VIVAnews - Sebuah peta keanekaragaman hayati yang
menunjukkan variasi bentuk kehidupan bumi telah diperbaharui setelah
satu abad. Sebelumnya, peta keanekaragaman hayati disusun pertama kali
oleh naturalis Inggis, Alfred Russel Wallace, pada tahun 1876.
Peta yang disusun Wallace itu berfungsi untuk menggambarkan kehidupan yang telah berkembang di semua benua yang ada di dunia.
Peta terbaru yang telah dipublikasikan secara online di jurnal "Science" ini menunjukkan pembagian 11 alam biogeografis yang besar dan bagaimana semua bagian itu saling berhubungan. Kemajuan teknologi modern telah mendata lebih dari 20.000 spesies, sehingga memungkinkan para peneliti memetakan keanekaragam hayati secara lebih detil.
Untuk menyusun peta terbaru ini, tim yang terdiri dari 15 peneliti internasional telah menghabiskan 20 tahun untuk pengumpulan data. Semua informasi geografis dikombinasikan dengan mamalia, burung, dan amfibi, totalnya lebih dari 20.000 spesies.
Menurut Ketua Penelitian dari Pusat Macroecology, Evolusi dan Iklim di University of Copenhagen, Denmark, Dr Ben Holt, penelitian ini adalah update yang telah tertunda lama, dan peta ini adalah yang paling mendasar dari ilmu alam.
"Untuk pertama kalinya peta ini diperbaharui, sejak pembuatan peta pertama oleh Alfred Russel Wallace. Peta terbaru ini mampu memberikan gambaran yang luas dari alam, dan dapat memberikan informasi yang rinci tentang ribuan spesies vertebrata," kata Ben Holt, dilansir dari Daily Mail.
Di peta terbaru terbagi menjadi dua bagian, mengenai kondisi geografis dan habitat hewannya. Dr Carsten Rahbek, Direktur Pusat Macroecology, Evolusi dan Iklim, juga mengatakan bahwa dengan peta ini kita bisa mengindentifikasi area prioritas konservasi dengan melihat jumlah spesies yang ada pada suatu area.
Sementara menurut Dr Jean Philippe Lessard, anggota Tim Peneliti dari McGill University di Kanada, peta ini menyediakan informasi dasar yang penting untuk penelitian ekologi dan evolusi masa depan.
"Peta ini memiliki andil dalam melakukan tindakan konservasi terhadap krisis keanekaragaman hayati yang terus rusak oleh perubahan iklim global. Selain itu, peta ini juga menyediakan deskripsi holistik untuk menjadi landasan baru dalam dunia biologi secara mendasar," kata Jean Philippe Lessard.
Source : link
Peta yang disusun Wallace itu berfungsi untuk menggambarkan kehidupan yang telah berkembang di semua benua yang ada di dunia.
Peta terbaru yang telah dipublikasikan secara online di jurnal "Science" ini menunjukkan pembagian 11 alam biogeografis yang besar dan bagaimana semua bagian itu saling berhubungan. Kemajuan teknologi modern telah mendata lebih dari 20.000 spesies, sehingga memungkinkan para peneliti memetakan keanekaragam hayati secara lebih detil.
Untuk menyusun peta terbaru ini, tim yang terdiri dari 15 peneliti internasional telah menghabiskan 20 tahun untuk pengumpulan data. Semua informasi geografis dikombinasikan dengan mamalia, burung, dan amfibi, totalnya lebih dari 20.000 spesies.
Menurut Ketua Penelitian dari Pusat Macroecology, Evolusi dan Iklim di University of Copenhagen, Denmark, Dr Ben Holt, penelitian ini adalah update yang telah tertunda lama, dan peta ini adalah yang paling mendasar dari ilmu alam.
"Untuk pertama kalinya peta ini diperbaharui, sejak pembuatan peta pertama oleh Alfred Russel Wallace. Peta terbaru ini mampu memberikan gambaran yang luas dari alam, dan dapat memberikan informasi yang rinci tentang ribuan spesies vertebrata," kata Ben Holt, dilansir dari Daily Mail.
Di peta terbaru terbagi menjadi dua bagian, mengenai kondisi geografis dan habitat hewannya. Dr Carsten Rahbek, Direktur Pusat Macroecology, Evolusi dan Iklim, juga mengatakan bahwa dengan peta ini kita bisa mengindentifikasi area prioritas konservasi dengan melihat jumlah spesies yang ada pada suatu area.
Sementara menurut Dr Jean Philippe Lessard, anggota Tim Peneliti dari McGill University di Kanada, peta ini menyediakan informasi dasar yang penting untuk penelitian ekologi dan evolusi masa depan.
"Peta ini memiliki andil dalam melakukan tindakan konservasi terhadap krisis keanekaragaman hayati yang terus rusak oleh perubahan iklim global. Selain itu, peta ini juga menyediakan deskripsi holistik untuk menjadi landasan baru dalam dunia biologi secara mendasar," kata Jean Philippe Lessard.
Source : link