Howdy-Travel - Masih dari pulau-nya
Para Dewa. Perjalanan darat 24 hours nonstop layaknya minimarket tidak
menghalangi rencana kami menjelajahi tempat-tempat yang indah di Bali. I
Made Gede Vikram, pemandu wisata yang agak kece itu masih setia menemani kami.
"Om Swastiastu" dengan Udeng -ikat kepala khas Bali- yang melingkar di kepalanya ia menyapa kami. "Sebentar lagi kalian akan menemui 'teman-teman' kalian" Kata Bli kece itu. Ya, kami akan mengunjungi "teman lama" kami yang tinggal di Hutan Sangeh. Para Monyet Sangeh.
25 km ke arah utara dari Kota Denpasar. Kawasan wisata Hutan Sangeh menawarkan pesona alam hamparan pepohonan hijau hingga 10 hektar.
Tiba di Sangeh, sebuah pura sudah menyambut kami tepat di depan pintu masuk. Pura ini bernama Pura Bukit Sari. Pura yang terbesar dari empat pura yang terdapat di kawasan Hutan Sangeh. 'Teman-teman" kami (Baca: Monyet Sangeh) telah menyambut kami disana. Satu.. dua.. tiga.. ternyata jumlahnya ratusan. "Percaya tidak percaya, jika ada teman kalian (Baca: Monyet Sangeh) yang naik ke pundak kalian, itu pertanda kalian bakal dapat rejeki" Kata Bli Sukamana, seorang pemandu wisata Sangeh. Katanya.
Monyet-monyet Sangeh terkenal dengan keramahannya pada pengunjung.
Mereka sangat ramah sebagaimana mereka menyambut kami di rumahnya.
Mereka sudah tinggal di Sangeh sejak dulu, tidak heran jika para Monyet
Sangeh dianggap monyet suci oleh orang Bali.
Kami berjalan kaki menyusuri hutan sepanjang kurang lebih 250 meter.
Ditemani beberapa pemandu wisata dan tentunya 'teman kami' (Para monyet
yang lucu). Ratusan pohon pala berusia ratusan tahun terhampar sepanjang
mata memandang. Sepanjang jalan, Bli Sukamana dengan senang hati
menceritakan asal usul Hutan Sangeh. Menurut mitos, pohon-pohon di Hutan
Sangeh merupakan pohon yang sedang dalam perjalanan (berjalan). Karena
ada orang yang melihatnya, pohon-pohon tersebut berhenti di tempat yang
kini dikenal dengan Sangeh. Katanya.
Hutan Sangeh dan monyet-monyet yang menghuni Hutan Sangeh sudah menjadi suatu kesatuan yang membuat daya tarik tempat ini untuk layak dikunjungi. Tidak mahal. Cukup lima ribu rupiah. (Yusuf Harfi/The Howdy Indonesia)
Source : link
Hutan Sangeh dan monyet-monyet yang menghuni Hutan Sangeh sudah menjadi suatu kesatuan yang membuat daya tarik tempat ini untuk layak dikunjungi. Tidak mahal. Cukup lima ribu rupiah. (Yusuf Harfi/The Howdy Indonesia)
Source : link