skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Rabu, 30 Januari 2013

REDD Justru Memicu Deforestasi di Kalimantan

Diposting oleh Maysatria Label: News
Program pengurangan emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan dinilai tidak berhasil menekan laju deforestasi hutan, salah satunya kasus yang terjadi di Kalimantan. Banyak kasus terjadi, deforestasi justru terjadi di wilayah yang menjadi program kerja REDD ini. Hal ini dikemukakan oleh seorang penulis lingkungan bernama Lorna Howarth, seorang kontributor editor untuk majalah Resurgence & Ecologist yang tulisannya dimuat di the ecologist.org.
Dalam tulisannya, Lorna menyoroti bagaimana hutan seluas 13 juta hektar di propinsi Kalimantan Tengah atau sekitar 78% dari luas propinsi tersebut kini berubah menjadi kawasan konsesi lewat berbagai bentuk izin pengelolaan yang dikeluarkan oleh pemerintah lokal maupun Kementerian Kehutanan. Pemberian izin ini, sekaligus melanggar prinsip Free, Prior  & Informed Consent, yang memberikan izin pengelolaan hutan kepada lebih dari 500 kelompok masyarakat adat di Indonesia.
Dalam salah satu kunjungan yang dilakukan oleh tim Rainforest Foundation Norway (RFN) ke Kalimantan Tengah dengan menggunakan pesawat kecil, untuk memantau langsung perkembangan program REDD di pulau terbesar ketiga di dunia ini, justru memperlihatkan sepanjang penerbangan lebih banyak melintasi perkebunan kelapa sawit, yang sebelumnya adalah hutan hujan tropis. Perkebunan ini dimiliki oleh grup Wilmar, yang baru-baru saja meraih gelar perusahaan dengan kinerja terburuk dalam 500 bisnis ‘ranking hijau’.
Sementara itu, kendati Norwegia merupakan penyandang dana terbesar dengan 1 miliar dollar untuk program REDD di Indonesia, Norwegian Pension Fund justru berinvestasi sebesar 64 juta dollar untuk Wilmar. Namun lewat kampanye kuat yang ditopang oleh RFN, Norwegian Pension Fund ini menyatakan bahwa mereka tetap menaruh perlindungan dan pelestarian alam sebagai prioritas utama dalam strategi lingkungan mereka. Namun, melihat investasi mereka yang begitu besar di grup Wilmar, komitmen dan strategi ini nampaknya masih harus dibuktikan lagi di lapangan.
Lorna juga menyebutkan bahwa penyebutan akronim REDD ini sudah salah kaprah. Program emisi karbon ini seharusnya mengurangi emisi, dan bukan menambahnya. Namun fakta di lapangan justru sebaliknya, emisi karbon meningkat signifikan karena kendati moratorium hutan diberlakukan di beberapa wilayah Indonesia, namun pemberian konsesi penebangan terus berjalan di kawasan lainnya. Intinya penebangan hutan alami tetap bisa dilakukan sepanjang emisi yang ditimbulkan dikompensasikan di penanaman yang dilakukan oleh para pelaku industri kehutanan di wilayah lainnya.
Di Kalimantan, kehancuran hutan hujan tropis telah menyebabkan keringnya lahan gambut, memicu kebakaran hutan dan pengambilalihan lahan milik masyarakat, belum lagi hilangnya spesies-spesies terancam endemik. Seperti telah dinyatakan dalam pertemuan COP yang terakhir, REDD adalah program yang memiliki cacat secara fundamental.
Dalam konteks Ecocide, atau Pembunuhan lingkungan, aktivitas Wilmar bisa dikategorikan sebagai “Crimes Against Peace’ atau Kejahatan Melawan Perdamaian, karena lewat operasi perkebunannya perusahaan ini telah menimbulkan berbagai konflik terhadap masyarakat adat, kerusakan ekosistem, mempengaruhi perubahan iklim dan semua konsekuensi lingkungan global lainnya.

Sumber : link

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ▼  Januari (25)
      • Satelit GloF-DAS NASA Deteksi Peningkatan Deforest...
      • Walhi: RI Perlu UU Perubahan Iklim, Tak Hanya REDD+
      • Foto: Kehancuran Hutan Gambut di Pelalawan Akibat ...
      • Koalisi : kebijakan moratorium izin jangan hanya k...
      • REDD Justru Memicu Deforestasi di Kalimantan
      • Pengelolaan Hutan di Jawa oleh Perhutani Dinilai G...
      • Perusakan Mangrove Marak di Gorontalo
      • Tujuh Resolusi untuk Bumi yang Lebih Baik
      • Orang Rimba Jambi Terancam Punah
      • Sengketa Hutan di Jambi, Ribuan Petani Terancam Di...
      • Balai Konservasi Kecewa Polisi Lepas Barang Bukti ...
      • Terungkap, Misteri Punahnya Badak Berbulu Wol
      • Spesies Baru Primata Beracun Ditemukan di Kalimantan
      • 20.000 Spesies Didata di Peta Keanekaragaman Hayati
      • Bunga Bangkai Asli Indonesia Mekar di Brasil
      • Macan Tutul Kelaparan Berhasil Ditangkap
      • Gubernur Bali Siap Jawab Somasi Walhi
      • Pesona Dunia Laut Indonesia
      • Menyapa "Teman Lama" dari Hutan Sangeh
      • Jokowi: Hijaukan Jakarta Jangan Pakai Pohon Bakung
      • Laporan EoF: APRIL, pengolah pulp dari hutan alam ...
      • Menteri Pertanian Suswono Pun Dukung Petani Dosan
      • Rangkaian Keberhasilan Kita Bersama
      • Rebut Kembali Citarum!
      • Greenpeace Mendesak Presiden SBY Untuk Melindungi ...
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |