Author : Siti Napisah (D1D010010)
Jurusan Kehutanan Universitas Jambi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk
berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi),
bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak
lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga
dan sebagainya. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi
selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang.
Ilmu perkayuan mempelajari berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu
serta sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai kondisi
penanganan.
Identifikasi Kayu melalui sifat Mikroskopis kayu adalah Identifikasi terhadap Sel-Sel Penyusun Kayu yang Diamati Menggunakan Loupe atau secara mikroskopis menggunakan mikroskop.
1.2. Tujuan
- Untuk mengetahui bentuk parenkim kayu
- Untuk mengetahui bentuk pori kayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui
dengan mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan
pembesaran 10 kali. Sifat struktur yang diamati adalah :
Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah
longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori
terlihat sebagai lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil
maupun besar. Pori dapat dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi,
ukuran, jumlah dan bidang perforasi.
Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk
batu bata dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada
bidang lintang, parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna
yang lebih cerah dibanding dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim
dapat dibedakan berdasarkan atas hubungannya dengan pori, yaitu parenkim
paratrakeal (berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak
berhubungan dengan pori).
Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan
mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti
garis-garis yang sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna
sekelilingnya. Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan
keseragaman ukurannya.
Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel
kayu yang berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini
tidak selalu ada pada setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada
jenis-jenis tertentu, misalnya beberapa jenis kayu dalam famili
Dipterocarpaceae, antara lain meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops
spp), keruing (Dipterocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan
sebagainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler dibedakan atas
saluran interseluler aksial (arah longitudinal) dan saluran interseluler
radial (arah sejajar jari-jari). Pada bidang lintang, dengan
mempergunakan loupe, pada umumnya saluran interseluler aksial terlihat
sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan ukuran
yang jauh lebih kecil.
Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan
bentuknya seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada
setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya
jelutung (Dyera spp.)
Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang
bertingkat-tingkat dan biasanya terlihat pada bidang tangensial. Tanda
kerinyut juga tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya
pada jenis-jenis tertentu seperti kempas (Koompasia malaccensis) dan
sonokembang (Pterocarpus indicus).
Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara
kayu, yang terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk
kulit. Gelam tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu.
Jenis-jenis kayu yang sering memiliki gelam tersisip adalah karas
(Aquilaria spp), jati (Tectona grandis) dan api-api (Avicennia spp).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada dua hari yang berbeda, yaitu pada
hari Selasa 17 April 2012 dan Hari Jumat tanggal 24 April 2012. Praktiku
bertempat di ruang laboratorium Sumber Daya Hutan, Fakultas Pertanian
Universitas Jambi gedung Mendalo, Muaro Jambi, Jambi.
3.2. Alat dan Bahan
- Alat tulis
- Kamera (Handphone)
- Lup Kayu
3.3. Cara Kerja
- Mengamati objek yang akan diteliti dengan menggunakan lup kayu
- Mengamati bentuk-bentuk parenkim dari kayu
- Mengamatai bentuk pori/pembuluh kayu
- Mengamati hal-hal lain yang terdapat pada permukaan kayu
BAB IV
PEMBAHASAN
- Praktikum 17 April
Pada praktikum tanggal 17 April, pengamatan dilakukan terhadap
softwood dan hardwood. Pengamatan berkaitan dengan perbedaan antara
softwood dan hardwood jika dilihat dari bentuk pembuluhnya. Selain itu
dilakukan juga pengamatan terhadap perbedaan bentuk parenkim antara kayu
rengas tembaga dan juga rengas manuk.
Jika dilihat dari bentuk pori atau pembuluhnya, maka perbedaan antara
softwood, dalam hal ini adalah kayu pinus, dan hardwood, yang dalam hal
ini adalah rengas, yaitu sebagai berikut:
Kayu rengas memiliki pori yang lebih besar dibandingkan dengan pinus.
Kayu rengas memiliki pembuluh dan kayu rengas juga memiliki saluran
getah.
Kayu pinus memiliki trakeid yang lebih kecil-kecil dan terlihat
dengan mata telanjang. Kayu pinus tidak memiliki pembuluh. Dan kayu
pinus memiliki saluran resin.
Berikutnya adalah pengamatan terhadap bentuk parenkim pada kayu dan
perbedaan bentuk parenkim rengas manuk dan rengas tembaga. Dan berikut
adalah perbedaan dari kedua kayu tersebut:
Rengas tembaga memiliki pori yang dapat dilihat dengan mata
telanjang. Rengas tembaga memiliki pembuluh dan juga memiliki saluran
getah. Bentuk pembuluh atau pori-pori dari rengas tembaga adalah
pori-pori tunggal. Bentuk parenkim dari kayu ini adalah apotrakeal.
Rengas manuk memiliki pori besar dan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Rengas manuk memiliki pembuluh dan juga memiliki saluran
getah. Bentuk pori atau pembuluh dari rengas manuk adalah pori-pori
ganda dua. Bentuk parenkim dari kayu rengas manuk adalah parenkim yang
berhubungan dengan pori atau paratrakeal.
- Praktikum 24 April
Pada praktikum tanggal 24 April yang lalu, objek yang diamati adalah
tembesu rawa dan tembesu kasang. Pengamatan dilakukan terhadap perbedaan
pembuluh atau pori dari kedua kayu tersebut. Selain itu, dilakukan juga
pengamatan mengenai perbedaan bentuk pembuluh atau pori dari kedua
objek dan juga mengamati kristal yang ada pada permukaan kayu.
Setelah dilakukan pengamatan, maka didapatlah hasil sebagai berikut:
- Kayu tembesu kasang memiliki pembuluh atau pori yang lebih besar dibandingkan dengan tembesu rawa. Tembesu kasang mempunyai kristal-kirstal di permukaan kayunya. Pembuluh yang terdapat pada tembesu kasang mengelompok antara 2 sampai 3 pembuluh.
- Kayu tembesu rawa memiliki pembuluh atau pori yang lebih kecil dibandingkan dengan tembesu kasang. Pembuluh dari tembesu rawa terpisah-pisah atau tidak mengelompok dan juga banyak. Tembesu rawa tidak memiliki kristal di permukaan kayunya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
- Kayu rengas memiliki pori yang lebih besar dibandingkan dengan pinus. Kayu rengas memiliki pembuluh dan kayu rengas juga memiliki saluran getah.
- Kayu pinus memiliki trakeid yang lebih kecil-kecil dan terlihat dengan mata telanjang. Kayu pinus tidak memiliki pembuluh. Dan kayu pinus memiliki saluran resin.
- Rengas tembaga memiliki pori yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Rengas tembaga memiliki pembuluh dan juga memiliki saluran getah. Bentuk pembuluh atau pori-pori dari rengas tembaga adalah pori-pori tunggal. Bentuk parenkim dari kayu ini adalah apotrakeal.
- Rengas manuk memiliki pori besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Rengas manuk memiliki pembuluh dan juga memiliki saluran getah. Bentuk pori atau pembuluh dari rengas manuk adalah pori-pori ganda dua. Bentuk parenkim dari kayu rengas manuk adalah parenkim yang berhubungan dengan pori atau paratrakeal.
- Kayu tembesu kasang memiliki pembuluh atau pori yang lebih besar dibandingkan dengan tembesu rawa. Tembesu kasang mempunyai kristal-kirstal di permukaan kayunya. Pembuluh yang terdapat pada tembesu kasang mengelompok antara 2 sampai 3 pembuluh.
- Kayu tembesu rawa memiliki pembuluh atau pori yang lebih kecil dibandingkan dengan tembesu kasang. Pembuluh dari tembesu rawa terpisah-pisah atau tidak mengelompok dan juga banyak. Tembesu rawa tidak memiliki kristal di permukaan kayunya.
DAFTAR PUSTAKA
http://sylvesterunila.blogspot.com
id.wikipedia.org/wiki/Kayu
0 komentar:
Posting Komentar