Gajah Mati di Taman Nasional Tesso Nillo, Riau. Foto: WWF-Indonesia
Kasus kematian gajah Sumatera yang tidak pernah berhenti, kini tercatat sudah memakan korban lebih dari 100 individu gajah. Dalam catatan WWF Indonesia, selama satu windu sejak tahun 2004 silam hingga 2012 gajah-gajah yang mati tersebut rata-rata meregang nyawa akibat berbagai sebab. Salah satu yang seringkali terjadi adalah akibat diracun karena dianggap sebagai hama oleh manusia.
Ekspansi perkebunan yang memakan habitat gajah di Sumatera memang
membawa dampak signifikan terhadap populasi gajah Sumatera. Hilangnya
habitat ini, seringkali menuntun gajah Sumatera memasuki wilayah yang
kini berubah jadi area pemukiman, maupun perkebunan.
Selama bulan Mei 2013 sendiri, beberapa kasus gajah mati seringkali terjadi di kawasan perkebunan.
Tanggal 31 Mei 2013 Tim Pemasangan GPS Collar WWF-Indonesia,
menemukan lagi dua Gajah Sumatera mati di kawasan Tesso Nilo. Temuan
dua ekor bangkai gajah tersebut, masing-masing seekor jantan dewasa di
lahan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) Riau Andalan Pulp and Paper
(RAPP) Sektor Ukui yang tumpang tindih dengan Taman Nasional Tesso Nilo,
dan seekor betina dewasa ditemukan di dalam batas wilayah Taman
Nasional Tesso Nilo. Tim menduga gajah tersebut mati tak wajar akibat
racun, dan kematian diperkirakan sudah terjadi sejak tiga-empat hari
sebelum ditemukan. Balai Taman Nasional Tesso Nilo mengamankan gading
dari bangkai gajah jantan yang ditemukan tersebut.
Sebelumnya, tanggal 6 Mei 2013, tim monitoring WWF-Indonesia
menemukan satu bangkai gajah jantan dengan gading yang telah hilang di
kawasan hutan Tesso Nilo, tepatnya di lahan konsesi HTI RAPP Sektor
Baserah. Hasil otopsi menemukan plastik bungkus deterjen di dalam usus
yang diduga dicampur racun.
Di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sedikitnya terdapat 14 kematian
gajah yang terdata pada tahun 2012 mencakup Aceh Jaya, Aceh Selatan,
Aceh Barat, Aceh Timur, Aceh Utara dan Bireuen.
Dalam sebuah kajian yang dilakukan oleh WWF Indonesia, populasi gajah
Sumatera memang semakin memprihatinkan. Selama duapuluh lima tahun
terakhir, habitat gajah Sumatera sudah musnah sekitar 70%, yang
mengakibatkan hilangnya populasi gajah Sumatera hingga setengahnya.
Lambannya tindakan pemerintah dalam menangani kasus-kasus kematian
gajah di lapangan, serta ketidakjelasan proses pemberian sanksi dan
penegakan hukum membuat para pelaku tidak pernah jera untuk kembali
melakukan pembunuhan terhadap gajah Sumatera.
“Seharusnya, setiap temuan kematian secara tak wajar satwa dilindungi
segera direspon aparat pemerintah dengan berbagai upaya seperti
penyelidikan dan penyidikan. Setiap kematian spesies kunci ini artinya
kita kehilangan besar aset negara, terlebih gajah sumatera merupakan
jenis yang telah dalam kondisi kritis”, ” ujar Sunarto, ahli spesies
WWF-Indonesia.
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Hutan, Spesies Terestrial dan
Air Tawar WWF Indonesia, Anwar Purwoto,”Besarnya angka gajah mati sejak
tahun 2004 ini membuktikan bahwa belum ada tindakan dari pihak
pemerintah untuk menangani kasus sehingga menimbulkan efek jera dan
mencegah terjadinya kematian gajah lainnya dikemudian hari.”
Lemahnya penegakan hukum, dan ketidaksigapan pemerintah dalam
penyelesaian berbagai kasus kematian satwa besar di Indonesia, kini
telah menggiring satwa-satwa besar dan unik di Indonesia ke arah
kepunahan. Tidak hanya gajah Sumatera, nasib serupa juga menimpa harimau
Sumatera, Orangutan di Sumatera dan Kalimantan, serta badak Jawa dan
Sumatera.
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar