skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Senin, 23 September 2013

Kekayaan Hayati: Genus Baru Pengerat Ditemukan di Maluku Utara

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News
Halmaheramys bokimekot bukan sekedar spesies baru, tapi juga genus baru yang ditemukan di Maluku Utara Indonesia. Foto: Universitas Kopenhagen

Halmaheramys bokimekot bukan sekedar spesies baru, tapi juga genus baru yang ditemukan di Maluku Utara Indonesia. Foto: Universitas Kopenhagen

Satu genus baru satwa pengerat ditemukan di hutan pegunungan di Halmahera, di Maluku Utara. Satwa dengan ciri jumbai yang keras, serta berbulu dan memiliki ujung ekor berwarna putih ini ditemukan di wilayah dimana dahulu Alfred Wallace menguraikan teori evolusinya kepada Cahrles Darwin.
Kawasan Maluku Utara memang kaya dengan keragaman hayati, namun wilayah ini sekaligus terancam akibat meluasnya bisnis pertambangan dan penebangan. Dengan penemuan spesies ini diharapkan terus mendorong eksplorasi terhadap kawasan ini untuk mencari berbagai spesies yang masih misterius. Temuan baru ini sudah dipublikasikan oleh para ahli di jurnal ilmiah Zoological Journal of the Linnean Society.
Dalam upaya menemukan dan mempelajari spesies baru ini, para ahli dari Universitas Kopenhagen dan Museum Zoologi Bogor menggunakan perangkap berupa kelapa yang dibakar dan selai kacang yang ditaruh di batang pohon dan liang-liang. Dari hasil tangkapan ini ternyata juga terjerat seekor hewan pengerat yang sebelumnya belum pernah diketahui, memiliki bulu abu-abu kecoklatan di punggungnya dan bagian perut berwarna putih.
Setelah dianalisis DNA satwa pengerat ini dan mempelajari ciri-ciri fisik seperti tengkorak dan giginya, para ahli sepakat bahwa satwa ini bukan sekedar spesies baru, namun juga sebuah genus baru. Satwa ini dinamai Halmaheramys bokimekot, nama Boki Mekot diambil dari kawasan pegunungan di Halmahera yang kini terancam oleh pertambangan dan deforestasi.
Spesies ini adalah omnivora, yang memakan serangga dan  vegertasi. Foto: Universitas Kopenhagen
Spesies ini adalah omnivora, yang memakan serangga dan vegertasi. Foto: Universitas Kopenhagen
Temuan baru ini sekaligus memperlihatkan betapa besar kekayaan hayati di wilayah ini yang bahkan belum diketahui hingga saat ini, dan makna penting keberadaan mereka bagi konservasi,” ungkap peneliti utama Pierre-Henri Fabre, dari Pusat Makroekologi, Evolusi dan Iklim di Universitas Kopenhagen. “Sangat penting bagi para ekologis untuk mengunjungi pulau ini untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut.”
Hingga saat ini hanya enam individu dari spesies baru ini yang sudah ditangkap untuk dipelajari: tiga jantan dewasa dan tiga betina. Hanya sedikit dari kebiasaan spesies ini yang sudah diketahui, tetapi menurut para ahli mereka kemungkinan adalah omnivora, setelah para ahli menemukan sisa sayuran dan serangga di dalam perut mereka usai melakukan pembedahan. “Penemuan ini menunjukkan betapa kayanya kehidupan yang masih ada di kepulauan Indonesia,” ungkap salah satu penulis, Kristpfer Helgen dari Smithsonian Institution, di Washington DC, AS.
Profesor Helgen adalah salah satu anggota tim yang juga menemukan tikus raksasa yang yang hidup di Papua Nugini dan mamalia baru di Kolombia bernama Olinguito. “Nampaknya masih lebih banyak jumlah spesies mamalia di Indonesia yang belum ditemukan dibandingkan di negara-negara lain di dunia ini,” sambung Profesor Helgen.
Penemuan spesies pengerat ini sekaligus membuktikan pertanda bagaimana mamalia berevolusi dan menyebar melalui wilayah pijakan seperti di Maluku – yang dikenal sebagai saah satu tempat lahirnya Teori Evolusi. Di tahun 1858, pakar ilmu alam Inggris Sir Alfred Wallace dahulu menjelaskan kepada Charles Darwin tentang pengembangan jenis spesies baru.

Source : link

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ▼  September (36)
      • Kabupaten Berau Dorong Taman Pesisir Kepulauan Der...
      • Pemahaman GPS Untuk Dukung Pengelolaan Berbasis Re...
      • Hutan Lindung di Sulawesi jadi Sasaran Konversi Lahan
      • Penelitian: Pengambilan Hiu Berlebihan Oleh Nelaya...
      • Kekayaan Hayati: Genus Baru Pengerat Ditemukan di ...
      • Penelitian: Kesadaran Global Meningkat, Bangunan R...
      • Harapan Baru bagi Hutan Mangrove di Kepulauan Tana...
      • Penelitian Akan Ungkap Kerusakan dan Emisi Karbon ...
      • Harapan Baru bagi Hutan Mangrove di Kepulauan Tana...
      • Mongabay.org Berikan Bantuan Dana 20.000 Dollar AS...
      • Penelitian: Asia Tenggara, Salah Satu Kawasan Pali...
      • Energi Terbarukan, Jawaban Jitu Atasi Eksploitasi ...
      • Mereka yang Temukan Peluang Usaha dari Menjaga Lin...
      • Kerusakan Hutan Menyebabkan Bencana
      • Seekor Harimau Dikuliti Setelah Berusaha Menerkam ...
      • Penelitian: Mayoritas Warga Desa di Kalimantan Tol...
      • Selesai Seminar Proposal Skripsi
      • Pengendali Hama dari Tanaman dan Gulma yang Ramah ...
      • Program Bina Desa Himpunan Mahasiswa Kehutanan Uni...
      • Akhirnya Badan Pengelola REDD+ Terbentuk
      • GPS Monitoring Gajah di Sekitar TN Bukit Tigapuluh...
      • Penelitian: Indonesia Harus Ubah Wilayah Konsesi P...
      • Buaya Senyulong Langka Muncul di Hutan Harapan Jambi
      • Burung Gereja, Si Mungil di Sekitar Kita
      • Kala Duet Tim Laman-Ed Scholes 8 Tahun Merekam 39 ...
      • Ratusan Titik Api Kembali Membakar Sumatera
      • Habitat Pari Manta dan Penyu di Derawan Masih Rawa...
      • Salah Satu Harimau Sumatera Korban Racun di Taman ...
      • Spesies Utama Semakin Terancam, Asia Tenggara Rapa...
      • Konservasi Orangutan Harus Diseriusi
      • Penelitian: Para Pakar Berhasil Petakan Sebaran Hi...
      • Terbukti Bakar Hutan, Akhirnya Manajer Perusahaan ...
      • Harimau Sumatera dan Singa Afrika Mati Diracun di ...
      • Aul Kini Penghuni Baru Hutan Lindung Gunung Tarak
      • Perlu Kepedulian Bersama Menjaga Mangrove
      • Korupsi Hutan Alam Riau, Negara Rugi Rp687 Triliun
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |