Author :
- Siti Napisah (D1D010010)
- Desi Nur'aini (D1D010035)
- Santia Agustini (D1D010037)
- Agung Jalpa (D1D010043)
- Singgih Hadi (D1D010045)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Isu pemanasan global yang disebabkan oleh pelepasan
emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi topik yang menglobal. Negara –
negara emitter mempunyai suatu komitmen untuk menurunkan emisi
dari berbagai aktifitas ekonomi yang dilakukannya. Skema
penurunan emisi dirancang dalam kegiatan Aforestasi dan
Reforestasi Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development
Mechanism atau A/R CDM). Kegiatan CDM difokuskan kepada sektor
industri (Murdiyarso, 2005). Selain CDM, kegiatan yang berkaitan
dengan pemanasan global yakni Penurunan Emisi dari
Deforestasi dan Degradasi Reducing Emission from Deforestation and
Degradation (REDD). REDD merupakan suatu inisiasi Pemerintah
Indonesia pada CoP ke-13 di Bali, yang menitik beratkan
kepada kegiatan konservasi dan pelestarian kawasan hutan.
Pada CoP ke-15 di Kopenhagen Tahun 2009, Pemerintah
Indonesia mempunyai suatu komitmen pada Tahun 2020 untuk
menurunkan emisi sebesar 26 persen dengan kekuatan
sendiri, dan sebesar 41 persen dengan bantuan multilateral,
dengan target laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. REDD
berkembang menjadi REDD+, dimana selain penurunan emisi dari
deforestasi dan degradasi, juga bertujuan untuk pengayaan karbon,
pengembangan keragaman hayati, dan penurunan kemiskinan masyarakat
sekitar kawasan hutan (Satgas REDD+, 2011).
Kawasan hutan yang terdegradasi yang dikonservasi
atau yang tetap lestari, menurut skema REDD+, dapat
merupakan suatu peluang untuk mendapatkan insentif
karbon. Insentif karbon diperoleh dengan tidak melakukan penebangan
hutan untuk diambil kayunya, tetapi diperoleh dari besarnya perhitungan
tambahan serapan karbon. Besarnya tambahan serapan karbon dari jenis
tanaman hutan dapat dinilai sebagai suatu jasa dalam perdagangan karbon
(Murdiyarso, 2007). Selain dari spesies tanaman hutan, karet adalah
jenis tanaman dengan pohon berkayu dan bercabang,
dapat merupakan potensi untuk mendapatkan kredit karbon
yang dapat dimanfaatkan pada lahan degradasi atau kritis.
Luas lahan kritis pada kawasan hutan di Indonesia sampai Tahun 2008
mencapai sekitar 59,17 juta hektar dari total seluruhnya seluas 77,81
juta hektar, dan yang tergolong lahan sangat kritis sekitar 6,89 juta
hektar (Kementerian Kehutanan RI. 2009).
Indonesia merupakan produsen karet utama dunia dengan luas perkebunan
rakyat pada tahun Tahun 2011 sekitar 2,90 juta hektar , dari total luas
perkebunan karet termasuk yang dikelola oleh perusahaan
sekitar 3,40 juta hektar . Karet rakyat sebagian besar
diusahakan dengan pola tanaman campuran (polikultur),
yang merupakan andalan bagi sebagian besar petani Indonesia
sebagai sumber nafkah yang utama (Ditjenbun, 2011). Karet
selain diusahakan pada areal penggunaan lain (APL),
dengan terbitnya Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia (Permenhut) Nomor P.49/Menhut-11/2008 dapat
dikembangkan pada kawasan hutan produksi yang belum
dibebani hak melalui Program Hutan Desa untuk
mensejahterakan masyarakat sambil melestarikan kawasan
hutan.
Isu lingkungan merupakan topik yang sedang ramai dibicarakan
masyarakat dunia dalam beberapa tahun terakhir. Setelah Pangan dan
energi isu lainnya adalah pemanasan global (global warming). Banyak
faktor dituding sebagai pemicu yang dapat mempercepat melelehnya es di
belahan kutub utara maupun selatan dunia. Bahan bakar fosil (minyak bumi
dan batubara) memberikan kontribusi tertinggi penyebab pemanasan
global. Beberapa sumber menyebutkan bahwa deforestrasi (penggundulan
hutan) disertai pembakaran menyumbangkan seperlima bagian dalam
pemanasan global. Hasil dari aktivitas tersebut adalah terlepasnya
berjuta-ton carbon ke udara yang telah difiksasi oleh tanaman hutan
selama bertahun-tahun.
Pada 15 tahun lalu diperkirakan lebih dari 1 milyar ton karbon dalam
bentuk gas CO2 dilepaskan ke udara, pada saat ini tentunya angka
tersebut sangat jauh terlampaui mengingat laju kerusakan paru-paru dunia
yang sangat cepat. Pemerintah bersama stake holdernya harus serius
dalam menghambat laju deforestrasi yang cukup cepat di Indonesia. Pelaku
deforestrasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada perusahaan saja
tetapi juga masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Banyak hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, salah satu
caranya adalah dengan pembangunan kebun karet (Hevea brasiliensis) di
sekitar kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat.
Perkebunan karet dapat berperan sebagai buffer zone yang dapat
mengurangi laju penebangan hutan. Dengan adanya program tersebut
diharapkan dapat menggantikan sumber pendapatan masyarakat di sekitar
hutan yang tadinya berasal dari penjualan kayu hutan menjadi petani
karet. Tanaman karet merupakan tanaman dengan daya adaptabilitas yang
tinggi sehingga tanaman ini mudah tumbuh dimana saja, jika dilihat dari
persyaratan tumbuhnya terutama agroklimat, tanaman karet cukup sesuai
dikembangkan di sebagian besar wilayah Indonesia.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui secara langsung cara pengukuran cadangan karbon pada suatu areal
- Untuk mengetahui seberapa besar kandungan karbon yang tersimpan di hutan karet muda Fakultas Pertanian Universitas Jambi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman merupakan makhluk hidup yang sangat efektif dalam menambat
karbon dari udara, proses tersebut terjadi melalui fotosintesis.
Asimilat hasil fotosintesis selanjutnya dijadikan sebagai bahan penyusun
tubuh tanaman (daun, batang, akar, dsb). Salah satu tanaman perkebunan
yang cukup efektif dalam memfiksasi karbon adalah karet. Dalam satu
siklusnya (+27 tahun)
sebanyak 318,7 ton karbon dapat difiksasi tanaman ini dalam setiap
hektarnya (sumber: sivakumaran, 2000). Jumlah ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah karbon yang difiksasi tanaman kelapa sawit
selama satu siklus hidupnya (+ 25 tahun) yang hanya sebesar 90 ton/ha (sumber: Chan, 1980).
Data Ditjenbun tahun 2008 menunjukkan bahwa luas areal tanaman karet
di Indonesia mencapai 3,3 juta hektar dan terluas di dunia. Setidaknya
lebih dari 30 juta ton karbon dapat difiksasi dalam setiap tahunnya.
Dapat dibayangkan berapa besar gas rumah kaca hasil pembakaran bahan
bakar fosil yang dapat difiksasi dan berapa besar pula oksigen yang
telah diproduksi dalam setiap tahunnya. Melihat fakta tersebut para
pakar karet termasuk dari Indonesia, yang tergabung dalam IRRDB (International Rubber Research Institute) tengah mengupayakan perdagangan karbon (carbon trading) hasil fiksasi tanaman karet.
Sebenarnya keengganan pelaku usaha agribisnis maupun petani untuk
menanam karet adalah karena periode belum menghasilkan yang cukup lama
(4,5-5 tahun), padahal margin keuntungan usaha agribisnis ini cukup
menggiurkan terbukti dari beberapa perusahaan perkebunan negara maupun
swasta memperoleh keuntungan signifikan dari agribisnis tanaman ini.
Oleh karena itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian
lingkungan dalam agribisnis perkebunan perlu dibangun, agar selain
mendapatkan keuntungan juga secara tidak langsung dapat menyelamatkan
dunia.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, bertempat di Hutan Karet
Muda di areal Fakultas Pertanian Universitas Jambi, dan Laboratorium.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
- Pita Ukur (Meteran) berukuran panjang 50 m
- Tali Plastik berukuran panjang 100 m dan 20 m atau 40 m dan 5 m tergantung ukuran petak contoh yang akan dibuat.
- Tongkat kayu/bambu sepanjang 2.5 m untuk mengukur lebar sub plot utama ke sebelah kiri dan kanan dari garis tengah, atau 10 m untuk plot.
- Tongkat kayu/bamboo sepanjang 1.3 m untuk memberi tanda pada pohon yang akan diukur diameternya
- Patok kayu (paralon) sepanjang 1 m untuk penand apabila plot tersebut akan dijadikan plot permanen
- Pita ukur (meteran) berukuran minimal 5 m untuk mengukur lilit batang atau jangka sorong untuk mengukur diameter pohon ukuran kecil.
- Parang
- Spidol
- Koran
- Label
3.3. Prosedur Kerja
A. Pembuatan petak contoh permanen
A. Pembuatan petak contoh permanen
- Petak contoh (sub plot utama) ukuran 40 m x 5m, untuk pengukuran cadangan karbondi hutan alami, semak belukar, dan agroforestri dengan tingkat kerapatan pohon tinggi. Pohon yang diukur adalah pohon dengan diameter 5 cm hingga 30 cm (atau lingkar/lilit pohon 15-95 cm)
- Petak contoh (plot) ukuran 100 m x 20 m, plot ini dibuat jika dalam plot tersebut terdapat pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm (lingkar/lilit 95 cm), maka buatlah plot kedua yang lebih besar 100 m x 2- m. Lakukan pengukuran hanay pada pohon besar saja dengan diameter lebih dari 30 cm.
B. Pengukuran biomassa tumbuhan bawah ( understorey)
- Tempatkan kuadran bambu/kayu di dalam sub plot utama (5 m x 40 m) secara acak.
- Potong semua tumbuhan bawah (pohon berdiameter < 5 cm, herba dan rumput-rumputan) yang terdapat di dalam kuadran, pisahkan antara daun dan batang
- Masukkan ke dalam kantong plastic, beri label sesuai dengan kode sub plotnya
- Untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong kertas berisi tumbuhan bawah yang diambil dari satu plot.
- Masukkan dalam karung besar untuk mempermudah pengangkutan ke camp/laboratorium
- Timbang berat basah daun atau batang, catat beratnya dalam lembar pengamatan
- Ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomassa daun dan batang sekitar 100-300 gr. Bila biomassa contoh yang didapatkan hanya sedikit (<100 gr), maka timbang semuanya dan dijadikan sebagai sub-contoh.
- Keringkan sub-contoh biomassa tanaman yang telah diambil dalam oven pada suhu 80oC selama 48 jam.
- Timbang berat keringnya dan catat dalam lembar pengamatan
C. Pengukuran nekromassa di permukaan tanah
- Nekromassa berkayu
Ukur diameter atau lingkar batang dan panjang atau tinggi semua pohon mati yang berdiri maupun yang rooh, tunggul tanaman mati, cabang dan ranting. Pada pohon yang mati berdiri, diameter diukur pada 1,3 m di atas permukaan tanah. Pada pohon yang mati rebah cabang, ranting dan tunggul, pengukuran diameter dilakukan pada kedua ujungnya. Catat dalam lembar pengukuran
- Nekromassa tidak berkayu
Gunakan kuadran kayu/bambu, ambillah contoh seresah kasar langsung setelah pengambilan contoh biomassa tumbuhan bawah, lakukan pada sub plot dan luas kuadran yang sama dengan yang dipakai untuk pengambilan contoh biomassa tumbuhan bawah.
Ambil semua sisa-sisa bagian tanaman mati, daun-daun dan ranting-ranting gugur yang terdapat dalam tiap-tiap kuadran, masukkan kedalam kantong/koran dan diberi label sesuai dengan kode sub plotnya.
Untuk Untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong kertas berisi serasah yang diambil dari satu plot.
Keringkan semua serasah, bila sudah kering pisahkan antara serasah dengan tanah yang menempel pada serasah .Keringkan serasah dlaam oven dengan suhu suhu 80oC selama 48 jam. Timbang berat keringnya dan catat dalam lembar pengamatan.
Ambil semua sisa-sisa bagian tanaman mati, daun-daun dan ranting-ranting gugur yang terdapat dalam tiap-tiap kuadran, masukkan kedalam kantong/koran dan diberi label sesuai dengan kode sub plotnya.
Untuk Untuk memudahkan penanganan, ikat semua kantong kertas berisi serasah yang diambil dari satu plot.
Keringkan semua serasah, bila sudah kering pisahkan antara serasah dengan tanah yang menempel pada serasah .Keringkan serasah dlaam oven dengan suhu suhu 80oC selama 48 jam. Timbang berat keringnya dan catat dalam lembar pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Lembar pengukuran biomasa : Diameter dan tinggi pohon-pohon besar (diameter > 30 cm)
Nama lokasi : Agroforest Karet / Kebun Karet
Jenis Penggunaan Lahan : Kebun Karet
Nama Pengukur :
- Singgih Hadi Marwan
- Siti Napisah
- Santia Agustini
- Desi Nur’aini
- Agunk Jalpa
Tanggal/Bulan/Tahun : 7 November 2012
Ukuran Plot Contoh : 20 m x 100 m = 2000 m2
No
|
Nama Pohon
|
Bercabang/Tidak
|
K (cm)
|
D (cm)
|
ρ
|
BK-Biomasa, Kg/Pohon
|
Catatan
|
1
|
Mahoni
|
Bercabang
|
K1 : 123,5
K2 : 88,4
|
33,7
|
0,61
|
288,84163
|
|
2
|
Sengon
|
Bercabang
|
K1 : 159,2
K2 : 123,9
|
45,07
|
0,33
|
1121,5654
|
|
3
|
Sengon
|
Bercabang
|
K1 : 99,6
K2 : 107,9
|
33,03
|
0,33
|
510,1341
|
|
4
|
Sengon
|
Tidak
|
98,4
|
31,33
|
0,33
|
445,3717
|
|
5
|
Sengon
|
Tidak
|
100,7
|
31,84
|
0,33
|
464,2613
|
|
6
|
Sengon
|
Tidak
|
174,5
|
55,57
|
0,33
|
1884,1178
|
|
7
|
Sengon
|
Tidak
|
186,5
|
59,39
|
0,33
|
2440,4205
|
|
8
|
Sengon
|
Tidak
|
177,4
|
56,49
|
0,33
|
1961,4086
|
|
9
|
Sengon
|
Tidak
|
225
|
71,65
|
0,33
|
3480,9539
|
|
Total Biomasa Pohon
|
12597,07493
|
|
Pengolahan Data
- Mahoni
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,61 x exp (-1,499 + 2,148 In (33,74) + 0,207 (In (33,74))2 – 0,0281 (In (33,74)3))
(AGB)est = 283,8416 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (45,07) + 0,207 (In (45,07))2 – 0,0281 (In (45,07)3))
(AGB)est = 1121,5654 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (33,03) + 0,207 (In (33,03))2 – 0,0281 (In (33,03)3))
(AGB)est = 510,1341 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (31,33) + 0,207 (In (31,33))2 – 0,0281 (In (31,33)3))
(AGB)est = 445,3717 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (31,84) + 0,207 (In (31,84))2 – 0,0281 (In (31,84)3))
(AGB)est = 464,2613 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (55,57) + 0,207 (In (55,57))2 – 0,0281 (In (55,57)3))
(AGB)est = 1184,1178 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (59,39) + 0,207 (In (59,39))2 – 0,0281 (In (59,39)3))
(AGB)est = 2440,4205 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (56,49) + 0,207 (In (56,49))2 – 0,0281 (In (56,49)3))
(AGB)est = 1961,4086 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (71,65) + 0,207 (In (71,65))2 – 0,0281 (In (71,65)3))
(AGB)est = 3480,9539 Kg/Pohon
Rata-rata = 6,296 Kg/m2
Rata-rata = 62,96 Ton/Ha
Lembar pengukuran biomasa : Diameter dan tinggi pohon-pohon sedang (diameter 5-30 cm)
Nama lokasi : Agroforest Karet / Kebun Karet
Jenis Penggunaan Lahan : Kebun Karet
Nama Pengukur :
- Singgih Hadi Marwan
- Siti Napisah
- Santia Agustini
- Desi Nur’aini
- Agunk Jalpa
Tanggal/Bulan/Tahun : 7 November 2012
Ukuran Plot Contoh : 5 m x 40 m = 200 m2
No.
|
Nama Pohon
|
Bercabang/Tidak
|
K (cm)
|
D (cm)
|
ρ
|
BK-Biomasa, Kg/Pohon
|
Catatan
|
1
|
Karet
|
Tidak
|
23,5
|
7,48
|
0,61
|
18,8816
|
|
2
|
Sengon
|
Tidak
|
61,2
|
19,49
|
0,33
|
129,2047
|
|
3
|
Karet
|
Tidak
|
27,5
|
8,75
|
0,61
|
28,5873
|
|
4
|
Karet
|
Tidak
|
20,4
|
6,49
|
0,61
|
12,9910
|
|
5
|
Karet
|
Tidak
|
41,5
|
13,21
|
0,61
|
85,3217
|
|
6
|
Karet
|
Tidak
|
28,5
|
9,07
|
0,61
|
31,4423
|
|
7
|
Karet
|
Tidak
|
37,2
|
11,84
|
0,61
|
58,7697
|
|
Total Biomasa Pohon
|
365,1983
|
|
Pengolahan Data
- Karet
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,61 x exp (-1,499 + 2,148 In (7,48) + 0,207 (In (7,48))2 – 0,0281 (In (7,48)3))
(AGB)est = 18,8816 Kg/Pohon
- Sengon
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,33 x exp (-1,499 + 2,148 In (19,49) + 0,207 (In (19,49))2 – 0,0281 (In (19,49)3))
(AGB)est = 129,2047 Kg/Pohon
- Karet
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,61 x exp (-1,499 + 2,148 In (8,75) + 0,207 (In (8,75))2 – 0,0281 (In (8,75)3))
(AGB)est = 28,5873 Kg/Pohon
- Karet
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,61 x exp (-1,499 + 2,148 In (6,49) + 0,207 (In (6,49))2 – 0,0281 (In (6,49)3))
(AGB)est = 12,9910 Kg/Pohon
- Karet
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,61 x exp (-1,499 + 2,148 In (13,21) + 0,207 (In (13,21))2 – 0,0281 (In (13,21)3))
(AGB)est = 85,3217 Kg/Pohon
- Karet
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,61 x exp (-1,499 + 2,148 In (9,07) + 0,207 (In (9,07))2 – 0,0281 (In (9,07)3))
(AGB)est = 31,4423 Kg/Pohon
- Karet
(AGB)est = ρ x exp (-1,499 + 2,148 In (D) + 0,207 (In (D))2 – 0,0281 (In (D)3)
(AGB)est = 0,61 x exp (-1,499 + 2,148 In (11,84) + 0,207 (In (11,84))2 – 0,0281 (In (11,84)3))
(AGB)est = 58,7697 Kg/Pohon
Rata-rata = 1,8259 Kg/m2
Rata-rata = 18,259 Ton/Ha
Lembar pengukuran biomasa : Pengambilan contoh tumbuhan bawah
Nama lokasi : Agroforest Karet / Kebun Karet
Jenis Penggunaan Lahan : Kebun Karet
Nama Pengukur :
- Singgih Hadi Marwan
- Siti Napisah
- Santia Agustini
- Desi Nur’aini
- Agunk Jalpa
Tanggal/Bulan/Tahun : 7 November 2012
Ukuran Plot Contoh : 0,5 m x 0,5 m
No.
|
Sub-contoh Berat Kering (g)
|
Total Berat Kering
|
||
Batang & Daun
|
g/0,25 m2
|
g/m2
|
Ton/Ha
|
|
1
|
10,6
|
10,6
|
42,4
|
0,424
|
2
|
4,4
|
4,4
|
17,6
|
0,176
|
3
|
9,8
|
9,8
|
39,2
|
0,392
|
4
|
11,9
|
11,9
|
47,6
|
0,476
|
5
|
27,1
|
27,1
|
108,4
|
1,084
|
6
|
12,2
|
12,2
|
48,8
|
0,488
|
Total Rata-rata
|
12,6
|
50,6
|
0,5067
|
Pengolahan Data
- BK = 10,6 gr/0,25 m2
BK = 10,6 x 4 = 42,4 gr/m2
BK = 0,0424 Kg/m2
BK = 0,424 Ton/Ha
- BK = 4,4 gr/0,25 m2
BK = 4,4 x 4 = 17,6 gr/m2
BK = 0,0176 Kg/m2
BK = 0,176 Ton/Ha
- BK = 9,8 gr/0,25 m2
BK = 9,8 x 4 = 39,2 gr/m2
BK = 0,392 Kg/m2
BK = 0,392 Ton/Ha
- BK = 11,9 gr/0,25 m2
BK = 11,9 x 4 = 47,6 gr/m2
BK = 0,0476 Kg/m2
BK = 0,476 Ton/Ha
- BK = 27,1 gr/0,25 m2
BK = 27,1 x 4 = 108,4 gr/m2
BK = 0,1084 Kg/m2
BK = 1,084 Ton/Ha
- BK = 12,2 gr/0,25 m2
BK = 12,2 x 4 = 48,8 gr/m2
BK = 0,0488 Kg/m2
BK = 0,488 Ton/Ha
Rata – rata = 0,5067 Ton/Ha
Lembar pengukuran nekromasa berkayu : Diameter dan panjang nekromasa sedang (diameter 5-30 cm)
Nama lokasi : Agroforest Karet / Kebun Karet
Jenis Penggunaan Lahan : Kebun Karet
Nama Pengukur :
- Singgih Hadi Marwan
- Siti Napisah
- Santia Agustini
- Desi Nur’aini
- Agunk Jalpa
Tanggal/Bulan/Tahun : 7 November 2012
Ukuran Plot Contoh : 40 m x 5 m = 200 m2
No
|
L1 (cm)
|
L2 (cm)
|
L Rata-rata (cm)
|
D (cm)
|
H (cm)
|
BK Kg/Nekromasa
|
% Pelapukan
|
Catatan
|
1
|
24,4
|
23,5
|
23,95
|
7,62
|
100,7
|
0,045897
|
25 %
|
Tidak bercabang
|
2
|
17,2
|
15,6
|
16,40
|
5,22
|
180
|
0,038501
|
25 %
|
Tidak bercabang
|
3
|
20,8
|
18,8
|
19,80
|
6,3
|
174,3
|
0,054306
|
50 %
|
Tidak bercabang
|
4
|
22,7
|
19,3
|
21
|
6,69
|
199,4
|
0,070056
|
50 %
|
Tidak bercabang
|
5
|
17,2
|
16,3
|
16,75
|
5,33
|
136
|
0,029989
|
50 %
|
Tidak bercabang
|
|
Total
|
|
|
|
Pengolahan Data
- BK (Kg/Nekromasa) = πρHD2/40 x % pelapukan
= 3,14 x 0,4 gr/cm3 x 100,7 cm x (7,62)2/40 x 25%
= 45,899618 gr/Nekromasa
= 0,0458996 Kg/Nekromasa
- BK (Kg/Nekromasa) = πρHD2/40 x % pelapukan
= 3,14 x 0,4 gr/cm3 x 180 cm x (5,22)2/40 x 25%
= 38,50199 gr/Nekromasa
= 0,038501 Kg/Nekromasa
- BK (Kg/Nekromasa) = πρHD2/40 x % pelapukan
= 3,14 x 0,2 gr/cm3 x 174,3 cm x (6,3)2/40 x 50%
= 54,30604 gr/Nekromasa
= 0,054306 Kg/Nekromasa
- BK (Kg/Nekromasa) = πρHD2/40 x % pelapukan
= 3,14 x 0,2 gr/cm3 x 199,4 cm x (6,69)2/40 x 50%
= 70,056275 gr/Nekromasa
= 0,0700563 Kg/Nekromasa
- BK (Kg/Nekromasa) = πρHD2/40 x % pelapukan
= 3,14 x 0,2 gr/cm3 x 136 cm x (5,33)2/40 x 50%
= 29,98884 gr/Nekromasa
= 0,029989 Kg/Nekromasa
Rata-rata = 0,208912 Kg/m2
Rata-rata = 2,08912 Ton/Ha
Lembar pengukuran nekromasa : Serasah Halus
Nama lokasi : Agroforest Karet / Kebun Karet
Jenis Penggunaan Lahan : Kebun Karet
Nama Pengukur :
- Singgih Hadi Marwan
- Siti Napisah
- Santia Agustini
- Desi Nur’aini
- Agunk Jalpa
Tanggal/Bulan/Tahun : 7 November 2012
Ukuran Plot Contoh : 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
No
|
Subcontoh berat kering (g)
|
Total Berat Kering
|
||
Serasah
|
g/0,25m2
|
g/m2
|
Ton/Ha
|
|
1
|
178,7
|
178,7
|
714,8
|
7,148
|
2
|
133,7
|
133,7
|
534,8
|
5,348
|
3
|
137,3
|
137,3
|
549,2
|
5,492
|
4
|
109,5
|
109,5
|
438
|
4,38
|
5
|
105,7
|
105,7
|
422,8
|
4,228
|
6
|
133,3
|
133,3
|
533,2
|
5,332
|
|
Total Rata-rata
|
133,03
|
532,133
|
5,32133
|
Pengolahan Data
- BK = 178,7 gr/0,25 m2
= 178,7 x 4 = 714,8 gr/m2
= 0,7148 Kg/m2
= 7,148 Ton/Ha
- BK = 133,7 gr/0,25 m2
= 133,7 x 4 = 534,8 gr/m2
= 0,5348 Kg/m2
= 5,348 Ton/Ha
- BK = 137,3 gr/0,25 m2
= 137,3 x 4 = 549,2 gr/m2
= 0,5492 Kg/m2
= 5,492 Ton/Ha
- BK = 109,5 gr/0,25 m2
= 109,5 x 4 = 438 gr/m2
= 0,438 Kg/m2
= 4,38 Ton/Ha
- BK = 105,7 gr/0,25 m2
= 105,7 x 4 = 422,8 gr/m2
= 0,4228 Kg/m2
= 4,228 Ton/Ha
- BK = 133,3 gr/0,25 m2
= 133,3 x 4 = 533,2 gr/m2
= 0,5332 Kg/m2
= 5,332 Ton/Ha
Rata-rata = 5,32133 Ton/Ha
Lembar pengukuran nekromasa : Akar Halus
Nama lokasi : Agroforest Karet / Kebun Karet
Jenis Penggunaan Lahan : Kebun Karet
Nama Pengukur :
- Singgih Hadi Marwan
- Siti Napisah
- Santia Agustini
- Desi Nur’aini
- Agunk Jalpa
Tanggal/Bulan/Tahun : 7 November 2012
Ukuran Plot Contoh : 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
No
|
Subcontoh berat kering (g)
|
Total Berat Kering
|
||
Akar Halus
|
g/0,25m2
|
g/m2
|
Ton/Ha
|
|
1
|
17,7
|
17,7
|
70,8
|
0,708
|
2
|
14
|
14
|
56
|
0,56
|
3
|
13,8
|
13,8
|
55,2
|
0,552
|
4
|
20,5
|
20,5
|
82
|
0,82
|
5
|
21,2
|
21,2
|
84,8
|
0,848
|
6
|
10,5
|
10,5
|
42
|
0,42
|
|
Total Rata-rata
|
16,11
|
65,13
|
0,65
|
Pengolahan Data
- BK = 17,7 gr/0,25 m2
= 17,7 x 4 = 70,8 gr/m2
= 0,708 Ton/Ha
- BK = 14 gr/0,25 m2
= 14 x 4 = 56 gr/m2
= 0,56 Ton/Ha
- BK = 13,8 gr/0,25 m2
= 13,8 x 4 = 55,2 gr/m2
= 0,552 Ton/Ha
- BK = 20,5 gr/0,25 m2
= 20,5 x 4 = 82 gr/m2
= 0,82 Ton/Ha
- BK = 21,2 gr/0,25 m2
= 21,2 x 4 = 84,8 gr/m2
= 0,848 Ton/Ha
- BK = 10,5 gr/0,25 m2
= 10,5 x 4 = 42 gr/m2
= 0,42 Ton/Ha
Rata-rata = 3,558 Ton/Ha
Jumlah Total Karbon = 62,96 Ton/Ha + 18,259 Ton/Ha + 0,5067 Ton/Ha + 2,08912 Ton/Ha + 5,3213 Ton/Ha + 3,558 Ton/Ha
Jumlah Total Karbon = 92,6954 Ton/Ha
4.2. Pembahasan
Pengukuran cadangan karbon pada lahan agroforest karet dimulai dengan
mengukur jumlah biomasa pohon, biomasa tumbuhan bawah, nekromasa,
serasah, dan akar halus yang ada di kawasan tersebut. Setelah melakukan
pengukuran sesuai dengan metode yang ada, kemudian data-data tersebut
dimasukkan ke dalam rumus hingga diketahui hasil akhirnya yakni jumlah
kandungan karbon dalam satuan ton per hektar.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penyumbang cadangan karbon
terbesar berasal dari biomasa pohon-pohon besar, yakni 62,960 Ton/Ha.
Total cadangan karbon yang tersimpan pada pohon-pohon sedang yaitu
18,259 Ton/Ha. Untuk tumbuhan bawah, totalnya adalah 0,5067 Ton/Ha.
Nekromasa berkayu memiliki cadangan karbon sebesar 2,089 Ton/Ha.
Sedangkan serasah halus menyumbang sebesar 5,321 Ton/Ha dan akar halus
sebanyak 3,558 Ton/Ha.
Dari data di atas, maka didapatlah jumlah total dari keseluruhan
cadangan karbon yang tersimpan di lahan agroforest karet yang telah kami
analisa. Jumlah total cadangan karbon yang ada pada lahan tersebut
adalah 92,695 Ton/Ha.
Penyimpanan karbon suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi
kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah karbon tersimpan
di atas tanah (biomasa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah karbon
tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah). Untuk itu pengukuran
banyaknya karbon yang ditimbun dalam setiap lahan perlu dilakukan.
Pada umumnya tegakan yang terdapat di kebun campuran (agroforestri)
merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan karbon yang jauh lebih
besar dari pada tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan agroforest
dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan seresah yang banyak
merupakan gudang penyimpan karbon tertinggi (baik di atas maupun di
dalam tanah). Hutan juga melepaskan CO ke udara lewat respirasi dan
dekomposisi (pelapukan) seresah, namun pelepasannya terjadi secara
bertahap, tidak sebesar bila ada pembakaran yang melepaskan CO sekaligus
dalam jumlah yang besar. Berkenaan dengan upaya pengembangan lingkungan
bersih, maka jumlah karbondioksida di udara harus dikendalikan dengan
jalan meningkatkan jumlah serapan CO oleh tanaman sebanyak mungkin dan
menekan pelepasan (emisi) CO ke udara serendah mungkin. Jumlah ‘karbon
tersimpan’ dalam penggunaan lahan tanaman, seresah dan tanah, biasanya
disebut juga sebagai ‘cadangan karbon’.
Penghitungan cadangan karbon rata-rata per siklus tanam
(time-averaged C stock) dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
dinamika cadangan karbon di tingkat bentang lahan pada kondisi saat ini.
Besarnya time-averaged Carbon stock tersebut dipengaruhi oleh tingkat
akumulasi karbon per tahun, besarnya cadangan karbon minimum dan
maksimum per sistem penggunaan lahan, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai cadangan karbon maksimum dan waktu rotasi (panen).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada umumnya tegakan yang terdapat di kebun campuran (agroforestri)
merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan karbon yang jauh lebih
besar dari pada tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan agroforest
dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan seresah yang banyak
merupakan gudang penyimpan karbon tertinggi (baik di atas maupun di
dalam tanah).
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penyumbang cadangan karbon
terbesar berasal dari biomasa pohon-pohon besar, yakni 62,960 Ton/Ha.
Total cadangan karbon yang tersimpan pada pohon-pohon sedang yaitu
18,259 Ton/Ha. Untuk tumbuhan bawah, totalnya adalah 0,5067 Ton/Ha.
Nekromasa berkayu memiliki cadangan karbon sebesar 2,089 Ton/Ha.
Sedangkan serasah halus menyumbang sebesar 5,321 Ton/Ha dan akar halus
sebanyak 3,558 Ton/Ha.
Dari data di atas, maka didapatlah jumlah total dari keseluruhan
cadangan karbon yang tersimpan di lahan agroforest karet yang telah kami
analisa. Jumlah total cadangan karbon yang ada pada lahan tersebut
adalah 92,695 Ton/Ha.
Daftar Pustaka
- Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon: dari tingkat lahan ke bentang lahan. Petunjuk praktis. Edisi kedua. Bogor, World Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office, University of Brawijaya (UB), Malang, Indonesia xx p.
- http://lbprastdp.staff.ipb.ac.id/files/2011/12/Estimasi-karbon-TNMB.pdf
- http://hutankitarenny.blogspot.com/p/analisa-karbon-tersimpan.html
- http://www.dephut.go.id/files/SNI%207724-2011%20Pengukuran%20dan%20penghitungan%20cadangan_0.pdf
- http://forestclimatecenter.org/document_details.php?cnt=international&lang=Indonesia&cat=Penghitungan%20Karbon
0 komentar:
Posting Komentar