Ikan pari manta di perairan Raja Ampat, Papua. Foto: Mary O’Malley
Sebuah studi di jurnal bebas akses bernama PLoS ONE memperkirakan bahwa ikan pari manta bisa memberikan devisa dari sektor wisata sebesar 140 juta dollar atau sekitar 1,33 triliun rupiah per tahun bagi 23 negara. Tentu jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan jika ikan pari manta ini dijadikan lahan bisnis perburuan dalam keadaan mari untuk diambil piring insangnya demi pengobatan tradisional Cina.
“Sebagai contoh di Indonesia, penghasilan nelayan dari berburu piring
insang ikan pari manta diperkirakan sekitar 400.000 dollar Amerika (3.6
miliar rupiah), sementara sektor wisata bisa menghasilkan lebih dari 15
juta dollar keuntungan bagi masyarakat, dan ini akan terus berulang
setiap tahun tanpa mengurangi populasi pari manta itu sendiri,” ungkap
penulis penelitian ini, Mary O’Malley dalam rilis medianya.
Dalam beberapa tahun terakhir, ikan pari manta (yang terdiri dari dua
spesies) telah menjadi sasaran empuk perburuan satwa, yang diyakini
menjadi bahan pengobatan tradisional di Asia Timur. Namun dalam studi
terbaru ini terkuak bahwa perdagangan insang ikan pari manta hanya
bernilai sekitar 5 juta dollar AS per tahun, atau hanya sekitar 3,5%
dari jumlah yang bisa mereka sumbangkan dari sektor wisata alam. Sebagai
salah satu spesies yang lambat berkembang biak, ikan pari manta sangat
rentan terhadap pengambilan ikan secara berlebihan.
“Kendati kualitas daging pari manta dinilai tidak bagus, namun insang
atau peranti pernapasan spesies ini sangat dicari di Asia dimana mereka
digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit,” ungkap para
penulis. Insang pari manta dipercaya bisa menyembuhkan berbagai
penyakit, mulai dari asma sampai cacar air, dan bahkan kanker. Namun
dalam catatan Manta Trust di situs mereka, tidak ada bukti ilmiah yang bisa dipercaya bahwa insang pari manta memiliki khasiat pengobatan yang nyata.
“Beberapa praktisi pengobatan bahkan menilai bahwa insang pari manta
tidak efektif digunakan sebagai obat dan sudah banyak materi lainnya
yang bisa digunakan sebagai pengganti,” ungkap lembaga Manta Trust yang
bergerak dalam perlindungan ikan pari manta ini.
Bulan Maret 2013 silam, kedua spesies pari manta, baik pari manta raksasa (Manta birostris) dan pari manta terumbu (Manta alfredi)
mendapat status perlindungan baru dari CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species), dan dilindungi dengan status
Appendix II.
Pari manta bukan satu-satunya spesies yang terancam akibat perburuan
insang, ikan pari mobula, yang memiliki sembilan sub-spesies juga
menjadi sasaran perburuan untuk tujuan serupa. Perdagangan insang pari
mobula diperkirakan sekitar 6,3 juta dollar per tahun. Sayangnya, ikan
pari mobula tidak terlindungi dalam CITES.
CITATION: O’Malley MP, Lee-Brooks K, Medd HB (2013) The Global
Economic Impact of Manta Ray Watching Tourism. PLoS ONE 8(5): e65051.
doi:10.1371/journal.pone.0065051
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar