Penumpukan gas rumah kaca tanpa henti yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim, telah mengganggu keseimbangan ekosistem maupun kehidupan manusia.
Perubahan iklim mengancam nasib jutaan orang dengan peningkatan risiko kelaparan, banjir, malaria, kekeringan, dan lain-lain. Setiap tahunnya sekitar 300.000 orang di seluruh dunia tewas, menjadi korban dari ancaman terbesar yang pernah ada bagi planet ini. Jika kita tidak menginginkan suhu bumi terus menerus meningkat, maka kita harus mengurangi emisi gas rumah kaca secara drastis dan signifikan. Salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar secara global adalah emisi yang dihasilkan  dari menggunakan bahan bakar fosil untuk energi dan transportasi.
Lebih dari 50% sumber listrik kita berasal dari bahan bakar fosil yaitu batubara. Sebagian besar batubara kita berada di kawasan hutan alam, artinya untuk membuka pertambangan kita harus mengorbankan hutan alam  yang begitu berharga. Sementara, di Indonesia emisi karbon terbesar berasal dari deforestasi atau penggundulan hutan.

Itu baru satu jejak mematikan dari batubara, jejak lainnya adalah batubara merupakan sumber energi terkotor di planet ini. Setiap tahap dalam pengolahan bahan bakar ini - sejak awal ketika ditambang, bahkan ketika melalui proses pembakaran hingga akhir – selalu membawa konsekuensi. Jejak kotornya meliputi polusi beracun, menghancurkan mata pencaharian, masyarakat terpaksa mengungsi, gangguan kesehatan pada sistem pernafasan dan syaraf, hujan asam, polusi asap, dan hasil pertanian berkurang. Namun, konsekuensi terbesar adalah perubahan iklim yang akan mempengaruhi semua orang dan negara di dunia, dan sebagian besar yang terkena dampak paling buruk adalah negara-negara berkembang.
 
Lantas bagaimana kita bisa terlepas dari rantai jejak kehancuran ini? Bukankah kita membutuhkan listrik, membutuhkan penerangan, dalam menjalani aktivitas sehari-hari? Solusinya adalah energy terbarukan. Energi yang bukan berasal dari bahan bakar fosil.Tenaga matahari, angin, panasbumi, biomassa dan air adalah solusinya.


Batubara sebagai bahan bakar telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Pada awalnya , batubara mengubah sejarah dunia modern dengan mendorong Revolusi Industri di Inggris, sejak itu batubara tak berhenti mengubah wajah dunia dengan berbagai jejak kerusakan yang ditinggalkannya.

Batubara adalah sumber emisi karbon paling terkotor dari semua bahan bakar fosil. Melepaskan karbon sebanyak 29 persen per unit energy dibandingkan minyak bumi, dan 80 persen lebih dari gas alam. Sementara dengan energy terbarukan, Indonesia akan berhasil menurunkan target karbon emisi sebesar 1.3 ton di tahun 2050.
Indonesia harus segera menghentikan ketergantungan negeri ini yang sangat tinggi terhadap batubara.
Indonesia dikarunia sumber energi terbarukan yang begitu berlimpah, sumber energi terbarukan ini harus segera dimanfaatkan secara optimal bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan energi rakyat Indonesia, tetapi juga sebagai upaya kita mengatasi ancaman perubahan iklim yang mematikan.