Author : Siti Napisah (D1D010010)
Jurusan Kehutanan Universitas Jambi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meranti termasuk keluarga Dipterocarpaceae. Secara harfiah, Dipterocarpaceae berasal dari kata latin, yaitu di = dua, carpa=carpus=sayap, yang berarti buah bersayap dua. Jenis Dipterocarpus (jenis-jenis Kruing), Cotylelobium dan Anisoptera (jenis-jenis mersawa) umumnya bersayap dua, sedangkan Hopea (jenis-jenis merawan), Parashorea dan Shorea (jenis-jenis meranti, bangkirai dan balau) memiliki sayap bervariasi antara 2-5, namun Vatica (jenis-jenis
resak) memiliki sayap yang sangat pendek bahkan tanpa sayap. Pohon
meranti memiliki bentuk batang bulat silindris, dengan tinggi total
mencapai 40-50 m. Kulit kayu rata atau beralur dalam atau dangkal,
berwarna keabu-abuan sampai coklat. Pada umumnya berbanir tinggi sampai
6-7 m. Nama kayu perdagangan meranti ditentukan dari warna kayu
gubalnya, seperti meranti Putih, meranti Kuning dan meranti merah.
Meranti pada umumnya berbunga dan berbuah 4-7 tahun sekali yang
disebut dengan musim berbuah masal. Di Arboretum Bogor ada jenis
Dipterokarpa lain yang berbuah tiap tahun yaitu Hopea odorata (merawan) dan Anisopteramarginata Musim buah masak meranti bervarisi tergantung jenis dan lokasinya. Di Hutan Penelitian Haur Bentes, Jasinga, jenis S. leprosula, S. pinanga, S. stenoptera, S. mecistopteryx buah masak pada bulan Desember-Maret, sementara Hopea mengerawan, Hopea sangal, H. odorata buah masak pada bulan Juli-September. Di Sumatra, S. parvifolia dijumpai berbuah pada bulan Desember Januari, Shorea acuminata berbuah pada bulan Oktober-Desember.
Musim buah meranti sangat menentukan ketersediaan benih, karena benih
meranti merupakan benih rekalsitran yang cepat berkecambah sehingga
tidak dapat disimpan lama. Penyimpanan akan menurunkan viabilitas
(kemampuan berkecambah) benih.
Meranti tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya berkisar antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan bijinya,
kayu ini dibedakan lebih lanjut atas meranti merah muda yang lebih
ringan dan meranti merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang
tindih di antara kedua kelompok ini, sementara jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu.
Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan
dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas
III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga
tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan
dengan tanah. Namun kayu meranti merah cukup mudah diawetkan dengan
menggunakan campuran minyak diesel dengan kreosot.
Kayu Meranti adalah salah satu jenis pohon idola. Kayu Meranti ini
tergolong kayu keras berkualitas nomor wahid. Kayu meranti mempunyai
banyak keistimewaan. Di antaranya, ‘istimewa’ karena memiliki batang
lurus, berdiameter besar, tinggi, bebas cabang, minim cacat mata kayu
(karena Meranti memiliki kemampuan pruning, yaitu pembebasan cabang
pohon) alami secara swadaya dan mandiri. Dan di antara tegakan Meranti
yang sudah tumbuh besar dan gagah, tumbuh anakan Meranti yang lemah.
Menariknya, keberadaan pohon besar itu justru melindungi anakan Meranti
(yang lemah) sehingga anakan Meranti terbantu tumbuh dengan keberadaan
Meranti besar. Tidak sebaliknya, Meranti besar menindas anakan Meranti
yang baru berkembang.
1.2. Tujuan
- Untuk mengetahui cara pembibitan meranti
- Untuk mengetahui pertumbuhan meranti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu faktor penting dalam penanaman kayu meranti, adalah
penyedian bibit yang bermutu. Penyediaan bibit meranti dapat dilakukan
pada persemaian permanen maupun persemaian tidak permanen.
Persemaian dengan menggunakan biji sangat ditentukan oleh musim. Hal
ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa persemaian menggunakan biji hanya
bisa dilakukan pada musim buah. Artinya biji yang akan disemai diambil
dari hutan dan dibudidayakan di bawah suhu 30oC dan kelembaban mencapai 90.
Berdasarakan penelitian menunjukkan bahwa meranti baru dapat berbuah
dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun sekali. Ini berarti persemaian
menggunakan biji baru dapat dilakukan dalam kurun waktu cukup lama.
Dalam persemaian biji dibutuhkan waktu 6-8 bulan untuk mencapai masa
tanam.
Penyemaian benih meranti dapat dilakukan pada bedeng semai atau bak
semai berupa bak plastik. Sebelum disemai, benih meranti diskarifikasi
terlebih dahulu yaitu dipetik sayapnya dan dipilih biji yang sehat serta
utuh. Penyemaian benih meranti dapat dilakukan pada bedeng semai atau
bak semai. Bibit dipelihara di persemaian hingga mencapai tinggi 30-50
cm, atau kurang lebih 2-3 bulan. Setelah itu, bibit siap ditanam di
lapangan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di areal pembibitan Universitas Jambi kampus
Mendalo. Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, tanggal 16 Maret 2012,
dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 09.30 WIB.
1.2. Alat dan Bahan
- Alat tulis
- Kamera (Handphone)
1.3. Cara Kerja
- Mengamati objek yang ada di lokasi
- Memotret objek
- Mengamati bibit yang ditanam
- Mencatat hasil pengamatan
BAB IV
PEMBAHASAN
Shorea sumatrana berumur 7 hari
Pada tanggal 10 Maret 2012 telah ditanam bibit Shorea sumatrana
dengan jumlah 100 buah. Penanaman dilakukan di bawah naungan pohon
sehingga intensitas cahaya yang masuk adalah 75%. Hal ini dilakukan
karena Shorea adalah pohon yang butuh naungan saat masih dalam masa pembibitan.
Setelah 7 hari, tepatnya pada tanggal 17 Maret 2012, dilakukan pengamatan terhadap bibit Shorea sumtrana
yang telah ditanam. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa dari 100
bibit yang ditanam, hanya 2 buah saja yang berkecambah. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah bibit ditanam
terlalu dalam sehingga tidak dapat berkecambah dengan cepat.
mm
Shorea sumtarana berumur 10 hari
Pada petak lainnya terdapat bibit Shorea sumatrana yang sudah ditanam selama 10 hari. Pada petak ini bibit Shorea
telah berkecambah seluruhnya dan beberapa bibit telah membelah.
Penanaman di petak ini dilakukan di bawah naungan pohon dengan
intensitas cahaya dari 50-75%.
Bibit Shorea yang ditanam dibawah naungan cahaya 50% terlihat
lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan bibit yang ditanam
dibawah naungan cahaya 75%. Bibit-bibit tersebut rata-rata telah
membelah tetapi belum mengeluarkan daun. Tinggi kecambah Shorea ini berkisar antara 4-5 cm.
Di atas polybag tanaman ini terdapat banyak serasah dan juga beberapa
semut hitam dan merah. Tetapi hal ini diperkirakan tidak akan
mengganggu ataupun menghambat pertumbuhan tanaman tersebut.
Shorea stenoptera
Shorea stenoptera ini ditanam di tempat dengan intensitas cahaya 75%. Umur dari Shorea stenoptera ini
adalah 30 hari. Pertumbuhannya dapat dikatakan sangat baik dan juga
cepat. Dari keempat bibit, terdapat satu bibit yang telah memiliki daun.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Salah satu faktor penting dalam penanaman kayu meranti, adalah
penyedian bibit yang bermutu. Penyediaan bibit meranti dapat dilakukan
pada persemaian permanen maupun persemaian tidak permanen.
Penyemaian benih meranti dapat dilakukan pada bedeng semai atau bak
semai berupa bak plastik. Sebelum disemai, benih meranti diskarifikasi
terlebih dahulu yaitu dipetik sayapnya dan dipilih biji yang sehat serta
utuh. Penyemaian benih meranti dapat dilakukan pada bedeng semai atau
bak semai. Bibit dipelihara di persemaian hingga mencapai tinggi 30-50
cm, atau kurang lebih 2-3 bulan. Setelah itu, bibit siap ditanam di
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
pagibey.blogspot.com/2010/07/budidaya-meranti/
Yasman, I, Manual Persemaian Dipterocarpaceae, Tropenbos International, Jakarta: 2002
0 komentar:
Posting Komentar