skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Jumat, 07 Juni 2013

Data dari Satelit Terbaru NASA Landsat 8 Kini Bisa Diperoleh Gratis

Diposting oleh Maysatria Label: News

Gambar Landsat yang ditampilkan di Google Earth.

Kabar gembira untuk anda yang seringkali menggunakan citra satelit untuk berbagai keperluan, saat ini data satelit dari NASA Landsat 8 bisa dipergunakan secara gratis. Data ini bisa diunduh oleh publik setelah duabelas jam diterima oleh satelit. Jika anda tertarik mengunduhnya, anda bisa mengakses dari  GloVis EarthExplorer atau juga bisa melalui LandsatLook Viewer.
Landsat 8 diluncurkan bula Februari silam dan telah beroperasi merekam gambar sejak bulan April 2013 silam. Satelit ini mengrobit bumi setiap 99 menit dan merekam gambar dari setiap poin di di planet ini setiap 16 hari, dan menghasilkan sekitar 400 gambar dalam resolusi tinggi ke stasiun bumi setiap 24 jam.
Landsat memiliki 9 gelombang pemancar, termasuk di dalamnya tiga gelombang pemancar ringan, dua gelombang semi-infrared dan dua pemancar infrared jarak pendek, juga dua sensor panas yang digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk memonitor perubahan lingkungan, dan mendeteksi api.
Pembesaran dari peta Landsat di Google Earth.
Google adalah salah satu pegguna komersial dari gambar-gambar yang dihasilkan oleh Landsat, yang dimasukkan ke dalam Google Earth, namun para peneliti dan pekerja konservasi bisa melihat lebih jauh untuk memonitor deforestasi dan degradasi hutan.
Landsat 8 adalah hasil kerjasama antara NASA dan U.S Geographical Survey (USGS). Satelit ini memiliki misi selama lima tahun dan menggantikan satelit Landsat 7 yang mengalami kehilangan data akibat kerusakan sensor tahun 2003 silam.
Satelit Landsat 8/LDCM adalah satelit terbaru yang diluncurkan, sekaligus satelit ke delapan sejak program ini diluncurkan tahun 1972.
Citra Kalimantan tengah dari satelit Landsat 8 terbaru.
Peluncuran Landsat 8 sendiri dinilai akan menguntungkan banyak pekerja kosnervasi karena mereka bisa memonitor tutupan hutan nyaris real-time, terutama bagi para pengambil keputusan untuk segera mengambil tindakan bagi para pelaku pembabatan hutan. Di masa silam, gambar-gambar yang disediakan oleh Landsat telah menyediakan data dasar untuk melihat perubahan tata guna lahan, termasuk adanya ekspansi dari perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia, serta perubahan hutan di Sumatera untuk perkebunan pulp and paper, serta berbagai kasus deforestasi di Amerika Latin.
Pulau Tebing Tinggi di Riau dari satelit Landsat 8.
Data dari Landsat juga bisa membantu proyek kosnervasi di bawah program REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation) untuk menghitung berkurangnya emisi karbon, dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat yang bergantung pada hutan.
“Landsat 8 adalah satelit yang banyak dinanti dan sangat dibutuhkan untuk pemetaan sumber daya di Bumi, melakukan monitoring dan analisis,” ungkap Greg Asner, seorang peneliti senior di Carnegie Institution di Departemen Ilmu-Ilmu Alam di Global Ecology, kepada mongabay.com dalam sebuah wawancara bulan April 2013 silam. “Nyaris semua negara yang serius memantau deforestasi menggunakan seri Landsat, yang dibuat untuk digunakan secara gratis oleh Pemerintah AS.”
Asner menambahkan, sistem baru ini merupakan pengembangan yang jauh lebih maju dibandingkan dengan Landsat 5 yang baru-baru ini mengalami kegagalan dan Landsat 7 yang rusak.

Source : link

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ▼  Juni (19)
      • Kabut Asap di Sumatra: Mengapa Kebakaran Hutan di ...
      • Kami Menghirup Asap Sementara Politisi Sibuk Berde...
      • Diduga Terlibat Kebakaran Hutan, 117 Perusahaan Di...
      • Penelitian: Sebagian Besar Spesies Terdampak Perub...
      • Foto: Petugas Kewalahan Padamkan Kebakaran Hutan d...
      • Upaya Penyelamatan Sungai Ciliwung Lewat Metode Bi...
      • Biotilik: Memantau Kesehatan Sungai lewat cara Sed...
      • Hutan Adat Temedak: Kisah Kearifan Lokal dari Tepi...
      • Dokumentasi Magang (8 April-31 mei 2013)
      • Penelitian: Penghijauan Ternyata Juga Akan Menyela...
      • Teknologi: Wow, Ternyata Belum Semua Jenis Kayu ya...
      • Penegakan Hukum Lemah, Gajah Sumatera Laju Menuju ...
      • Burung Raja-Udang Meninting: Indikator Lingkungan ...
      • Tanpa Perburuan, Ikan Pari Manta di Asia Bisa Sumb...
      • Kesepakatan Pemerintah Alor dan WWF Dorong Percepa...
      • Data dari Satelit Terbaru NASA Landsat 8 Kini Bisa...
      • Foto: Penebangan Hutan Alam Masih Berlangsung di S...
      • Penelitian: Hiu Lebih Bermanfaat di Laut Lepas Ket...
      • Proyek REDD+ Terbesar di Dunia Akhirnya Disetujui ...
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |