skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Rabu, 28 November 2012

Hutan mangrove di Tahura tercemar sampah plastik

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, Mangrove, News
Denpasar (ANTARA News) - Puluhan ton sampah plastik mencemari lingkungan kawasan hutan mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Denpasar Selatan.

"Sampah itu bukan dari kawasan hutan namun kami perkirakan dari pembuangan sampah di sungai hingga mengalir ke laut," kata Kepala Bidang Perlindungan Dinas Kehutanan Provinsi Bali, Suratman, di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, pihaknya sampai kewalahan untuk memungut sampah yang berserakan dan tersangkut di akar-akar pohon bakau.

Menurut dia, jumlah petugas kebersihan hanya lima orang, sementara luas hutan bakau mencapai 102 hektare. Para petugas kebersihan ini bekerja mulai Senin hingga Sabtu.

Kurangnya jumlah petugas kebersihan ini memperlambat proses pembersihan sampah di hutan mangrove tersebut.

"Kami tidak bisa mencegah masuknya sampah plastik itu karena datangnya dari laut," tambah Suratman.

Untuk itu, ia mengharapkan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan di sungai maupun laut karena sampah tersebut akan bermuara di hutan bakau itu.

Sementara selain sampah, petugas dari dinas kehutanan juga mengeluhkan soal aksi vandalisme pengunjung Taman Hutan Raya, sehingga merusak keindahan kawasan konservasi itu.

Sementara itu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Irwan Abdullah mengatakan pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah adanya aksi vandalisme itu.

"Kami sudah periksa dan rutin memberitahu agar tidak mencoret-coret disini tetapi tetap saja sulit dan lolos," katanya.

Source : link

Dua bunga Rafflesia mekar di hutan Bengkulu

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, News
Bengkulu (ANTARA News) - Dua bunga raflesia (Rafflesia arnoldii) ditemukan mekar sempurna di dua kawasan hutan di wilayah Provinsi Bengkulu.

Koordinator Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu Sofian Ramadan mengatakan satu bunga mekar di dalam kawasan Cagar Alam Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah dan satu bunga lainnya mekar di hutan lindung Bukit Daun wilayah Kabupaten Kepahiang.

"Dua bunga ini mekar bersamaan, ditemukan kelompok masyarakat yang rutin mengawasi bunga langka di dalam kawasan hutan Bengkulu," katanya di Bengkulu, Senin.

Bunga rafflesia di hutan lindung Bukit Daun, tepatnya berbatasan dengan Desa Tebat Monok Kabupaten Kepahiang ditemukan mekar pada Sabtu (6/10) oleh kelompok masyarakat peduli puspa langka Tebat Monok.

Anggota kelompok peduli puspa langka Tebat Monok, Holidin mengatakan bunga tersebut ditemukan mekar sejak Sabtu (6/10) dan mekar sempurna pada Minggu hingga Kamis mendatang.

"Kami perkirakan bunga masih bisa dinikmati dalam keadaan segar hingga empat hari ini dengan diameter bunga 70cm," katanya.

Holidin dan sejumlah saudaranya yang merupakan anggota kelompok peduli puspa langka membangun pos penjagaan di sekitar lokasi bunga mekar yang hanya berjarak 200 meter dari badan jalan lintas yang menghubungkan Bengkulu-Sumatra Selatan.

Penjagaan bunga tersebut kata dia mengingat satu bonggol atau calon bunga akan segera mekar dalam dua hari ke depan.

"Kami khawatir ada oknum tidak bertanggungjawab yang merusak bunga, jadi mulai Sabtu sudah ada penjagaan di pos," katanya.

Sementara bunga mekar yang ada di Cagar Alam Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah juga dijaga oleh kelompok masyarakat setempat.

Salah seorang warga yang menjaga bunga tersebut, Ibnu Hazar mengatakan sejak diumumkan kepada publik dengan memasang spanduk di pinggir jalan, puluhan warga sudah melihat langsung keunikan bunga terbesar di dunia itu.

Source : link

BKSDA Bengkulu kekurangan polhut untuk pengamanan hutan

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, News
Bengkulu (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu hingga saat ini kekurangan tenaga polisi kehutanan untuk mengamankan ratusan ribu hektare kawasan hutan konservasi di daerah itu.

Hingga saat ini baru ada 40 orang polisi kehutanan (polhut), sedangkan kawasan hutan konservasi di Bengkulu mencapai 300 ribu hektare, kata Kepala Satuan Polhut BKSDA Bengkulu Sigit Pribadi di Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan, dengan personel sekarang sangat memprihtainkan karena untuk menjaga kawasan pusat latihan gajah dan sekitarnya belum cukup.

Apalagi mengamankan kawasan cagar alam, taman wisata dan hutan konservasi lainnya, dengan demikian BKSDA pada 2012 mengusulkan penambahan polisi kehutanan ke pusat, katanya.

Kondisi saat ini sudah ditambah personel polhut dari Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu dan Kabupaten yang jumlahnya sekitar 200 orang, namun belum mencukupi, katanya.

Kuota ini tetap belum memadai karena cakupan kawasan hutan di Bengkulu sangat luas dan sulit terpantau, ujarnya.

Selain itu, presentase usia polhut yang tidak produktif juga sangat banyak karena 80 persen d iantaranya sudah berusia di atas 45 tahun.

Padahal polhut mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengawasi hutan sehingga membutuhkan fisik yang prima.

Untuk itu, setidaknya setiap tahun harus ada penambahan petugas polhut sedikitnya 10 orang, selain untuk menggantikan mereka yang usianya sudah tidak produktif lagi, selain juga diperlukan untuk cadangan kebutuhan penambahan sewaktu-waktu.

Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu, Anggoro Dwi Sujiarto mengatakan bahwa BKSDA sudah mengusulkan penambahan sepuluh personel polisi hutan ke Kementerian Kehutanan.

Usulan penambahan tersebut sebanyak 40 persen dari 40 orang polhut yang dimiliki saat ini.

Jumlah tersebut sangat minim bila dibandingkan dengan luas kawasan ideal yang harus diawasi oleh seorang polhut yakni 800 hektare per orang, ujarnya. (MHE*Z005/F002)

Source : link

Tiga syarat orangutan layak dilepas-liarkan

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News
Jakarta (ANTARA News) - Orangutan setidak-tidaknya harus memenuhi tiga syarat sebelum layak dilepasliarkan ke habitat asli mereka, demikian dikatakan Pimpinan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borne (Borneo Orangutan Survival Foundation/BSOF), Jamartin Sihite.

"Orangutan dapat dilepaskan jika bebas penyakit, terutama penyakit yang berasal dari manusia seperti TBC atau hepatitis manusia," kata Martin, sapaan Jamartin, selepas pembukaan pameran foto bertajuk "Orangutan: Rhyme & Blues" di Galeri Foto Jurnaslitik Antara Jakarta, Senin malam.

Selain syarat kesehatan, Martin mengatakan orangutan juga harus memiliki kemampuan dan ketrampilan hidup mandiri di hutan.

"Misalnya mampu membuat sarang, mencari makan, dan mengenali musuh," kata Martin tentang ketrampilan dasar orangutan.

Syarat ketiga, yang disebut Martin sebagai syarat vital, yaitu orangutan semestinya tidak lagi mengenali manusia sebagai teman mereka atau bukan pengancam.

"Kami mendidik orangutan agar tidak mau lagi mendekati manusia," kata Martin.

Martin menjelaskan orangutan perlu untuk tidak lagi kenal manusia karena orangutan tidak mampu membedakan apakah manusia yang didekatinya itu bersifat mengancam atau tidak.

"Misalnya para pemburu, pembuka lahan hutan, atau bahkan orang takut, dapat mengancam kehidupan orangutan," kata Martin.

BSOF, lanjut Martin, umumnya melepaskan orangutan berusia delapan hingga sepuluh tahun yang memenuhi tiga syarat itu di area hutan konservasi yang jauh dari permukiman penduduk.

"Jika areanya jauh atau terpencil, orangutan mempunyai jeda waktu yang panjang untuk bertemu manusia dan generasi orangutan berikutnya tidak lagi mengenali manusia," kata Martin.''

Source : link

Kemhut diminta meringankan lisensi pengelolaan hutan konservasi

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News
Jakarta (ANTARA News) - Yayasan Penyelamatan Orangutan Borne (Borneo Orangutan Survival Foundation/BSOF) meminta Kementerian Kehutanan agar meringkankan lisensi pengelolaan hutan Kalimantan yang ditujukan sebagai area konservasi, seperti perlindungan orangutan.

"Untuk melestarikan orangutan, kami masih harus membayar kepada pemerintah," kata Pimpinan BSOF, Jamartin Sihite, selepas pembukaan pameran foto bertajuk "Orangutan: Rhyme & Blues" di Galeri Foto Jurnaslitik Antara Jakarta, Senin malam.

Pembayaran biaya yang dimaksud Martin, sapaan Jamartin, adalah lisensi pengelolaan hutan (HPH) restorasi sebagaimana yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang akan menebang hutan.

"Dalam aturan HPH restorasi, pemilik hutan diperbolehkan menebang (kayu) hutan setelah 20 tahun. Sedangkan kami tidak mungkin menebang hutan yang merupakan tempat hidup orangutan," kata Martin.

BSOF, menurut Martin, telah membayar sekitar 1,3 juta dolar AS atau Rp14 miliar demi memperoleh HPH restorasi untuk hutan seluas 86.460 hektar sebagai kawasan konservasi orangutan.

"Namun, tidak semua area itu layak dipakai sebagai konservasi orangutan karena harus memenuhi sejumlah kriteria," kata Martin.

Kriteria itu, lanjut Martin, antara lain lokasi yang jauh dari permukiman penduduk dan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.

Selain Kementerian Kehutanan, BSOF juga meminta keterlibatan pemerintah daerah tingkat I dan pemerintah daerah tingkat II di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur untuk menyediakan kawasan hutan pelestarian orangutan.

"Hingga akhir 2013 kami menargetkan 140 orangutan telah dilepas-liarkan," kata Martin.

Pada awal 2011, Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Hadi Daryanto, berjanji akan melanjutkan rencana kemudahan regulasi bagi izin HPH Restorasi Ekosistem.

"Meski akan ada perbedaan pandang dengan Kementerian Keuangan terkait pendapatan negara dalam pengelolaan hutan," kata Hadi.

Source : link

Lebak mendapat sumbangan 4.000 bibit cendana

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, News
Lebak (ANTARA News) - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyalurkan bantuan sebanyak 4.000 bibit cendana guna mendukung program penanaman satu miliar pohon di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

"Kami memberikan bantuan ini karena sangat peduli terhadap pelestarian hutan, dan lahan juga peningkatan ekonomi masyarakat," kata Deputi Pemberdayaan Organisasi Kepemudaan Kemenpora, Mardir Syafei, Selasa.

Menurut dia, bantuan bibit cendana ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Selain itu, tanaman cendana dijadikan pohon pelindung.

Penanaman cendana tersebut berlokasi di Desa Cokel Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak dengan luas sekitar 12 hektare. Lahan itu di hutan larangan yang kondisinya gundul ditanami pohon tidak produktif.

Dari 12 hektare itu, kata dia, sekitar enam hektare sudah ditanami cendana sebanyak 4.000 bibit. Sedangkan, sisanya enam hektare akan dibantu aneka tanaman dari pemerintah setempat.

"Kami berharap tanaman cendana bisa dijadikan agrowisata hutan juga pusat penelitian karena masuk tanaman langka," ujarnya menambahkan.

Ia menjelaskan, tanaman cendana memiliki aspek ekonomi cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab harga minyak cendana nisbi tinggi di pasaran.

Karena itu, kata dia, budidaya tanaman cendana bisa dikembangkan oleh masyarakat. Apalagi, cendana bantuan ini berbeda dengan bibit lokal.

"Bibit cendana yang didatangkan dai Lampung itu bisa menghasil minyak juga sebagai pohon pelindung," ucapnya.

Abdulah, seorang petani warga Curugbitung mengatakan, ia dan petani lainya sangat terbantu dengan adanya bantuan bibit cendana untuk ditanami di hutan larangan.

Produksi pohon cendana bisa menghasilkan minyak antara usia empat sampai lima tahun.

"Kami berharap bantuan bibit cendana itu bisa tumbuh subur," katanya.

Source : link

70 persen hutan konservasi di Bengkulu rusak

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, News
Bengkulu (ANTARA News) - Kawasan hutan konservasi di Provinsi Bengkulu yang luasnya sekitar 45.000 hektare hingga saat ini 70 persen sudah rusak akibat perambahan.

Kerusakan kawasan hutan konservasi itu disaksikan Plt Gubernur Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah lewat udara, kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto, Senin.

"Kami bersama Plt Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah dan instansi terkait melihat kerusakan kawasan hutan itu lewat udara selama dua jam penerbangan, Minggu (11/11)," katanya.

Selama ini berdasarkan laporan di lapangan kerusakan hutan itu berkisar 40-60 persen, namun setelah dilihat lebih tinggi yaitu sekitar 70 persen.

Ia menjelaskan, kawasan hutan konservasi yang ditinjau itu ada sembilan titik dan tujuh kawasan antara lain utan buru Bukit Kabu, Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba, hutan konservasi di Lebong, hutan Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat dan TWA Pantai Panjang Kota Bengkulu.

Dari jumlah itu rusak paling tinggi terjadi di kawasan hutan buru Bukir Kabu di Kabupaten Seluma dari luas 9.036 ha rusak 75 persen antara lain oleh perambah.

Selain itu hutan Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba di kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang dari 13.000 ha sudah rusak 45-60 persen.

Kawasan hutan paling rusak terjadi di wilayah Kabupaten Kepahiang yaitu dijadikan perambah menjadi kebun kopi dan sayuran karena ketinggiannya di atas 1.200 meter dari permukaan laut.

Demikian juga TWA pantai panjang selain di gusur untuk jalan wisata, juga dijadikan kawasan perumahan dan lapangan golf, ujarnya.

Plt Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan untuk menekan kerusakan kawasan hutan di Bengkulu termasuk hutan konservasi antara lain memantapkan rencana tata ruang dan rencana wilayah (RTRW).

Para bupati diimbau untuk memprdakan RTRW secara baku, sehingga jelas batas kawasan hutan lindung dan hutan masyarakat.

Selain itu para perambah diimbau untuk meninggalkan lokasi sebelum tim terpadu turun ke lapangan karena bila tim sudah turun, maka akan dilakukan proses hukum, katanya.

Source : link

"Tim Bona" bantu konservasi gajah Bengkulu

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News
Bengkulu (ANTARA News) - Tiga orang relawan asal Australia  yang menyebut dirinya "Tim Bona" membantu konservasi gajah di Pusat Konservasi Gajah Seblat, Bengkulu, melalui penggalangan dana untuk pakan seekor anak gajah bernama "Bona".

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto mengatakan, Tim Bona sudah membantu dana perawatan sejak April 2012.

"Gajah kecil yang kehilangan induk itu memang tidak mendapat dana perawatan dari lembaga, sehingga peran tiga orang relawan asal Australia ini sangat membantu," katanya.

Ia mengatakan, bantuan para relawan yang melakukan penggalangan dana publik untuk anak gajah tersebut akan disalurkan lewat yayasan lokal yakni "Bengkulu Heritage Society" (BHS).

Penggalangan dana pakan untuk anak gajah korban konflik tersebut, kata dia akan dilakukan secara mandiri dan sukarela oleh Tim Bona dan BHS untuk tiga tahun ke depan.

Bruce Levick, salah seorang dari tiga relawan asal Australia itu mengatakan gajah kecil bernama Bona itu harus diselamatkan dan tetap tinggal di habitatnya di Taman Wisata Alam (TWA) Seblat yang merupakan Pusat Konservasi Gajah (PKG).

"Banyak sekali dukungan untuk Tim Bona dari berbagai belahan negara untuk Bona, sehingga gajah kecil itu dapat bertahan dan hidup baik di habitatnya," paparnya.

Selama lima bulan terakhir kata dia, Tim Bona yang digagasnya bersama dua rekannya yang lain yakni Mandy French dan Murray Munro sudah membantu menyuplai pakan untuk gajah itu, berupa susu formula berbahan kacang kedelai.

Gajah Bona ditemukan terlunta-lunta di sekitar perkebunan kelapa sawit milik PT Alno, tanpa induk dan diselamatkan oleh petugas PKG Seblat pada awal 2012.

Sejak dibawa ke PKG Seblat, BKSDA Bengkulu kesulitan dana untuk pakan anak gajah itu, sebab gajah tersebut masih mengkonsumsi susu formula dengan harga yang cukup tinggi.

Humas BHS, Krishna Gamawan mengatakan penggalangan dana masyarakat internasional yang sudah digagas oleh Tim Bona akan menyediakan pakan untuk anak gajah itu hingga tiga tahun ke depan.

"Kami juga akan bekerja sama dengan perusahaan perkebunan PT Agricinal yang juga berkomitmen membantu pendanaan Bona, sehingga Bona tidak akan membebani negara," tuturnya.
(RNI/C004)

Source : link

Hutan kota Pekanbaru jadi pangkalan PKL

Diposting oleh Maysatria Label: News

Pekanbaru (ANTARA News) - Hutan kota Pekanbaru, Riau, sejak lama berubah menjadi tempat pedagang kaki lima berjualan. Masalah semacam ini juga terjadi di banyak kota di Indonesia karena pengawasan dan penegakan aturan sangat lemah dari pemerintah setempat. 

DPRD Kota Pekanbaru menyesalkan "pendudukan" hutan kota setempat di Jalan MH Thamrin itu. Bukan cuma kenyamanan dan keindahan yang terganggu, tapi bisa merusak fungsi konservasi dari hutan kota itu, di antaranya menahan air tanah dan mencegah banjir.

Anggota legislatif kota itu menyesalkan Satpol PP Pekanbaru, yang seakan membiarkan PKL berjualan di hutan kota.

Kata anggota Komisi II DPRD Kota Pekanbaru, Syamsul Bahri, kepada wartawan, Rabu, "PKL berjualan di sana sudah tidak dapat dibiarkan lagi sehingga harus ditertibkan Satpol PP."

Untuk kepentingan tempat berjualannya, para pedagang itu bahkan sampai menebang sebagian pohon pelindung dan merusak rumput yang sengaja ditanam Dinas Pertamanan Pemkot Pekanbaru. 

Sudah merusak properti umum yang dibiayai pajak masyarakat sementara pemerintah setempat tidak menindak tegas. Padahal, ratusan polisi pamong praja Pekanbaru selalu bersiaga di Jalan Cut Meutia, dekat Jalan MH Thamrin itu.

"Sekarang ini jumlah PKL masih sedikit, makanya Satpol PP harus gerak cepat merazia dan menertibkan," kata politisi dari Partai Demokrat itu. Dia memberi batas waktu sampai pekan depan.

Pihaknya tidak anti terhadap PKL, namun tentunya diutamakan ketika berjualan mereka lebih tertib dan bersih serta menegakkan aturan yang berlaku.

Source : link

Kepri lakukan konservasi gonggong

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News

Jakarta (ANTARA News) - Untuk mengatasi semakin menurunnya populasi siput gonggong (Strombus Canarium), Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau melakukan upaya konservasi hewan tersebut.

"Ada dua wilayah konservasi yakni di Lingga dan Bintan. Tahun ini, kami akan menambah satu lagi yakni di Tanjung Pinang," ujar Kepala Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau (DKP Kepri) Eddiwan, usai acara seminar CRITC Pasca Coremap II di Jakarta, Kamis.

Dulu, kata Eddiwan, ukuran gonggong cukup besar yakni di atas 10 centimeter. Namun saat ini, sulit menemukan gonggong dengan ukuran tersebut.

"Jumlah dan ukuran semakin menurun karena eksploitasi besar-besaran. Apalagi permintaan semakin naik," tambah dia.

Pemerintah, lanjut lelaki berkacamata itu, khawatir spesies tersebut akan musnah.

"Makanya sejak 2011, kami mulai melakukan upaya konservasi," ujarnya.

Selain itu, masyarakat juga turut dilibatkan dalam konservasi hewan mollusca itu.

Makanan laut yang banyak mengandung protein itu, diburu peminat hidangan laut karena kelezatannya. Habitat salah satu jenis siput laut itu banyak terdapat di perairan Pulau Batam, Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga.

Terdapat dua jenis gonggong, di perairan Bintan gonggongnya berwarna merah dengan rasa daging yang lebih enak, kenyal, gurih dan harganya pun lebih mahal dibandingkan jenis gonggong di Lingga yang berdaging putih.
(I025)

Source : link

Anggaran konservasi sangat minim

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, Konservasi

Jakarta (ANTARA News) - Dibandingkan negara-negara tetangga, anggaran konservasi hutan Indonesia masih sangat minim, hanya 2,3 dolar Amerika Serikat perHektare setahun!.

Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, di Jakarta, Senin, mengatakan, "Setara Rp1000/hektar/hari, sedangkan Thailand sebesar 20 dolar Amerika Serikat/Hektar/tahun dan Amerika Serikat 76,12 dolar AS/Hektar/tahun."

"Jadi memang tak cukup, tak mungkin semuanya jadi tanggungjawab APBN. Untuk konservasi hanya kebagian Rp1.000/hektar/hari," kata Hasan, usai menyaksikan MoU Dirjen PHKA dan PT Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Grup).

Pemerintah penyiasati dengan "mengetuk hati" pihak-pihak yang terkait dengan upaya konservasi hutan itu.

Sebanyak 50 taman nasional dan kawasan konservasi seluas 27 juta Hektar, katanya, belum aman dari gangguan perambahan, konflik, dan masalah sosial lainnya.

"Dengan demikian sangat penting swasta terlibat dalam pengelolaan kawasan konservasi mengingat minimnya alokasi APBN," katanya. (*)

Source : link

Sumsel targetkan Gerakan Menanam 150 juta pohon

Diposting oleh Maysatria Label: News
Palembang (ANTARA Jambi) - Sumatera Selatan menargetkan 150 juta pohon dalam "Gerakan Menanam Satu Miliar Pohon 2012", kata Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan di Sumatera Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan Toni Kartiman.

"Hingga kini target 150 juta pohon masih dikejar bekerja sama dengan para pemangku kepentingan seperti perusahaan swasta, Lembaga Sosial Masyarakat, hingga para pelajar dan mahasiswa," kata Toni di Palembang, Rabu.

Jika hanya mengandalkan usaha pemerintah provinsi maka target itu tidak akan tercapai, karena dana yang dimiliki sangat terbatas," katanya usai diskusi terbuka dalam rangka peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang itu.

Ia menerangkan, seusai amanat Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan HMPI tahun 2010, maka setiap provinsi di Indonesia diharuskan menjalankan "Gerakan Menanam Satu Miliar Pohon" sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Indonesia sendiri menjadi suatu negara yang diharapkan mampu menurunkan emisi gas karbon, karena memiliki keunggulan berupa luas lahan hutan.

Data terakhir Kementerian Kehutanan mencatat kawasan hutan yang tersedia mencapai 137 juta hektare meliputi hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi, dan termasuk lahan kritis sekitar 50 hektare.(Ant)

Source : link

Indonesia - jerman jalin kerja sama penelitian kehutanan

Diposting oleh Maysatria Label: News

Bogor (ANTARA News) - Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama dua universitas di Indonesia membangun kerja sama penelitian kehutanan dengan Universitas Goettingen, Jerman, kata Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto."Bersama Universitas Goettingen, IPB sedang mengerjakan satu proyek kerja sama penelitian baru di bawah skema CRC 990 berjudul `Fungsi ekologi dan sosial ekonomi sistem transformasi hutan hujan tropis dataran rendah (Sumatera)` di Jambi," katanya di Bogor, Jawa Barat, Senin (5/12).

Proyek penelitian itu telah pun mendapat persetujuan pendanaan dari Yayasan Penelitian Jerman (GRF) selama empat tahun (2012-2016), katanya di depan para peserta konferensi internasional bertajuk "Memperkuat Sains dan Teknologi Kehutanan Untuk Pembangunan Kehutanan yang Lebih Baik" itu.

"Inisiatif kerja sama riset Universitas Goettingen (Jerman) dan konsorsium Indonesia yang melibatkan IPB, Universitas Jambi dan Universitas Tadulako, Palu ini merupakan kemitraan penelitian besar yang terdiri atas 25 sub-proyek," kata Herry Suhardiyanto.

Selain itu, pihaknya juga sedang menggodok kerja sama internasional untuk mengembangkan program konservasi Siberut di Pulau Siberut, Sumatera Barat.

Kerja sama ini difokuskan pada konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan lahan pertanian dan kehutanan secara berkesinambungan, katanya pada konferensi yang dihadiri kalangan peneliti dan akademisi Jerman dan Indonesia lulusan Jerman ini.

"Konferensi ini merupakan bagian dari upaya IPB memperkuat kerja sama risetnya di bidang pengelolaan hutan dan konservasi keanekaragaman hayati," katanya.

Konferensi ini diharapkan dapat membantu pihaknya menfasilitasi pertukaran pengetahuan tentang kehutanan di antara para peneliti, dosen, ilmuwan dan praktisi serta mendukung kegiatan kerja sama riset di antara para peneliti dari beragam institusi.

"Buat IPB, sangatlah penting membangun kemitraan dengan pusat penelitian ternama seperti FORDA (Badan Pembangunan dan Penelitian Kehutanan),dan IUFRO (Uni Organisasi Penelitian Kehutanan Internasional) untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dan penelitiannya," katanya.

Ia mengatakan, pertemuan internasional di Bogor ini diharapkan membantu IPB membangun iklim kerja sama baru di antara para wakil berbagai institusi yang ikut, khususnya terkait dengan soal pengelolaan hutan berkelanjutan dan konservasi keanekaragaman hayati dengan mitra Jerman.

Konferensi yang berlangsung hingga 7 Desember 2011 ini diselenggarakan IPB bersama FORDA), Kementerian Kehutanan, Forum Pengembangan dan Penelitian Kehutanan (FORDEF) dan Jaringan Kehutanan Alumni Jerman (GAForN). (A035/E008
George August University Gottingen, Jerman bersama tiga universitas di Indonesia akan melakukan penelitian hutan di Provinsi Jambi.


Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerja Sama Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Anas Miftah Fauzi di Bogor, Senin, menjelaskan, empat wakil dari universitas tersebut telah menandatangani nota kesepahaman (MoU).

Tiga perguruan tinggi dari Indonesia yang akaan bergabung dengan universitas dari Jerman dan akan melakukan penelitian hutan di jambi itu adalah IPB, Universitas Jambi dan Universitas Tadulako, Sulawesi Tenggara.

Kerja sama penelitian itu akan diimplementasikan di salah satu dataran rendah hutan hujan tropis Provinsi Jambi di Pulau Sumatera.

Proyek "collaborative research center" (CRC) itu akan menganalisa dan membandingkan berbagai macam isu termasuk keanekaragaman hayati, kesuburan tanah, air dan gas rumah kaca.
Juga akan dilakukan berbagai kajian pada aspek ekonomi, sosial budaya dan politik terkait transformasi hutan hujan.
Sementara itu, terkait kerja sama dengan Universitas Gottingen, Anas Miftah Fauzi menjelaskan bahwa IPB dengan Gottingen sudah lama melakukan kerja sama, yaitu sejak 1990.
Banyak hal yang sudah dikerja samakan termasuk pertukaran pelajar.  Tidak sedikit staf pendidik IPB  merupakan alumni Universitas Gottingen, begitu juga sebaliknya. Menurut Deputi Bidang Ilmu dan Teknologi Kementerian Riset dan Teknologi Prof Benyamin Lakitan, kerja sama riset ini merupakan cara untuk mempercepat kemajuan penelitian di Indonesia. Apalagi publikasi penelitian Indonesia masih tergolong sangat rendah.
Anas menambahkan, penandatanganan MoU empat universitas tersebut dilaksanakan bersamaan dengan seminar bertema "Ecological and Socioeconomic Function of Tropical Lowland Rainforest Transformation Systems" (Sumatera Indonesia) pada pekan lalu. (A035)

Source : link 

Gunung Masurai, Keindahan yang Tersembunyi

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, Lain lain
Gunung Masurai (2935 mdpl) terletak di Provinsi Jambi Kabupaten Bangko dan mencakup 3 Kecamatan yaitu Kecamatam Lembah Masurai, Jangkat dan Sungai Tenang.. Gunung Masurai berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS). Menurut cerita rakyat di kaki Gunung Masurai, nama Masurai berasal dari dua kata yaitu emas dan terurai, jadi penduduk di kaki gunung melihat emas terurai yang berkilauan di puncak gunung sehingga mereka menyebut gunung itu Gunung Masurai. Gunung Masurai termasuk dalam kategori Sleeping Mountain atau gunung yang sudah tidak aktif lagi. Gunung Masurai mempunya tiga puncak, Puncak Satu, Puncak Utama dan Puncak Lancip. Di Gunung Masurai juga terdapat 2 danau vulkani yaitu Danau Kumbang 2539 mdpl dan Danau Maboek 2533 mdpl.
Dari Jambi menuju Kota Bangko dengan menggunakan bus ataupun travel dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Kemudian sampai di kota bangko dan ganti mobil engkel di Pasar Atas Bangko. Dari Pasar Atas Bangko meluncur menuju Desa Sungai Lalang Kecamatan Lembah Masurai, desa terdekat dari jalur pendakian Gunung Masurai, karena Gunung Masurai mempunyai satu jalur resmi yaitu yang terdapat di desa ini. Dari Bangko menuju Sungai Lalang membutuhkan waktu 6 jam itupun kalau kondisi jalan lagi bagus dan tidak turun hujan karena kalau hujan kondisi jalan becek dan berlumpur karena jalan masih ada yang belum di aspal dan masih jalan tanah dan berbatu.
Hawa dingin sudah mulai terasa ketika memasuki Desa Sungai Lalang dengan penduduk yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Di Desa Sungai Lalang terdapat Home Stay pendaki dan pos jaga TNKS. Home Stay biasa di gunakan para pendaki untuk menginap sebelum atau sesudah pendakian. Dari Home Stay menuju Pintu Rimba dengan berjalan kaki memerlukan waktu sekitar 1 jam waktu normal. Perjalanan ke Pintu Rimba melewati kebun penduduk dan sebuah sungai kecil. Hamparan kebun penduduk menjadi pemandangan tersendiri ketika menuju pintu rimba dan di belakang kita berdiri megah Gunung Sumbing (2469 mdpl) dan Gunung Hulunilo (2507 mdpl) suatu keindahan tersendiri yang sayang untuk di lewatkan begitu saja.
Pintu Rimba (1618 mdpl) adalah pintu gerbang memasuki kawasan TNKS di Gunung Masurai dan di tandai dengan adanya plang nama. Dari Pintu Rimba perjalanan dilanjutkan melewati hutan yang lebat untuk menuju shelter 1 (1815 mdpl). Diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke Shelter 1. Shelter satu merupakan tempat camp pertama dan terdapat sumber air yang terletak sebelah kiri dengan turun kebawah. Shelter 1 luasnya sekitar 4 x 8 meter dan ditandai sebuah plang nama dan pohon besar yang tumbang. Kalau mau melanjutkan perjalanan ke Puncak Satu, tempat air sebaiknya di isi penuh karena selanjutnya tidak ada lagi sumber air.
Selanjutkan perjalanan di lanjutkan menuju Puncak Satu (2713 mdpl), trek pendakian sudah mulai terasa karena jalan yang di lalui semuanya mendaki, ya namanya juga mendaki gunung. Hutan yang lebat dengan pohon-pohon yang besar menjadi pemandangan di dalam perjalanan menuju puncak satu, mendekati puncak satu pohon-pohon yang besar di tumbuhi lumut. Sebelum Puncak Satu kita melewati simpang yang menuju Danau Maboek (2533 mdpl) dan Puncak Satu. Puncak Satu di tandai plang nama dan lokasi camping ground. Pemandangan sedikit terbuka, Gunung Sumbing dan Gunung Hulunilo terlihat jelas serta Danau Kumbang juga terlihat dari Puncak Satu.  Danau Kumbang sudah menunggu di bawah, waktu yang di tempuh sekitar 30 menit dengan trek kemiringan 90 derajat karena lokasi Danau Kumbang terletak di lembah jadi kita harus turun kebawah. Sebelum turun ke bawah kita melewati persimpangan menuju Puncak Utama dan Danau Kumbang. Biasanya Pendaki memilih ngecamp di sekitar danau karena ada sumber air dan kondisi cukup aman dari angin kecang atau badai.
Danau dengan seluas sekitar 2 Ha menjadi incaran para pendaki, lokasi camping ground yang cukup luas dan kondisinya yang tenang, sangat cocok buat pendaki yang suka ketenangan dan ingin melepaskan pikiran dan jenuh dari hiruk pikuknya kota. Di namakan Danau Kumbang karena dulunya di sini banyak bintik-bintik hitam di pinggir danau dan mengkilat/bersinar dan mirip kumbang, sehingga penduduk menamakannya Danau Kumbang. Danau yang di kelilingi hutan ini menurut mitosnya di jaga oleh seorang kakek tua dan seekor naga, jadi para pendaki diharapkan jangan berlaku amoral di sekitar danau. Pantangannya pun jangan kencing dan buang air besar dengan menghadap ke danau.
Dari Danau Kumbang menuju puncak utama memerlukan waktu sekitar 2 jam dan melalui hutan yang berlumut. Setelah keluar dari simpang Danau Kumbang jalan yang di lalui cukup landai, Shelter 2 (2620 mdpl) terletak sebelum bekas aliran sungai yang sudah mengering jadi  sebaiknya membawa air dari danau karena air menuju puncak utama sangat susah kalaupun ada itu adalah air yang tergenang karena bekas  hujan.
Puncak Utama di tandai dengan plang Puncak dan luas areal yang landai sekitar 4×4 meter dan tertutup pohon cantigi di sekitar puncak, sekitar puncak terdapat lobang bekas pemburu harta karun dan masih ada bekas2 batuan yg menjadi titik tringulasi yang sudah di bongkar oleh orang-orang yang tidak betanggung jawab. Taman edelweis terletak dekat batuan yang sudah di bongkar, pemandangan yang lepas dan hijau serta menikmati edelweis sambil melepas lelah. Sedangkan kalau menuju Puncak Lancip harus melewati Puncak Utama ini tetapi jalurnya sudah tertutup karena sudah lama tidak lalui karena pendaki biasanya cuman sampai di Puncak Utama.

Source : link


Ekspedisi masurai yang dilakukan teman-teman kami kehutanan jambi

Kearifan Lokal di Loksado

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News
Desa itu bernama Lahung, berada di wilayah kecamatan Loksado, Kalimantan Selatan. Desa yang berada di balik pegunungan Meratus yang terkenal akan bentang bukitnya yang berlapis lapis. Untuk sampai di tempat ini Tim Kepak Sayap Enggang, Tur Mata Harimau harus melewati sebuah jembatan gantung tua yang hanya cukup untuk kendaraan roda dua. Di desa inilah warga Dayak Meratus tinggal.
Memasuki desa Lahung pada Selasa, 18 September 2012, ketenangan dan kenyamanan desa sangat terasa. Berjam-jam sebelum itu kami melewati jalur panas, gersang dari areal penambangan batubara Kodeco bekas HPH. Begitu tiba di desa Lahung yang kami temui sungai jernih mengalir deras, dan hijau tumbuhan terlihat di mana mana menambah teduh, dan menghilangkan penat yang sudah bergumul padat di seluruh badan kami.
Pak Ayal Kosal, demang tetua desa Lahung, menyambut kedatangan kami bersama warganya di dalam balai adat yang di sebut Malaris. Sebuah rumah panggung yang besar dan luas, dengan aula yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dan tempat upacara adat. Sajian makan malam khas desa Malaris pun telah disiapkan, ini semua sangat sempurna bagi perut kami yang kelaparan.
 
Malam itu di kehangatan Balai Adat Malaris, kami belajar banyak bagaimana sebuah kerifan lokal masyarakat adat bisa menjadi benteng penjaga kelestarian hutan. Pak Ayal berbagi kisah bagaimana Masyarakat Dayak Meratus membagi hutannya menjadi dua, yaitu hutan budidaya atau produksi, dan hutan lindung. Hutan lindungpun dibagi lagi menjadi dua, yaitu hutan lindung yang masih bisa dimanfaatkan kayu-kayunya, tapi hanya untuk keperluan pribadi seperti pembangunan rumah atau keperluan adat, dan dilarang keras untuk diperjualbelikan. Hutan lindung yang kedua adalah zona larangan, hutan ini sama sekali tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun. Hukum ini diberlakukan kepada semua masyarakat, dan jika melanggar akan dikenakan denda yang cukup besar.
Saat ini masyarakat Dayak Meratus sedang melakukan pemetaan hutan lindungnya. Saat ini telah terdata seluas 8 ribu hektar. Pak Ayal juga menceritakan bahwa selain kayu-kayuan, hutan mereka juga menyediakan berbagai macam tanaman obat-obatan yang telah diwariskan pengetahuannya secara turun temurun dari zaman keturunan Dayak Meratus. Hasil bumi dan ladang seperti kayu manis, tanaman karet, padi, sangat mencukupi kebutuhan mereka, sehingga tidak pernah ada kisah kelaparan atau gagal panen melanda Loksado. Pernah suatu ketika ada investor ingin masuk membuka tambang di daerah tersebut, namun melihat dampak kerusakan yang diakibatkan pertambangan seperti di daerah tetangga mereka Tanah Bumbu, rencana pembukaan tambang seketika ditolak masyarakat dan akhirnya tidak pernah terwujud.
Delapan sumber mata air ada di pegunungan meratus, yang salah satunya mengalir melewati sungai di Desa Malaris dan mata air tersebut tak pernah kering meskipun musim kemarau. Dengan sumber air tersebut masyarakat membangun pembangkit listrik tenaga mikro hidro di Haratai secara swadaya yang memberikan penerangan gratis tanpa henti. Masyarakat menyadari penuh bahwa pertambangan akan merusak dan menghancurkan mata air tersebut, dan kerusakan yang diakibatkan tidak sebanding dengan bualan janji-janji keuntungan dari investor tambang yang akan didapatkan. Membuat alam dan hutan yang terjaga dengan baik telah memberikan penghidupan yang lebih dari cukup bagi Masyarakat Dayak Meratus, dan itu akan tetap ada untuk anak cucu mereka nanti. Ini adalah contoh nyata pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang harus didukung dan dilindungi dari ekspansi industri kehutanan, perkebunan, dan pertambangan skala besar yang telah merusak banyak bagian Bumi Kalimantan.
Waktu sangat cepat berlalu, Keesokan paginya kami meninggalkan Loksado dengan membawa pelajaran nyata, bahwa Alam akan memberikan apa saja yang kita butuhkan, namun alam tidak akan bisa mencukupi sebuah nafsu keserakahan.
Bergabunglah menjadi Mata Harimau di www.greenpeace.or.id/mataharimau dan bersama kita selamatkan hutan Indonesia.

Source : Link

Bersama Mengawasi Hutan Indonesia

Diposting oleh Maysatria Label: News

Perjalanan tim Kepak Sayap Enggang – tur Mata Harimau seri Kalimantan saat ini memasuki etape ke tiga yaitu memasuki provinsi Kalimantan Barat. Dalam perjalanan yang telah berlangsung 10 hari di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, para aktivis telah melihat langsung keindahan hutan hujan Kalimantan maupun yang saat ini sedang dan terus dirusak, juga menyaksikan terjadinya konflik sosial dan perampasan tanah masyarakat.
Mata Harimau dan Enggang bersama-sama menyusuri kekayaan hutan yang masih tersisa juga kerusakan yang di timbulkan karena keserakahan manusia yang tidak mengindahkan keharmonisan alam dan manusia. Peta perjalanan mata harimau di Kalimantan ini bisa di lihat di situs Mata Harimau Forest Patrol (http://forestpatrol.greenpeace.or.id/)

Pada situs ini, selain ditampilkan rute perjalanan tur Mata Harimau, publik dapat melihat secara mudah peta Tutupan Hutan 2009, Moratorium revisi 2, dan batas konsesi baik konsesi kebun kelapa sawit, HTI, HPH maupun tambang batubara yang bersumber dari institusi pemerintah yang terkait. Kemudian peta-peta tersebut dapat dilihat lapis demi lapisnya, sehingga dengan mudah dapat melihat bagaimana tumpang tindihnya perijinan di Indonesia. Hal lain yang cukup penting akan mudah melihat peta Moratorium yang ternyata masih terjadi tumpang tindih dengan beberapa batas konsesi.


Apakah masyarakat bisa ikut berkontribusi?
Ke depan situs ini akan menjadi alat yang dapat di gunakan oleh masyarakat umum untuk melaporkan kerusakan alam baik pembukaan hutan, kebakaran maupun konflik lahan secara langsung ke situs ini. Saat ini kami sedang berusaha untuk mempermudah proses verifikasinya bersama rekan-rekan LSM di daerah-daerah se Indonesia. Sehingga setiap laporan masyarakat secara cepat dapat di verifikasi dan kemudian di tampilkan pada situs ini.
Dengan kemudahan pelaporan masyarakat dan informasi ruang berupa peta-peta yang mudah di buka, maka ke depan kami berharap hutan di Indonesia dapat kita jaga dan pantau bersama-sama. Semua masyarakat dapat berperan sebagai Mata Harimau.
Perusakan hutan di Kalimantan memang terus terjadi. Pada 1985 Kalimantan masih mempunyai 39,9 juta hektar kawasan hutan, tetapi menurut data 2010 tinggal tersisa 25,5 juta hektar.
Bersama komunitas Mata Harimau yang secara proaktif akan terus mengawasi dan mencegah perusakan lingkungan di Indonesia, mendesak pemerintah melakukan aksi nyata segera mengatasi perusakan lingkungan. Lewat situs ini semua orang bisa dengan mudah melihat kondisi terkini hutan Indonesia. Di masa mendatang, setelah mekanisme verifikasi data sudah terbangun, semua orang bisa menjadi penjaga hutan dengan cara men-share bukti-bukti foto/video ke situs http://forestpatrol.greenpeace.or.id/.

Source : link

Hukum (menghancurkan) Rimba

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi

Seperti yang telah kami janjikan kepada publik bahwa Navicula akan melanjutkan kampanye musik ke Borneo (Kalimantan) untuk meningkatkan kesadaran bersama pentingnya menjaga habitat hutan hujan di Indonesia, melanjutkan kampanye Orangutan kita yang berlangsung sejak Desember 2011.  Di tur ini kami berkolaborasi dengan Kepak Sayap Enggang- Tur Mata Harimau seri Kalimantan, sebuah tur yang digagas oleh Greenpeace, bekerjasama dengan sejumlah organisasi lokal Kalimantan seperti WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dan AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara).
Awalnya kami membayangkan bahwa tur di Borneo ini bakal menjadi sebuah perjalanan yang melintasi kawasan hutan hujan dan rimba yang asri, yang sekian lama telah menjadi ikon Kalimantan. Welcome to the jungle? Ternyata tidak.

Tur ini telah berubah tema menjadi  “mencari hutan di Kalimantan”. Sebagian besar hutan telah dirusak oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit dan tambang.  Bahkan kami dengan mata kepala sendiri menyaksikan puluhan ribu hektar hutan alami, rumah bagi Orangutan dan Enggang, yang baru saja dihancurkan, di sepanjang perjalanan dari Palangkaraya menuju Pontianak. Lima jam sebelum memasuki Pontianak, jutaan tunggak bangkai pohon di area gambut ini masih merah dan berdarah saat kami menyusuri kanal yang baru dibangun, di bawah suhu yang melampaui 40 Celcius, akibat lahan gambut yang dibongkar-perkosa sehingga melepas segunung karbon ke angkasa.

Kawasan yang kemarinnya hutan ini tiba-tiba menjadi gurun, Padang Kurusetra. Lenyap sudah nyanyian burung-burung dan jerit siamang, berganti arogansi deru mesin buldozer dan ekskavator yang masih meraung, merangsek membantai secuil hutan yang masih tersisa, yang pasrah menunggu giliran untuk dieksekusi mati.  Dan yang tak masuk di akal, semua ini berkesan legal.
Perasaan geram dan sedih bercampur aduk. Kegeraman itu mengandung protes saya terhadap pemerintah Indonesia yang telah memberikan ijin itu terjadi dan perusahan-perusahan raksasa yang telah mengerahkan daya dan muslihat untuk melahap sebesar mungkin keuntungan yang diperas dari alam ini.

Kesedihan kami mengandung jeritan spirit-spirit hutan, flora-fauna, ruh sungai, dan arwah nenek moyang yang telah mendiami tanah ini selama berabad-abad, serta nasib anak cucu negeri ke depan, yang dibumihanguskan demi keuntungan segelintir manusia tamak nan kejam.

Tuhan bersabda, Setan berbisik, tapi uang bicara…

Masih terngiang di kuping kami, harapan dan doa para ibu serta tetua di kampung pedalaman tempat kami bermalam, yang sekuat tenaga menjaga hutan sebagai rumah tempat mereka hidup dari ancaman investor.  Masih tercium aroma keringat dan airmata seorang nenek yang tak berdaya memandangi ladangnya yang dirampas oleh perusahan kelapa sawit dan menimbun sungai tempat dia dan keluarganya bergantung.  Kini sang nenek terpaksa berjalan melintasi bukit berkilometer untuk memperoleh air layak minum, dan itu pun tak bisa dilakukannya saat musim kemarau.

Masih jelas dalam pandangan, raut amarah seorang ketua suku dengan mandau di pinggang mempertahankan pohon durian yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari, setelah perusahaan menghancurkan lading buah-buahan warga adat.  Masih terasa trauma warga kampung yang
diintimidasi oleh aparat bersenjata dan hukum yang justru memihak kaum pengusaha dan mengorbankan masyarakat setempat, hingga saat ini pun kepala desa kampung itu masih di dalam penjara karena menuntut lahan haknya.

Hutan mati, kesejahteraan masyarakat ikut mati. Bagi saya ini sudah melampaui keserakahan. Ini sudah keji namanya. Di gurun ini, sejumlah pohon langka seperti Ramin, sengaja tidak dibabat pihak perusahan karena ada aturan legal untuk melindungi pohon ini.  Tapi Ramin-Ramin itu telanjang dan akan ikut mati segera, karena mereka tidak bisa hidup sendiri, sementara teman-teman pohon lainnya sudah almarhum, lumat menjadi bubur kertas. Dalam waktu dekat, Ramin-Ramin ini akan binasa juga, terpanggang di suhu sepanas neraka ini, dan terbunuh untuk kedua kalinya dalam kepungan kebun monokultur sawit yang egois, alias tidak mau hidup berdampingan dengan tanaman lain. Aturan legal itu semu.

Jalan-jalan beraspal dibangun membelah gunung dan mencapai pelosok, dan dengan gembar-gembor mengatasnamakan pembangunan. Tapi di sini kami melihatnya beda. Di mana jalan raya dibangun, di situlah jalur distribusi sawit dan hasil tambang.  Bukan untuk masyarakat. Pembangunan semu yang dipropaganda untuk mengejar pertumbuhan ekonomi ini tidak sebanding dengan kerugian yang dihasilkan; seberapa luas hutan hancur, seberapa terpolusikannya sumber air sekitar, seberapa terpuruknya ekonomi masyarakat lokal, seberapa banyaknya kebijakan lokal dan kekayaan budaya yang punah, seberapa mengerikannya potensi bencana alam di waktu mendatang dalam waktu dekat.

Saudara-saudari, sekarang saja kita beraksi sudah terlambat namanya, apalagi menunggu nanti. Mari bulatkan suara untuk melindungi hutan yang tersisa dan memperbaiki yang telah dirusak. Buka mata hati, karena jika tidak, kita semua tinggal menghitung mundur menuju kehancuran negara tercinta ini.

Jadilah bagian dalam mendorong perubahan bersama Mata Harimau, kamu bisa ikut menyelamatkan hutan alam yang tersisa disini www.greenpeace.or.id/mataharimau
Video perjalanan Navicula bersama Kepak Sayap Enggang - Tur Mata Harimau seri Kalimantan : http://youtu.be/OUpzGB5CDXI
Salam cinta dari rimba terakhir yang tersisa.

Source : link

Sampel Air Citarum Seperti Pelangi

Diposting oleh Maysatria
Hari masih terlalu pagi untuk beraktivitas bagi saya sebenarnya. Namun, hari itu kami harus bertolak dari Jakarta mulai pukul 5 pagi untuk menuju Bandung, dan mengunjungi beberapa lokasi disana. Saya, Ashov, dan seorang fotografer berkendara mobil mulai menembus kegelapan yang beranjak pagi, menyambut gelombang cahaya mentari yang perlahan menghiasi bumi.
Setelah tiga jam perjalanan, kami sampai di lokasi pertama. Hamparan sawah membentang di hadapan saya. Seeekor kerbau sedang dimandikan di tengah sawah oleh sang empunya. Mengingat matahari yang cukup terik meskipun jam masih menunjukkan pukul tujuh, saya tergoda untuk ikut membayangkan rasanya diguyur air langsung dari sungai, pasti segar rasanya. Kami berjalan menyusuri pematang sawah, tak begitu banyak petani disini, batin saya, atau mungkin mereka sedang pergi mengurusi hal yang lain, timpal saya sendiri.
Lokasi pertama adalah sebuah pipa yang sangat besar. Sebenarnya saya tidak cukup bisa mengambil kesimpulan dan mengatakan bahwa itu adalah sebuah pipa, karena bentuk pipanya tidak terlihat, dan air yang mengalir cukup deras seperti keluar dari sebuah pancuran raksasa. Air tersebut langsung mengalir menuju sungai. Belakangan saya baru mengetahui, sungai tersebut adalah anak dari anak sungai bersejarah di Bandung yaitu Sungai Citarum. Setelah mengenakan pakaian hazmat (hazardous material), kami memulai mengeluarkan peralatan yang dibutuhkan. Sebuah botol sampling, tongkat alumunium, masker, sarung tangan, GPS, dan juga seorang fotografer yang siap mengabadikan momen pengambilan contoh air ini.

Saya terkejut melihat warna air tiba-tiba berubah menjadi hijau kebiruan, kemudian berbuih. Tak lama setelah itu bau menyengat keluar menusuk indera penciuman kami. Saya dengan segera langsung mengenakan masker, untuk mengusir bau yang tak sedap tersebut. Namun, ternyata hal itu tak cukup membantu, karena baunya sangat tajam. Kami mulai membuka tutup botol dan membiarkan tumpahan air berwarna hijau kebiruan tersebut masuk ke dalam botol. Setelah itu, botol kami simpan di cooler box, agar sampel airnya tidak rusak. Setengah jam berlalu, saya kembali tersontak kaget, tiba-tiba air kembali berubah warna menjadi merah. Ya, merah. Warnanya sungguh tak wajar. Tak ingin kehilangan momen, kami kembali mengambil sampel air berwarna merah tersebut.
Saat kami mengambil sampel air, seorang bapak paruh baya melintas di pinggir sungai sambil membawa pancing. Kami sempat berinteraksi sebentar dengan beliau, menanyakan dia akan pergi kemana dan memancing dimana. Si Bapak menjawab, ia akan sedikit berjalan ke hilir, untuk mendapatkan ikan. Karena jika dia hanya berdiam disitu saja, sudah dapat dipastikan ia akan pulang dengan tangan hampa. Kemudian sebuah pertanyaan menggelitik benak saya, bagaimana ikan bisa hidup disini dengan kondisi air yang sangat keruh, berbuih dan berbau menyengat. Kasihan sekali si Bapak, jika tidak bisa mendapatkan ikan, lantas apa yang ia jual hari ini untuk sekedar membeli beras dan memberi makan keluarganya? Kami melintasi lagi kerbau yang sedang dimandikan tadi. Ingatan saya kembali tertuju pada warna air yang seketika berubah-ubah. Apa rasanya mandi dengan jenis air seperti itu, apa tidak menimbulkan gatal di kulit? Mungkin, karena jenis kulit kerbau berbeda dengan manusia, bisa jadi dia lebih kebal, ucap saya dalam hati.
Lokasi kedua dan ketiga tidak sedramatis lokasi pengambilan sampel pertama. Lokasi kedua hanya berupa aliran sungai yang surut, dimana kami bisa benar-benar turun dan menjejakkan kaki di bawahnya. Namun, lokasi kedua ini dekat dengan peternakan. Sehingga limbah peternakan, seperti tinja dibuang dan memenuhi badan sungai. Sudah bisa dibayangkan kan seperti apa baunya?
Hari semakin sore, kami bergegas menuju lokasi pengambilan sampel air ketiga. Disini kami mengambil sampel air di aliran sungai yang dekat dengan rumah penduduk. Di lokasi ini, saya menyempatkan diri untuk bercengkerama dengan para warga. Saya melihat dan mendengar keluhan mereka tentang sulitnya sumber air yang mereka dapatkan untuk kehidupan sehari-hari. Mereka harus menyaring air yang keluar dari kran sebanyak empat sampai lima kali untuk mendapatkan air yang jernih. Itupun tidak cukup jernih menurut saya, karena masih berwarna kuning kecoklatan. Mereka juga bercerita, air yang dipakai oleh mereka ini, kadang menimbulkan gatal di kulit. Meskipun, mereka berbicara dalam bahasa Sunda, tetapi saya mengerti, dan paham apa yang mereka katakan. Saya melihat ada semacam kemarahan dari sorot mata mereka yang bercampur dengan keputusasaan akibat sumber air mereka tercemar. Mereka cukup mengetahui sebenarnya mengapa air mereka menjadi tidak layak konsumsi, tapi mereka bisa apa?
Sekali lagi disini saya melihat adanya sebuah kesewenangan para pemilik modal, para penguasa yang mengambil hak hidup rakyat kecil. Air adalah sumber kehidupan, semua orang berhak atas air yang layak dikonsumsi. Tapi disini kesadaran akan hak-hak dasar seperti itu, tampaknya sudah hilang. Citarum oh Citarum, malang benar nasibmu. Mereka memperlakukan dirimu tak ubahnya seperti sebuah selokan pribadi. Mereka siapa? Dan apa yang mencemari Citarumku? Kita berhak untuk tahu, dan memperjuangkan hak tersebut sampai kita kembali mendapatkannya.

Source : link

Dongeng Toxic Dibalik Pakaian Anda

Diposting oleh Maysatria Label: News
Apa yang Anda pakai hari ini? Sentuhlah. Ayo. Seperti apa rasanya? Ya, Anda sedang menyentuh sepotong pakaian. Anda sedang menyentuh sejenis kain. Anda sedang menyentuh pilihan busana. Namun demikian, ada sesuatu yang lebih. Anda juga sedang menyentuh sebuah kisah. Karena setiap potongan pakaian, di lemari pakaian Anda, di lemari pakaian saya, di lemari pakaian semua orang – memiliki sebuah kisah.



Saat ini, merek-merek pakaian tengah menuliskan kisah ini untuk kita. Menampilkan saluran air publik yang diperlakukan seperti saluran air pribadi. Menampilkan sungai-sungai beracun. Menampilkan bahan-bahan kimia berbahaya, sulit terurai dan menganggu hormon yang bisa menyebabkan kerusakan serius bagi ekosistem dan mata pencaharian.
Saya tidak tahu dengan Anda, tapi kami di Greenpeace tidak menyukai seluruh kisah tersebut. Kami menyukai pakaian kami, sungguh. Kami menggunakan pakaian untuk berekspresi dan menampilkan diri kami ke tengah dunia. Tapi penuh semangat kami bersatu dalam sebuah keyakinan bahwa mode tidak seharusnya secara harfiah membebani bumi.
Tidak – pakaian kami tidak harus direnda dengan bahan kimia beracun. Pakaian kami tidak harus diproduksi tanpa transparansi dan menyebabkan pencemaran air beracun. Mereka tidak harus dirancang untuk usang lebih cepat dari yang dapat kita beli.
Ada cara lain dan orang-orang seperti Anda yang akan mengusungnya. Karena inilah masalahnya. Merek-merek yang membuat apa yang kita pakai akan mendengarkan kita. Mengapa? Karena tanpa kita mereka bukan apa-apa. Benar sekali : BUKAN APA-APA. Dan mereka mengerti hal ini.

Kita bukan roda geligi di mesin mereka.
Kita punya kekuatan luar biasa atas mereka secara pribadi, tapi lebih dari itu, ketika kita bersatu bersama.
Kami menyebutnya #PeoplePower (Kekuatan Massa) dan kekuatan ini terus bertumbuh. Kami adalah orang-orang yang menyukai pakaian kami dan kami siap untuk mendorong banyak hal ke muka. Itulah mengapa tahun ini, Kampanye Detox Greenpeace menggali jauh ke dalam bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam produksi bisnis pakaian.
Hari ini, kami tengah membongkar hubungan antara fasilitas produksi tekstil yang menggunakan bahan kimia berbahaya dan menyebabkan pencemaran air. Investigasi kami termasuk 20 merek pakaian global, dan pengujian pada 141 produk yang dijual merek pakaian terkemuka seperti Zara, label pakaian China Metersbonwe, Calvin Kelin, Levi’s, Mango, Tommy Hilfiger dan Vero Moda.
Kami mendesak merek-merek ini untuk menghilangkan pelepasan bahan kimia berbahaya ke tengah lingkungan dan produk. Cara terbaik untuk melakukan ini adalah menggantinya dengan alternatif yang lebih aman. Dan untuk menunjukan bahwa mereka serius, mereka harus transparan dan menyingkap apa yang dilepas pemasok mereka  ke tengah lingkungan dari fasilitas mereka.
Jika merek-merek yang memiliki kekuatan dan pengaruh bekerja sama dengan para pemasuk untuk menjadi periontis alternatif aman bagi bahan kimia berbahaya, dan membawa mereka ke tengah pasar dengan cepat, yang lainnya akan menyusul. Jika #PeoplePower / Kekuatan Massa terus mendesak dengan cukup kuat, kita dapat mengubah banyak hal secara global dan selamanya.
Pertimbangkan apa yang telah kita capai : tujuh merek internasional (Puma, Nike, Adidas, H&M, M&S, C&A dan Li-Ning) telah berkomitmen untuk berubah karena Anda telah meminta mereka. Tapi sejauh ini merek-merek seperti Zara tetap diam. Jika Anda berbagi visi dengan kami untuk masa depan, bergabunglah bersama kami untuk meminta Zara melakukan detox di pakaian kita!
Katakan pada Zara kita tidak menginginkan bahan kimia berbahaya di pakaian kita atau di saluran air kita. Bersama, kita dapat mengendalikan kisah yang disampaikan oleh pakaian kita dan menjadikannya yang terbaik bagi kita semua.

Source : link

Sebuah Resep Untuk Minyak Sawit yang Tidak Membebani Bumi

Diposting oleh Maysatria Label: News

Ketika perluasan minyak sawit berlanjut dan menyebabkan deforestasi serta emisi gas rumah kaca besar-besaran, sistem sertifikasi minyak sawit  berkesinambungan baru menyelesaikan rapat tahunannya. Saya telah menghadiri pertemuan-pertemuan ini selama beberapa tahun terakhir dan tertarik untuk melihat bagaimana persepsi Greenpeace telah berubah selama tahun-tahun tersebut.
Ada tahun-tahun dimana tak seorangpun ingin bicara atau terlihat memiliki kaitan dengan Greenpeace.
Produsen minyak sawit memiliki ketakutan kalau kami akan mengekspos praktik buruk mereka dan perusahaan-perusahaan konsumen telah melihat kami tidak gembira dengan standar hijau RSPO seperti yang sudah-sudah. Saat minyak sawit bersertifikasi RSPO pertama masuk di pasar pada bulan November 2008, Greenpeace meluncurkan laporan untuk menunjukan bahwa perusahaan masih melakukan penebangan hutan dan lahan gambut.
Jadi pendekatan positif yang diambil Greenpeace di pertemuan RSPO baru-baru ini di Singapur sedikit berbeda.
Kami menunjukan kartu penilaian pada produsen minyak sawit untuk menunjukan benar-benar ada perusahaan-perusahaan di luar sana yang mengambil langkah yang diperlukan untuk memutuskan hubungan antara kelapa sawit dan deforestasi.
Sementara beberapa anggota RSPO terus merusak hutan dan lahan gambut, habitat orang utan terancam penuh, beberapa yang lain memiliki kebijakan di tempat untuk melindungi hutan. 3 perusahaan teratas dari Brazil, Papua Nugini dan Indonesia, semua memiliki kebijakan di tempat yang membuat mereka mengambil komitmen untuk memproduksi minyak sawit dengan cara yang benar-benar bertanggung jawab.
Greenpeace mengakui bahwa produksi minyak sawit berkelanjutan benar-benar bukan tugas yang mudah dan mengakui upaya produsen yang benar-benar berkomitmen untuk mencoba mengubah praktek mereka yang merusak.
Perusahaan nomor 3 di kartu penilaian kami, Indonesia’s Golden Agri-Resources (GAR), memberikan  Kebijakan Konservasi Hutan mereka tahun lalu setelah kampanye Greenpeace yang ekstensif.   Dengan bantuan Greenpeace dan Tropical Forest Trust, perusahaan ini telah mengembangkan sebuah metode untuk membedakan kawasan hutan dari kawasan yang bisa dikembangkan untuk kelapa sawit tanpa merusak lingkungan atau mempengaruhi perubahan iklim.
New Britain Palm Oil Ltd. Dari Papua Nugini, nomor dua di daftar kami melirik pendekatan yang sama, sementara Agropalma dari Brazil produsen peringkat atas di kartu penilaian kami memiliki kebijakan untuk menghentikan deforestasi sejak tahun 2001.
Jika perusahaan-perusahaan ini mau mengambil komitmen yang sama atau bahkan lebih dan jika RSPO juga mengadopsi pendekatan ini, ini dapat sungguh-sungguh berarti deforestasi kelapa sawit akhirnya akan berhenti.
Tahun ini terbuka kesempatan unik bagi RSPO untuk akhirnya mengambil langkah – langkah yang diperlukan untuk bergerak menuju sistem sertifikasi  terpercaya - prinsip dan kriteria RSPO tengah ditinjau kembali.
Terjadi diskusi terus menerus tentang menambah perlindungan penuh terhadap lahan gambut dan tindakan untuk mengekang emisi gas rumah kaca dari deforestasi untuk minyak sawit dalam kriteria RSPO.
Sayangnya, sepertinya masih ada oposisi kuat dari produsen, khususnya perusahaan-perusahaan Malaysia yang ingin ekspansi ke lahan gambut kaya karbon di Sarawak.
Jika RSPO gagal bergerak menuju standar yang terpercaya, perusahan-perusahaan konsumen seperti Unilever dan Kraft perlu mengambil langkah tambahan untuk memastikan mereka tidak membeli minyak sawit dari deforestasi.
Jadi, ketika Greenpeace menunjukan langkah-langkah yang baik di rapat RSPO tahun ini, jelas bahwa hanya beberapa perusahaan yang mengambil langkah-langkah tepat dan ini tidaklah cukup. Khususnya ketika ancaman baru muncul, pengembangan pertumbuhan minyak sawit dengan beban hutan alam Afrika.
Contohnya, GAR adalah satu dari investor utama di Golden Veroleum (Liberia) Inc. (GVL), sebuah perusahaan dengan operasi besar di Liberia. GVL saat ini menghadapi tuntutan akibat melanggar peraturan RSPO, membersihkan kawasan tanpa ijin resmi dari masyarakat lokal.
Aktifis hak asasi manusia telah mengajukan pengaduan kepada RSPO dan RSPO telah menuntut perusahaan ini untuk menghentikan seluruh operasinya.
Pertanyaannya sekarang apakah GVL akan mendengarkan RSPO dan juga investornya sendiri. Atau, jika di lingkungan baru dan menantang seperti Liberia, perjuangan untuk produksi minyak sawit yang bertanggung jawab harus dimulai lagi.
Kemungkinannya adalah pertemuan RSPO tahun depan Greenpeace akan terlihat kembali dengan peran lamanya, memperlihatkan bagaimana perluasan minyak sawit masih menyebabkan deforestasi dan perubahan iklim.
Dengan bantuan Anda kami berharap dapat menambah daftar nama perusahaan yang benar-benar mengambil langkah positif menuju produksi minyak swait yang tidak membebani hutan atau iklim.

Source : link

Sukses dengan KFC Inggris dan Irlandia! Tapi perjuangan belum selesai

Diposting oleh Maysatria Label: News

Kabar gembira! Kita telah mendapatkan kemenangan penting dalam upaya melindungi hutan Indonesia saat KFC Inggris dan Irlandia mengambil komitmen untuk meninggalkan pemasok yang terlibat aktif dalam penebangan hutan alam dan penghancuran gambut. Mengikuti jejak KFC Indonesia pada bulan Juni lalu yang telah menyatakan untuk ikut bersama-sama menyelamatkan hutan Indonesia. komitmen KFC Indonesia untuk menghilangkan keterkaitan dengan perusakan hutan dalam rantai suplai mereka, serta keputusan mereka untuk menghentikan pembelian dari kertas dari perusahaan penghancur hutan.
Dan kemenangan fantastis ini mustahil terjadi tanpa Anda.
Investigasi Greenpeace diluncurkan awal tahun ini menemukan fakta bahwa KFC menggunakan kertas kemasan yang diproduksi oleh Asia Pulp & Paper, sebuah perusahaan yang terus menerus menebangi hutan Indonesia untuk pembuatan kertas. Menyusul, ratusan ribu dari Anda sekalian ambil bagian dalam aksi memberitahukan KFC untuk melakukan perbaikan, baik melalui surel, telfon, Twitter, Facebook atau melalui petisi. Suara Anda telah membuat masalah ini mustahil untuk diabaikan dan kami mulai melihat hasilnya dengan KFC Inggris dan Irlandia di aksi yang terakhir.
Komitmen baru yang menggembirakan ini mengandung arti bahwa KFC Inggris dan Irlandia akan menghentikan penggunaan produk yang dipasok Asia Pulp & Paper, sebuah perusahaan yang terus menerus menebangi hutan Indonesia.
Yang paling penting, pesan yang dikirim kepada perusahaan-perusahaan ini adalah jika mereka terus menerus menggunakan hutan alam yang merupakan  habitat harimau untuk membuat kertas, mereka akan terus menerus kehilangan pelanggannya.
Tapi perayaan ini harus kita simpan dahulu di dalam peti es sementara waktu, KFC Inggris dan Irlandia hanyalah satu dari 100 lebih Negara di mana KFC dan induk perusahaannya Yum!  beroperasi.
Kita harus tetap menekan para pemimpin di markas besar Yum di Amerika Serikat sampai mereka mengikuti jejak KFC Inggris, Irlandia dan Indonesia. Mereka harus memperkenalkan kebijakan global guna menyingkirkan perusahaan seperti APP yang secara aktif terlibat dalam penebangan hutan.
Di Indonesia, Greenpeace berkampanye guna menghentikan perusakan lingkungan, dan salah satu fokus utamanya adalah menghentikan perusakan hutan. Greenpeace tidak anti industri, justru jika Indonesia bisa menghentikan para perusak hutan seperti APP, citra industri Indonesia di mata internasional akan semakin harum. Dalam kampanyenya, Greenpeace mendesak industri yang masih melakukan perusakan hutan untuk berhenti merusak dan beralih ke operasi yang lebih ramah lingkungan dan lestari, demi kemajuan industri dan perekonomian Indonesia itu sendiri.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah mengirimkan pesan pada Dewan Direktur KFC, sebuah kelompok yang harus didengar oleh David Novak, pemimpin KFC. Kami meminta David Novak untuk membuat komitmen yang sama dengan KFC Inggris dan Irlandia dan menyingkirkan pemasok yang secara aktif menebangi hutan alam  dan berkonflik dengan masyarakat.

Source : link

Merubah Perilaku, Merubah Iklim

Diposting oleh Maysatria Label: News

  • Sebelumnya tidak pernah terpikir dalam benak saya, bahwa memanasnya bumi, berubahnya iklim benar adanya dan itu sudah terjadi. Ini adalah ancaman terbesar yang dihadapi dalam sejarah panjang umat manusia. Saya merasakannya, Anda mengalaminya, dan ratusan juta orang lainnya yang tinggal di seluruh belahan bumi ini, juga terkena dampaknya.
    Bayangkan saja, konsentrasi CO2 saat ini telah melampaui kisaran alaminya antara 180 – 300 ppm yang telah bertahan selama 650.000 tahun terakhir. Sedangkan temperatur permukaan bumi telah mengalami peningkatan sebesar 0,19 - 0,76 oC dari masa 1850-1899 hingga 2001-2005. Sebelas dari 12 tahun terpanas sejak 1850 terjadi pada periode 1995-2006 (kecuali tahun 1996). Kenaikan temperatur permukaan bumi tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan ekspansi termal air laut; keduanya berdampak pada kenaikan permukaan air laut. Sejak tahun 1961-2005, rata-rata kenaikan permukaan air laut secara global adalah 0,5- 1,8 mm per tahun. (Assessment Report ke-4, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Dapat Anda bayangkan bukan, di belahan bumi lain sangat sulit untuk mendapatkan air akibat bencana kekeringan, sementara di benua lainnya orang-orang berbondong-bondong mengungsi akibat naiknya permukaan air laut. 
    Sebagai negara kepulauan, dengan 17.500 pulau dan garis pantai kedua terpanjang di dunia, yaitu 81.000 km, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Pada tahun 2006 area persawahan di Indonesia yang terendam banjir mencapai 262.984 ha; 104.802 ha diantaranya gagal panen. Sedangkan pada tahun yang sama, area persawahan yang terkena kekeringan mencapai 262.592 ha dengan 63.568 ha diantaranya mengalami gagal panen. Pada Februari 2007, banjir besar yang melanda Jakarta menyebabkan 80 orang meninggal dan kerugian materiil sekitar USD 453 juta. Selain akibat berkurangnya daerah resapan air, buruknya sistem drainase, dan belum siapnya infrastruktur pengendalian banjir, banjir besar tersebut dipicu oleh tingginya curah hujan. 
    Tahukah Anda, bahwa masing-masing dari kita turut menyumbang terhadap meningkatnya dampak pemanasan global dan perubahan iklim? Aktivitas kita sehari-hari ternyata mengeluarkan emisi karbon, dari mulai penggunaan sumber listrik hingga pemakaian jenis transportasi. Mengapa bisa begitu? Karena sebagian besar sumber energi kita berasal dari bahan bakar fosil. Sementara penggunaan bahan bakar fosil dikategorikan ke dalam salah satu penyebab meningkatnya emisi gas rumah kaca. Setiap penggunaan energi konvensional dari bahan bakar fosil (mis. konsumsi listrik, gas, dan bensin) menghasilkan emisi gas rumah kaca.
    Kalau begitu, selamanya iklim kita ini tidak akan pernah seimbang? Bumi akan terus memanas, hingga akhirnya berujung kepada bencana. Masa depan seperti apa yang mau kita hantarkan kepada anak cucu kita?
    Sebelum semuanya terlambat, saya, Anda, dan kita semuanya masih punya waktu dan masih ada cara lain untuk menghentikan semua itu, agar tidak terjadi di masa mendatang. Solusinya adalah melakukan penghematan energi (efisiensi energi) dan mulai beralih kepada pemanfaatan energi terbarukan.

    Jika kita ingin masa depan dengan lingkungan yang lebih bersih dan aman, perubahan itu harus dimulai dari diri kita, sekarang. Matikan lampu, serta peralatan elektronik lainnya (kipas angin, AC) saat meninggalkan ruangan, ganti bola lampu pijar dengan lampu LED hemat energi, maksimalkan cahaya matahari sebagai penerangan di dalam rumah, serta gunakan mass rapid transport ketika bepergian.
    Belum terlambat bukan untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan bumi kita yang hanya satu-satunya ini? Mulailah sekarang juga dan gabung dengan gerakan perubahan ini di berani.greenpeace.or.id

    Source : link

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ▼  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ▼  November (25)
      • Hutan mangrove di Tahura tercemar sampah plastik
      • Dua bunga Rafflesia mekar di hutan Bengkulu
      • BKSDA Bengkulu kekurangan polhut untuk pengamanan ...
      • Tiga syarat orangutan layak dilepas-liarkan
      • Kemhut diminta meringankan lisensi pengelolaan hut...
      • Lebak mendapat sumbangan 4.000 bibit cendana
      • 70 persen hutan konservasi di Bengkulu rusak
      • "Tim Bona" bantu konservasi gajah Bengkulu
      • Hutan kota Pekanbaru jadi pangkalan PKL
      • Kepri lakukan konservasi gonggong
      • Anggaran konservasi sangat minim
      • Sumsel targetkan Gerakan Menanam 150 juta pohon
      • Indonesia - jerman jalin kerja sama penelitian keh...
      • Gunung Masurai, Keindahan yang Tersembunyi
      • Kearifan Lokal di Loksado
      • Bersama Mengawasi Hutan Indonesia
      • Hukum (menghancurkan) Rimba
      • Sampel Air Citarum Seperti Pelangi
      • Dongeng Toxic Dibalik Pakaian Anda
      • Sebuah Resep Untuk Minyak Sawit yang Tidak Membeba...
      • Sukses dengan KFC Inggris dan Irlandia! Tapi perju...
      • Merubah Perilaku, Merubah Iklim
      • Energi Terbarukan Solusi dari Malapetaka Perubahan...
      • Presiden SBY menanam pohon Manglid (Manglietia gla...
      • 4 Paten Hasil Penemuan Yang Terdaftar Atas Nama Pu...
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |