Memang sih saya merasakan suhu beberapa tahun belakangan ini sungguh panas, gerah dan pengap. Jauh berbeda dengan 10 - 20 tahun yang lalu saat saya masih kanak-kanak dan sering (bahkan setiap hari) bermain diluar rumah seharian penuh tanpa merasakan panas yang begitu menyengat. Namun sekarang jauh berbeda, keluar sebentar saja dari rumah badan sudah terasa lelah dan pegal karena kepanasan. Istilah global warming sebenarnya sudah begitu sering saya dengar dan baca, dan sesering itu pula saya abai dan tidak memperhatikannya. Tapi pertemuan saya dengan “kawan lama” yang sekarang aktif di bidang pelestarian lingkungan hidup itu membawa kami kedalam obrolan yang sedikit menyentil rasa keingintahuan saya tentang apa yang disebut global warming atau pemanasan global tersebut. Obrolan santai itu-pun mendorong saya berselancar di dunia maya untuk memenuhi rasa keingintahuan saya tentang “pemanasan global”. Berikut link dari wikipedia tentang pemanasan global.
Obrolan santai dan hasil baca-baca saya dari wikipedia itu menyadarkan saya tentang betapa besar dan nyatanya bahaya yang akan kita hadapi dimasa depan. Meningkatnya permukaan air laut karena cairnya es di kutub, tidak stabilnya iklim, gangguan ekologis, suhu global yang terus meningkat dan banyak lagi ancaman ekosistem yang mungkin timbul. Belum lagi dampak turunannya seperti wabah penyakit kanker kulit dan lainnya. Secara sederhana (sangat sederhana), pemanasan global terjadi karena terperangkapnya panas sinar matahari diantara permukaan bumi dan atmosfer bumi. Matahari memancarkan sinarnya ke bumi. Setelah melewati beberapa saringan, beberapa sinar matahari yang memang bermanfaat lolos dan sampai ke permukaan bumi. Sinar ini kemudian dimanfaatkan berbagai makhluq hidup dalam metabolisme pertumbuhan dan aktifitas mereka. Sebagian sinar itu kemudian berubah menjadi panas dan sebagian lainnya berubah kedalam bentuk yang lainnya. Panas tersebut kemudian naik kembali meninggalkan permukaan bumi. Namun karena atmosfer bumi tertutup oleh penumpukan gas seperti uap air, karbondioksida, sulfur dioksidan dan metana maka panas tersebut kembali terpantul kebawah sehingga terperangkap di permukaan bumi. Inilah yang menyebabkan meningkatnya suhu global dan disebut sebagai pemanasan global. Jadi bayangkan kita hidup diantara dua lapisan (permukaan bumi dan atmosfer) dengan energi panas yang terus menerus bertambah dari waktu ke waktu. Kalau orang-orang tua dahulu mengistilahkan keadaan kita sekarang ini seperti sedang “dikukus” atau “diungkep”. Hal ini masih ditambah dengan semakin banyaknya permukaan bumi yang mampu menyerap dan memanfaatkan sinar dan panas matahari. Menurut laporan FAO saja hutan di Indonesia berkurang +- 600 kali lapangan sepakbola setiap harinya.
Mungkin sebagian dari kita masih belum begitu peduli dengan apa yang sedang dan akan terjadi. Tetapi apa yang akan kita alami di kemudian hari tergantung pada apa yang kita perbuat sekarang. Dan meski perdebatan tentang “global warming” masih terus terjadi, nyatanya kita merasakan bumi ini makin panas saja setiap hari.
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar