Jika curah hujan di kawasan tropis berubah, maka hutan hujan seperti di Kalimantan ini akan merasakan dampak yang parah. Foto: Rhett Butler
Penggunaan bahan bakar berbasis fosil yang terus berlangsung ternyata bisa mengubah porsi kawasan tropis yang menerima hujan lebih banyak. Saat ini kawasan tropis di belahan bumi utara adalah kawasan yang menerima hujan lebih banyak, namun dalam kajian yang dimuat dalam jurnal Nature Geoscience menyatakan hal ini bisa berubah karena curah hujan di kawasan tropis salah satunya ditentukan oleh arus lautan yang bergerak bolak balik antara Arktik dan dan Antartika, sebuah proses yang dikenal dengan nama overturning circulation.
“Arus overturning circulation di samudera membawa sejumlah
besar panas ke arah utara menuju garis khatulistiwa, dan hal ini membuat
belahan bumi utara menjadi hangat,” ungkap penulis utama penelitian ini
Dargan Frierson, dari University of Washington kepada Mongabay.com.
“Hawa panas ini menyebar ke belahan utara kawasan tropis dan air yang
menjadi hangat ini menyebabkan curah hujan muncul, penguapan mencapai
puncaknya di belahan utara.”
Frierson dan timnya menggunakan data dari Clouds and Earth Radiant
Energy System (CERES) milik lembaga antariksa AS, NASA dan modeling
komputer untuk menentukan bahwa kondisi saat ini memang menyebabkan
belahan bumi di utara wilayah tropis lebih basah dibanding di selatan.
Namun hal ini bisa berubah di abad berikutnya, setelah banyak pakar
meyakini bahwa perubahan iklim global akan memperlambat sirkulasi arus
air di samudera, dan berpotensi mengubah porsi daerah-daerah yang
mendapat curah hujan di kawasan tropis.“Hanya beberapa ratus kilometer jarak antara Gurun Sahara dari hutan
hujan di Afrika, jadi perubahan kecil saja dari porsi hujan di kawasan
tropis ini akan bisa memberikan efek yang berbahaya,” tambah Frierson.
Namun, Frierson mengingatkan bahwa pola curah hujan di kawasan tropis
masih rumit dan sulit untuk diprediksi. “Banyak aspek yang memengaruhi
hujan di kawasan tropis. Kami tak yakin aspek mana yang akan menjadi
paling dominan di masa mendatang, jadi prediksi curah hujan di kawasan
tropis masih tak pasti sampai kini.”
John Fasullo, seorang peneliti National Center for Atmospheric
Research yang tidak terkait dengan penelitian ini mengatakan bahwa
temuan sirkulasi arus laut yang mempengaruhi curah hujan di kawasan
tropis ini merupakan sebuah langkah penting dalam memprediksi perubahan
curah hujan di planet yang semakin menghangat ini.Namun demikian, dia
juga sepakat bahwa butuh penelitian lebih banyak untuk membuka
kompleksitas berbagai penyebab perubahan curah hujan di wilayah tropis.
“Penting untuk diingat bahwa kajian ini tidak menjelaskan fitur hujan
regional, misalnya kontras antara lautan di Pasifik Barat dengan
Pasifik Timur, atau apakah hujan akan lebih kerap turun di lautan atau
daratan,” ungkap Fasullo kepada Mongabay.com.
Fasullo menambahkan hingga saat ini para pakar belum meneliti tentang
pelambatan sirkulasi arus di lautan, namun dia juga mengatakan bahwa
‘sangat penting’ bagi para ahli untuk terus melihat berbagai kemungkinan
ini.
CITATION: Dargan M. W. Frierson, Yen-Ting Hwang,
Neven S. Fučkar, Richard Seager, Sarah M. Kang, Aaron Donohoe, Elizabeth
A. Maroon, Xiaojuan Liu, David S. Battisti. Contribution of ocean
overturning circulation to tropical rainfall peak in the Northern
Hemisphere. Nature Geoscience, 2013; DOI: 10.1038/ngeo1987
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar