Saya kadang selalu bangga dan puas jika berdialog dengan petani yg memiliki lahan pertanian yg cukup. Petani tersebut bisa menguraikan satu persatu manfaat lahan pertanian dan apa yang ada diatasnya dengan sangat rinci, jelas dan terukur. Dia bisa menjelaskan apa yg menjadi manfaat langsung, apa yg menjadi manfaat tidak langsung dan berapa nilai total yang akan dihasilkan. Semuanya begitu mengalir dan sangat dikuasainya.
Namun, jika di Kehutanan, kita selalu bangga hanya dengan manfaat Hutan sebagai penghasil oksigen, penyedia sumber daya air, pengatur ekologi, dan manfaat tidak langsung lainnya dan terkadang memposisikan Rimbawan sebagai pahlawan bumi ini. Namun kita sangat sulit untuk memberikan nilai yang rinci, jelas dan terukur dari setiap fungsi Hutan. Kita tidak tahu berapa jumlah dan nilai sumber daya air yg dihasilkan dari setiap batang phon atau suatu hamparan Hutan. Tidak diketahui berapa meter kubik debit air yg dihasilkan, dan berapa jumlah rupiah jika dikonversikan, sementara PDAM terus mengeruk keuntungan rupiahnya.
Kita mengetahui bahwa hutan penghasil oksigen dan pengolah karbon, apalagi telah ada perdagangan karbon. Tapi kita tidak tahu berapa jumlah terukur atas oksigen yg dihasilkan pada setiap pohon dan hamparan Hutan. Berapa jumlah karbon yg bisa diuraikan atas tumpukan karbon d angkasa. Padahal di rumah sakit, 1 tabung oksigen bisa terukur nilai rupiahnya, tentunya oksigen di Hutan bisa juga terukur rupiahnya.
Jadi maksud saya, dalam menyampaikan ke masyarakat tentang fungsi Hutan, tidak informasi yang ngambang dan penuh tanda tanya yang disampaikan. Tapi informasi yg rinci, jelas dan terukur. Dengan seperti itu, penghargaan terhadap sebatang pohon dan hamparan Hutan akan semakin mendapat tempat di hati masyarakat. Saya kadang-kadang miris di era otonomi daerah ini, yang menganggap pembangunan Kehutanan tidak lebih hanya sebagai bidang yg menghabiskan anggaran tanpa jelas nilai PAD yg dihasilkan. Sementara air terus mengalir mengairi sawah, Bapak Bupati tetap hidup karena menghirup oksigen, perambah Hutan bisa beli motor dari rumput yang ditanam di Hutan, maling kayu bisa sekolahkan anak dari hasil kayu yang dijarahnya.
Padahal jika kita memiliki informasi berapa ratus triliun aset negara dan dunia yg ada di dalam Kawasan Hutan tentunya hal itu menjadi pertimbangan untuk mengeluarkan anggaran dalam menjaga dan memelihara Kawasan Hutan. Yakinkah setiap lembaga Kehutanan memiliki informasi seperti itu ? Tentunya ini menjadi tantangan Pembangunan Kehutanan ke depan.
Mewujudkan hal ini tidaklah sulit tapi tidak juga mudah seperti membalikkan telapak tangan. Departemen Kehutanan telah memiliki tenaga peneliti dan teknisi Kehutanan yg handal dalam jumlah yang mencukupi disetiap Kawasan Hutan yang dikelolanya. Rimbawan terlalu banyak duduk di kantor dan sedikit masuk Kawasan Hutan, sehingga bentuk pal batas juga kadang lupa. Kerajaan Rimbawan yang sesungguhnya adalah di Hutan bukan di kantor.
Dengan memberdayakan tenaga-tenaga teknis Kehutanan dan melepaskannya dari pekerjaan administrasi yang bukan menjadi tupoksinya dan beramai-ramai masuk Hutan memecahkan misteri manfaat dan nilai Hutan, maka Hutan sebentar lagi memiliki DAFTAR HARGA HASIL HUTAN, DAFTAR KEKAYAAN HUTAN.
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar