SETELAH sahur, tak sedikit yang memilih langsung kembali memeluk guling, meneruskan tidur. Alasannya, takut mengantuk ketika bekerja.
Menurut dr Een Hendarsih SpPD, tindakan tersebut sebaiknya dihindari. Sebab, makanan yang masuk ke tubuh belum tecerna dengan baik. ''Bila langsung tidur, makanan yang belum tecerna dengan sempurna tersebut bisa berbalik arah dan naik ke esofagus (saluran antara lambung dan mulut),'' katanya.
Kondisi itu disebut refluks esofagus atau esophageal reflux. Yaitu, kembalinya makanan dari lambung ke esofagus. Akhirnya, mencapai kerongkongan. ''Tentu saja, disertai peningkatan asam lambung,'' lanjut spesialis penyakit dalam dari RSU Haji Surabaya itu.
Dampaknya, kerongkongan terasa kering dan panas. Ada kalanya orang merasa mual, mulas, dan ingin muntah karena ada makanan yang berbalik arah. Kondisi tersebut akan semakin parah bila orang itu sudah menderita penyakit mag atau tungkak lambung. ''Bagi yang mengalami gangguan lambung, maag, dan mudah mengalami refluks esofagus, sebaiknya jangan langsung tidur setelah makan,'' ucap Een.
Kepala Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSU Haji Surabaya itu menyarankan, beri waktu bagi lambung untuk bekerja dengan baik. ''Lambung kita kan kosong dalam waktu 6 jam atau 4 jam untuk makanan yang lebih ringan,'' jelasnya. Maka, setidaknya beri waktu lambung untuk mulai mencerna makanan. ''Setidaknya lebih dari 1-2 jam setelah makan,'' imbuhnya.
Dia menyarankan untuk melakukan aktivitas ringan. Misalnya, jalan-jalan pagi atau olahraga ringan lain sambil menunggu lambung bekerja. Een mengatakan, cara tersebut juga sebaiknya dilakukan untuk yang mengalami overweight dan obesitas. Meski, tak ada gangguan pada lambung. ''Kalau langsung tidur, tidak ada kalori yang terbakar. Ini yang membuat tubuh tambah melebar,'' ungkap Een.
Dia mencontohkan, sahur pukul 03.00. Maka, baru boleh tidur sekitar pukul 05.00, setelah menunaikan ibadah salat Subuh. Saat tidur, sebaiknya posisi kepala lebih tinggi daripada tubuh. Itu sebaiknya dilakukan untuk penderita refluks esofagus. ''Bila tidur tanpa bantal, dikhawatirkan ada gaya gravitasi yang membuat makanan dari lambung berbalik arah ke kerongkongan,'' jelasnya.
Pemilihan makanan pun berpengaruh. Sebaiknya, dipilih yang mudah dicerna. Jika makanan berlemak dan berprotein tinggi, justru proses cernanya lama. Hindari pula makanan berasa masam atau malah terlalu pedas. Itu akan meningkatkan produksi asam lambung. ''Dikhawatirkan, saat puasa malah sakit perut karena asam lambungnya tadi,'' tegasnya. (ai/c7/nda)
sumber:jawapos
Menurut dr Een Hendarsih SpPD, tindakan tersebut sebaiknya dihindari. Sebab, makanan yang masuk ke tubuh belum tecerna dengan baik. ''Bila langsung tidur, makanan yang belum tecerna dengan sempurna tersebut bisa berbalik arah dan naik ke esofagus (saluran antara lambung dan mulut),'' katanya.
Kondisi itu disebut refluks esofagus atau esophageal reflux. Yaitu, kembalinya makanan dari lambung ke esofagus. Akhirnya, mencapai kerongkongan. ''Tentu saja, disertai peningkatan asam lambung,'' lanjut spesialis penyakit dalam dari RSU Haji Surabaya itu.
Dampaknya, kerongkongan terasa kering dan panas. Ada kalanya orang merasa mual, mulas, dan ingin muntah karena ada makanan yang berbalik arah. Kondisi tersebut akan semakin parah bila orang itu sudah menderita penyakit mag atau tungkak lambung. ''Bagi yang mengalami gangguan lambung, maag, dan mudah mengalami refluks esofagus, sebaiknya jangan langsung tidur setelah makan,'' ucap Een.
Kepala Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSU Haji Surabaya itu menyarankan, beri waktu bagi lambung untuk bekerja dengan baik. ''Lambung kita kan kosong dalam waktu 6 jam atau 4 jam untuk makanan yang lebih ringan,'' jelasnya. Maka, setidaknya beri waktu lambung untuk mulai mencerna makanan. ''Setidaknya lebih dari 1-2 jam setelah makan,'' imbuhnya.
Dia menyarankan untuk melakukan aktivitas ringan. Misalnya, jalan-jalan pagi atau olahraga ringan lain sambil menunggu lambung bekerja. Een mengatakan, cara tersebut juga sebaiknya dilakukan untuk yang mengalami overweight dan obesitas. Meski, tak ada gangguan pada lambung. ''Kalau langsung tidur, tidak ada kalori yang terbakar. Ini yang membuat tubuh tambah melebar,'' ungkap Een.
Dia mencontohkan, sahur pukul 03.00. Maka, baru boleh tidur sekitar pukul 05.00, setelah menunaikan ibadah salat Subuh. Saat tidur, sebaiknya posisi kepala lebih tinggi daripada tubuh. Itu sebaiknya dilakukan untuk penderita refluks esofagus. ''Bila tidur tanpa bantal, dikhawatirkan ada gaya gravitasi yang membuat makanan dari lambung berbalik arah ke kerongkongan,'' jelasnya.
Pemilihan makanan pun berpengaruh. Sebaiknya, dipilih yang mudah dicerna. Jika makanan berlemak dan berprotein tinggi, justru proses cernanya lama. Hindari pula makanan berasa masam atau malah terlalu pedas. Itu akan meningkatkan produksi asam lambung. ''Dikhawatirkan, saat puasa malah sakit perut karena asam lambungnya tadi,'' tegasnya. (ai/c7/nda)
sumber:jawapos
0 komentar:
Posting Komentar