skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Sabtu, 14 September 2013

Seekor Harimau Dikuliti Setelah Berusaha Menerkam Orang Rimba

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News
Kartu kuning untuk Indonesia, karena masih belum sepenuhnya mampu melindungi harimau Sumatera. Foto: Rhett A. Butler

(Ilustrasi) harimau Sumatera. Foto: Rhett A. Butler

Pada hari Senin tanggal 9 September silam pihak Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) mendapat laporan dari Kapolsek Merangin mengenai warga Suku Anak Dalam (SAD) yang menembak mati seekor harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) di desa Pulau Bayur Kecamatan Pamenang Selatan, Kabupaten Merangin, Jambi. Karena lokasi kejadian jauh dari kawasan taman nasional, pihak TNKS segera berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi sebagai pihak yang lebih berwenang dalam menangani kasus ini. BKSDA bekerjasama dengan TNI segera membentuk tim dan langsung berangkat menuju lokasi.
Setibanya di lokasi tim mendapati harimau mati itu telah dikuliti dan kulitnya direndam dalam cairan spiritus, senyawa alkohol yang lazim digunakan untuk mengawetkan satwa. Sementara dagingnya tengah dibakar untuk dikonsumsi oleh sekelompok warga SAD dan tulangnya dikumpulkan didalam karung. Dodi, warga SAD yang menembak harimau jantan yang diperkirakan berusia 7 tahun itu mengaku sedang berburu babi di kebun kelapa sawit.
Ketika hendak menembak babi yang diburunya harimau itu tiba-tiba menyerangnya. Karena panik Dodi langsung melepaskan tembakan yang mengenai mata harimau malang itu. Tim segera melakukan negosiasi dengan Dodi dan kelompoknya agar mau menyerahkan tulang dan kulit harimau tersebut tapi mereka menolak. Mereka bersikeras untuk tidak menyerahkan bagian tubuh harimau yang tersisa dengan alasan harimau tersebut telah mencelakai Dodi.
Proses negosiasi berlangsung sedikit memanas karena mereka hanya bersedia menyerahkan tulang dan kulit harimau itu jika tim mau mengganti kerugian sebesar 150 juta rupiah. Setelah terus melakukan negosiasi akhirnya Dodi dan kelompoknya bersedia menyerahkan tulang-tulang harimau itu dan tim pun memutuskan untuk meninggalkan lokasi tanpa membawa kulit harimau karena situasi di lokasi yang semakin tidak kondusif.
“Kami masih terus berusaha melakukan pendekatan persuasif pada pelaku” ujar Sahron, Kepala Seksi Wilayah I BKSDA Jambi. Pendekatan persuasif ini dilakukan oleh BKSDA dan TNI untuk mencegah konflik yang lebih besar dan berpotensi menimbulkan isu sensitif. Pihak BKSDA menduga kulit harimau tersebut akan dijual dan sudah ada penadahnya. Hingga saat ini BKSDA dan TNI masih bekerja sama dalam memantau pergerakan Dodi dan kelompoknya serta kulit harimau yang ada ditangan mereka.
Pihak BKSDA juga menduga kuat bahwa desa Pulau Bayur yang dulunya merupakan kawasan hutan adalah habitat harimau yang telah mati tersebut. Menurut Sahron, populasi harimau sumatra khususnya di Kabupaten Merangin cukup tinggi. Namun perburuan, alih fungsi hutan menjadi kawasan perkebunan, pemukiman dan pertambangan serta perambahan yang terus menggerogoti kawasan hutan yang tersisa mengakibatkan populasi harimau di kawasan ini menurun dengan sangat cepat.

Tabel Penurunan Jumlah Harimau Sumatera. Data: Margono et.al 2012
Berdasarkan data Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan pada tahun 1992, populasi harimau sumatra diperkirakan hanya tersisa 400 ekor di 5 taman nasional (Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas, Berbak dan Bukit Barisan Selatan) dan 2 suaka margasatwa (Kerumutan dan Rimbang), sementara sekitar 100 ekor lainnya berada di luar ketujuh kawasan konservasi tersebut.  Jumlah tersebut diduga terus menurun.

Perkiraan terkini baru dilakukan pada tingkat kawasan yang berlaku untuk kawasan itu saja. Jumlah minimal berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga adalah sekitar 250 individu dewasa, di 8 dari setidaknya 18 kawasan yang disinyalir memiliki harimau sumatra (Kerinci Seblat, Bukit Barisan Selatan, Batang Gadis, Way Kambas, Bukit Duabelas, SM Dangku, dan Sungai Meranti – Sungai Kapas) sedangkan terhadap 10 kawasan lain sisanya belum dilakukan estimasi populasi.

Source : link

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ▼  September (36)
      • Kabupaten Berau Dorong Taman Pesisir Kepulauan Der...
      • Pemahaman GPS Untuk Dukung Pengelolaan Berbasis Re...
      • Hutan Lindung di Sulawesi jadi Sasaran Konversi Lahan
      • Penelitian: Pengambilan Hiu Berlebihan Oleh Nelaya...
      • Kekayaan Hayati: Genus Baru Pengerat Ditemukan di ...
      • Penelitian: Kesadaran Global Meningkat, Bangunan R...
      • Harapan Baru bagi Hutan Mangrove di Kepulauan Tana...
      • Penelitian Akan Ungkap Kerusakan dan Emisi Karbon ...
      • Harapan Baru bagi Hutan Mangrove di Kepulauan Tana...
      • Mongabay.org Berikan Bantuan Dana 20.000 Dollar AS...
      • Penelitian: Asia Tenggara, Salah Satu Kawasan Pali...
      • Energi Terbarukan, Jawaban Jitu Atasi Eksploitasi ...
      • Mereka yang Temukan Peluang Usaha dari Menjaga Lin...
      • Kerusakan Hutan Menyebabkan Bencana
      • Seekor Harimau Dikuliti Setelah Berusaha Menerkam ...
      • Penelitian: Mayoritas Warga Desa di Kalimantan Tol...
      • Selesai Seminar Proposal Skripsi
      • Pengendali Hama dari Tanaman dan Gulma yang Ramah ...
      • Program Bina Desa Himpunan Mahasiswa Kehutanan Uni...
      • Akhirnya Badan Pengelola REDD+ Terbentuk
      • GPS Monitoring Gajah di Sekitar TN Bukit Tigapuluh...
      • Penelitian: Indonesia Harus Ubah Wilayah Konsesi P...
      • Buaya Senyulong Langka Muncul di Hutan Harapan Jambi
      • Burung Gereja, Si Mungil di Sekitar Kita
      • Kala Duet Tim Laman-Ed Scholes 8 Tahun Merekam 39 ...
      • Ratusan Titik Api Kembali Membakar Sumatera
      • Habitat Pari Manta dan Penyu di Derawan Masih Rawa...
      • Salah Satu Harimau Sumatera Korban Racun di Taman ...
      • Spesies Utama Semakin Terancam, Asia Tenggara Rapa...
      • Konservasi Orangutan Harus Diseriusi
      • Penelitian: Para Pakar Berhasil Petakan Sebaran Hi...
      • Terbukti Bakar Hutan, Akhirnya Manajer Perusahaan ...
      • Harimau Sumatera dan Singa Afrika Mati Diracun di ...
      • Aul Kini Penghuni Baru Hutan Lindung Gunung Tarak
      • Perlu Kepedulian Bersama Menjaga Mangrove
      • Korupsi Hutan Alam Riau, Negara Rugi Rp687 Triliun
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |