Ini adalah ilustrasi artis yang menggambarkan ukuran kuda pada saat mengalami pengerdilan 55 juta tahun silam akibat pemanasan global dibandingkan dengan ukuran kuda yang ada saat ini. Foto: Danielle Byerly/University of Florida
Ukuran tubuh mamalia ternyata pernah mengalami pengerdilan sepanjang dua kali proses pemanasan global yang terjadi di Bumi ini. Dalam sebuah temuan terbaru dalam penelitian yang dilakukan oleh pakar paleontologi University of Michigan hal ini bisa kembali terulang dalam pemanasan global yang disebabkan akibat aktivitas manusia saat ini.
Para pakar telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa mamalia
seperti primata dan satwa yang termasuk jenis juda dan rusa telah
mengecil sepanjang proses pemanasan global terjadi di masa
Paleocene-Eocene Thermal Maximum yang terjadi sekitar 55 juta tahun yang
lalu. Kini pakar peleontologi University of Michigan Philip Gingerich
dan koleganya telah menemukan bukti baru bahwa proses “pengerdilan”
mamalia juga muncul secara terpisah yang terjadi dua juta tahun setelah
masa Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM) tersebut.
“Fakta bahwa hal ini terjadi dua kali secara signifikan meningkatkan
kepercayaan diri kami bahwa kami sedang melihat penyebab dan dampak,
bahwa salah satu respons menarik terhadap global warming di masa lalu
adalah penyusutan secara signifikan dalam ukuran mamalia,” ungkap
Gingerich, seorang profesor di bidang Ilmu Bumi dan Lingkungan.
Hasil riset yang juga terdiri dari University of New Hampshire,
Colorado College dan California Institute of Technology ini telah
dipresentasikan tang gal 1 November lalu di Loas Angeles di pertemuan
tahunan Society of Vertebrate Paleontology.
Para pakar berkesimpulan bahwa penyusutan ukuran tubuh ini “nampaknya
menjadi respons umum” yang terjadi di mamalia terhadap perubahan iklim
yang ekstrem, yang disebut dengan istilah hiperthermal. Fenomena ini
bisa diprediksi sebagai bagian dari reaksi alami terhadap dampak
perubahan iklim yang terjadi di masa mendatang.
Proses PETM terjadi selama 160.000 tahun dan suhu global meningkat
sekitar -14 hingga -9 derajat Celcius pada puncaknya. Kenaikan suhu yang
lebih kecil, dikenal dengan nama ETM2 (Eocene Thermal Maximum 2)
berlangsung sekitar 80.000 hingga 100.000 tahun dan menyebabkan kenaikan
suhu udara hingga -15 derajat Celcius.
Gigi dan rahang mamalia dan primata yang terdampak perubahan iklim
ETM2 ini ditemukan di Bighorn Basin di Wyoming, AS dan ukuran gigi
geraham diguakan sebagai perkiraan ukuran tubuh spesies-spesies yang ada
di masa ini. Para pakar menemukan bahwa ukuran tubuh mamalia menyusut
pada masa ETM2, namun tak sebanyak penyusutan yang ditemukan di fosil
yang terdampak pemanasan global di era PETM.
Seperti contohnya, kajian ini menyebutkan bahwa garis keturunan awal
kuda sebesar anjing, yang disebut Hyracotherium mengalami pengerdilan
sebesar 19% pada masa ETM2. Garis keturunan kuda yang sama mengalami
pengerdilan sebesar 30% di masa PETM. Setelah kedua masa ini, satwa ini
kembali ke ukuran sebelum adanya pemanasan global.
“Yang paling menarik, berlanjutnya pengerdilan mamalia mungkin
terkait dengan kondisi hipertermal ini,” ungkap salah satu anggota tim
penelitian dari University of New Hampshire, Abigail D’Ambrosia.
Pembakaran bahan bakar berbasis fosil dan pelepasan pan :as ke udara
yang menahan gas rumah kaca (terutama karbon dioksida) dianggap sebagai
penyebab utama pemanasan global yang terjadi saat ini. Metan dinilai
sebagai elemen gas rumah kaca yang lebih ampuh mempengaruhi dibanding
karbon dioksida, an metan di atmosfir biasanya berubah menjadi karbon
dioksida dan air.
Kesamaan antara kondisi hipertermal di masa lalu dan pemanasan yang
terjadi di saat ini membuat kajian terkait penyusutan yang dialami fosil
ini menjadi bermakna. “Membangun sebuah pemahaman keterkaitan antara
perubahan ukuran tubuh mamalia dan gas rumah kaca akibat pemanasan
global di masa lalu akan membantu kita untuk memprediksi perubahan
ekologi yang mungkin muncul dalam proses perubahan iklim di Bumi saat
ini,” ungkap Salah satu peneliti dari University of New Hampshire, Will
Clyde dalam pernyataannya.
Di tahun 2006, Gingerich sudah menyampaikan bahwa pengerdilan yang
terjadi di jenis mamalia bisa terkait berkurangnya nutrisi yang
dikandung sejumlah tanaman akibat pemanasan global. Dengan kondisi
seperti ini, tanaman menjadi cepat tumbuh tetapi mengandung nutrisi yang
lebih sedikit.
CITATION: University of Michigan. “Global warming led to dwarfism in mammals — twice.” ScienceDaily, 2 Nov. 2013. Web. 3 Nov. 2013.
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar