karena embrionya belum sempurna, sehingga perkecambahannya perlu ditunda, untuk itu benih-benih ini sebaiknya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya  tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah.

b. Fisiologis (ketidak masakan embrio)
 
Benih-benih dengan tipe dormansi secara fisiologis belum masak, artinya belum mampu membentuk zat yang diperlukan untuk perkecambahan, misalnya zat tumbuh seperti giberallin, dapat juga zat tumbuh telah ada tetapi tidak aktif karena adanya hambatan yang berupa zat –zat penghambat. Ada juga dijumpai tanaman tertentu yang mempunyai biji dimana perkembangan embrionya tidak secepat jaringan disekelilingnya sehingga perkecambahan dari benih-benih demikian perlu ditunda. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun tergantung jenis benih.

Perlakuan Awal Dormansi Fisik

Kebanyakan jenis dari famili leguminosae menunjukkan dormansi fisik, yang disebabkan oleh struktur morfologis dari kulit biji yang rumit. Kondisi kedap air kulit biji  legum relatif  dalam arti bahwa bermacam-macam jenis, bermacam-macam tingkatan kemasakan dan bermacam-macam individu dalam lot benih homogen menunjukkan tingkat  ketahanan terhadap penyerapan air (imbibisi) yang berbeda.
Strutur kulit biji tersebut terdiri dari 4 lapisan yang sangat berbeda, yaitu:
  •  Kuticula adalah lapisan yang paling luar yang berlilin yang bersifat menolak air.
  •  Macrosclereids atau lapisan palisade yang terdiri dari sel-sel bentuk panjang, sempit,  terbungkus rapat,  vertikal.
  •  Osteosclereids yaitu lapisan yang terdiri dari sekelompok sel yang terbungkus longgar.
  •  Lapisan parenchyma yang tersusun oleh lapisan sel yang sedikit terdifrensiasi.
Impermeabilitas ditentukan oleh dua lapisan luar, sekali lapisan-lapisan tersebuat dapat tembus air, benih dapat mudah menyerapnya. Ketebalan kulit biji dan ketebalan masing-masing  lapisan berfariasi menurut jenis (Del, 1980 dalam Schmidt 2002). Karena benih kehilangan air selama proses memasakan, sel-sel palisade dari kulit biji menjadi impermeable.
Perlakuan awal adalah perlakuan sebelum penaburan untuk menambah kecepatan dan keseragaman perkecambahan benih yang ditabur di persemaian, lapangan atau untuk pengujian. Perlakuan awal semata-mata mempercepat proses alami pemecahan dormansi.
Dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan impermeable atau penutup buah yang menghalangi imbibisi dan pertukaran gas. Fenomena ini sering disebut sebagai benih keras, istilah yang biasanya digunakan untuk benih leguminosae yang kedap air. Dormansi tipe ini adalah yang paling banyak ditemukan didaerah tropis. Karena struktur buahnya, sifat dormansi  fisik untuk semua jenis sama dan perlukuan awal yang sama dapat diberikan. Tetapi karena perbedaan anatomi antara kulit biji atau pericarp, maka sifat dari perlakuan awal mungkin berbeda. Bebagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi tipe dormansi ini, semua metode menggunakan perinsip yang sama yakni melubangi biji sedemikian rupa sehingga air dapat masuk dan penyerapan dapat berlangsung.

Perlakuan awal terhadap berbagai jenis harus disesuaikan dengan tingkat dormansi fisik.

a. Skarifikasi

Skarifikasi manual kulit biji melalui penusukan, pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk  mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani secara manual, dapat diberikan  perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak.
Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada benih legum, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan menyebar dari titik ini keseluruh permukan kulit biji dalam beberapa jam. Pada saat yang sama embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan kulit biji, tetapi daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus dihindari. Kerusakan pada daerah ini  dapat merusak benih, sedangkan kerusakan pada kotiledon tidak akan mempengaruhi perkecambahan (Kremer, 1990).

b. Air Panas

Air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui teganganyang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids (Brant et. al, 1971). Metode ini paling efektif  bila benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk mencegah kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas yang diteruskan kedalam embrio  sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Suhu tinggi dapat merusak benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan terhadap suhu berfariasi tiap jenis. Umumnya benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif tebal toleran terhadap perendaman sesaat dalam air mendidih.
Percobaan pada Casia siamea di Thailand, menunjukkan bahwa  perendaman selama (1 sd 2) menit dalam air hangat 85oC atau perendaman pada suhu air 85°C yang diikuti dengan  pendinginan selama  (12 sd 36) jam  menghasilkan persen kecambah antara (82 sd 89) persen, sedangkan perendaman lebih lama pada suhu 85°C sedikit menurunkan persen kecambah. Untuk jenis ini perendaman sesaat pada suhu yang tinggi atau  perendaman pada suhu 85oC dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan kerusakan (Kombo and Hellum, 1984 dalam Schmidt 2002).

c. Perlakuan dengan Larutan Asam

Larutan asam untuk perlakuan ini adalah asam sulfat pekat (H2SO4) asam ini menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum maupun non legum. Tetapi metode ini  tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali menjadi permeable,  karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan larutan asam harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
  1. kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi.
  2. larutan asam tidak mengenai embrio.
Pada Casia siamea, (Kombo and Hellum, 1984 dalam Schmidt 2002) menemukan bahwa  perendaman selama (15 sd 45) menit dalam larutan asam sulfat pekat (95 persen), menghasilkan perkecambahan 98 persen sedangkan perendaman  (1 sd 10) menit terlalu cepat untuk  mematahkan dormansi, sedangkan perendaman   selama  60 menit atau lebih dapat menyebabkan kerusakan.
Perlakuan asam pada Enterolobiom cyclocarpum selama 15 menit terbukti efektif, sedangkan lebih lama  (20 sd 25) menit memberikan hasil yang kurang baik (Barahman, 1996). Suginingsih, 1989 meneliti pengaruh perlakuan awal terhadap perkecambahan benih Aleurites moluccana Willd, dari hasil penelitian  ini diperoleh hasil bahwa perendaman dengan  larutan asam (H2SO4 ) selama 10 menit  dengan konsentrasi 25 persen adalah yang paling baik dengan menghasilkan perkecambahan sebesar 76 persen sedangkan perendaman dengan konsentrasi 75 persen sama sekali benih tidak tumbuh.

Source : link

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ▼  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ▼  Agustus (79)
      • Definisi beberapa jenis hutan
      • Jenis Bambu di Maluku
      • Daftar Flora Identitas Provinsi Di Indonesia
      • Tips Menjadi Seorang Peribadi Yang Disukai
      • Tips Menembak Cewek
      • 10 Efek Buruk Minuman Bersoda
      • Sesudah Sahur, Tunda Tidur
      • 8 Cara Hindari Mimpi Buruk
      • 30 Hal yg bisa Membuat Cwe Tersenyum
      • Bosan Dengan Air Putih
      • 5 Tanda Anda Tidak Bisa Kontrol Amarah
      • Langsing Berkat Diet Golongan Darah
      • Cara Terbaik untuk Putus
      • Langsing dengan Dua Gelas Air Sebelum Makan
      • Mengapa Jangan Minum Teh Saat Sahur
      • Kontrol Kolestrol Selama Ramadan
      • Kenapa Jadi Orang Terlalu Baik Bisa Merugikan
      • Mencintai untuk Saling Menyakiti
      • HIME, AISHITERU !!!!
      • Usir Stres dengan Secangkir Teh Manis
      • Trik Bercinta di Bulan Puasa
      • Mengapa Kantuk Mudah Muncul Saat Puasa
      • Puasa, Cara Tepat Bebaskan Tubuh dari Racun
      • Tips sehat, segar & bebas bau mulut selama berpuasa
      • 4 Trik Atasi Rasa Bosan Bekerja
      • 71 Situs Indonesia Dikerjai "Hacker"
      • Bahaya Menahan Buang Air Kecil
      • SETIA = selingkuh tiada akhir
      • Dormansi Benih
      • 10 FAKTA yang harus kamu ketahui tentang MIMPI
      • Metabolisme Perkecambahan
      • Pemotongan cabang (Prunning)
      • Riap Pertumbuhan
      • Metode identifikasi dan deskripsi Kebun Benih Pangkas
      • Sifat Botanis dan Penyebaran Pohon Merbau ( Intsia...
      • Daftar Fauna Identitas Provinsi Di Indonesia
      • Satwa Indonesia yang Telah Punah
      • Kategori Status Konservasi IUCN Red List
      • Satwa Indonesia yang Dilindungi
      • Kanguru Indonesia Di Papua
      • Nama Latin dan Inggris 100 Hewan (Fauna) Indonesia
      • Daftar Hewan Endemik Indonesia
      • Laporan Praktikum Biometrika Hutan Klasifikasi Gambut
      • Laporan Praktikum Biometrika Hutan Pengukuran Leaf...
      • Laporan Praktikum Biometrika Hutan Pengukuran Cada...
      • Laporan Praktikum Pertumbuhan Pohon dan Kualitas Kayu
      • Rayuan Maut' Buat Si Dia Makin Cinta
      • Pria Ini Mengaku Dinikahi Dewi Kahyangan
      • Hujan Meteor dan Tiga Planet Bermunculan
      • Justin Bieber Minta Tips Kencan
      • BPOM: Susu Formula Kerap Langgar Aturan Pengiklanan
      • Karakteristik Pohon Kenari (Canarium amboinense Ho...
      • Teknik Kultur Jaringan Jati
      • Laporan Praktikum Perlindungan dan Pengamanan Huta...
      • Laporan Praktikum Ilmu Kayu Sifat Pengerjaan Kayu
      • Laporan Ilmu Kayu Perbedaan Kayu Teras dan Kayu Gubal
      • Laporan Praktikum Ilmu Kayu Sifat Mikroskopis Kayu
      • Definisi dan Pengertian Persemaian
      • Kendala Kendala Penyediaan Benih Bermutu Genetik
      • Laporan Praktikum Ilmu Kayu Sifat Makroskopis Kayu
      • Laporan Praktikum Silvikultur Hutan Alam Identifik...
      • Laporan Praktikum Silvikultur Hutan Alam Pembibita...
      • Laporan Praktikum Silvikultur Hutan Alam Pengamata...
      • Durasi Tidur Pengaruhi Kesehatan Jantung
      • Deforestasi
      • Jam Mekkah, Terbesar di Dunia
      • Bongkahan Es Raksasa Hanyut di Laut Arktik
      • Reboisasi dan penghijauan
      • Laporan Praktikum Ekologi Analisis Vegetasi
      • TEGAKAN HUTAN | Unit Pengelolaan Hutan
      • Laporan Praktikum Ekologi Perbedaan Ekosistem Huta...
      • Laporan Praktikum Ekologi Identifikasi Liana dan E...
      • Makalah Hutan Mangrove
      • Laporan Praktikum Inventarisasi Hutan Pengukuran V...
      • Laporan Praktikum Inventarisasi Hutan Pengukuran T...
      • Laporan Praktikum Inventarisasi Hutan Pengukuran D...
      • Laporan Praktikum Klimatologi Pengenalan Alat-Alat...
      • Dengerous mission
      • akatsuki test !

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |