skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Jumat, 07 Juni 2013

Burung Raja-Udang Meninting: Indikator Lingkungan Yang Semakin Menghilang

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi

Raja-Udang Meninting, semakin tersingkir akibat hilangnya habitat di ibukota. Foto: Asep Ayat/Burung Indonesia

Berbagai kerusakan alam dan lingkungan masih terus terjadi, dan bahkan semakin masif saat ini. Meningkatnya permintaan akan bahan bakar fosil setiap tahun, masih melestarikan pertambangan batubara sebagai salah satu sumber energi utama bagi manusia dan industrinya.
Sementara di wilayah perkotaan, pertambahan penduduk yang tidak terkontrol membuat kebutuhan manusia terhadap pemukiman terus meningkat. Di kota Jakarta misalnya, pertumbuhan properti nasional di Indonesia tahun lalu bahkan mencapai 20% menurut Ketua Dewan Pertimbangan Real Estate Indonesia, Teguh Satria kepada investor.co.id tahun lalu.
Lajunya pertumbuhan pemukiman dan pertambahan manusia, berdampak kepada hilangnya habitat satwa dan menurunnya kualitas lingkungan sekitar. Kerusakan lingkungan dan hilangnya habitat satwa, tak hanya mengancam berbagai satwa dilindungi dan spesies unik di Indonesia. Hilangnya habitat, juga mengancam berbagai satwa yang menjadi indikator alami kebersihan dan kualitas lingkungan di perkotaan. Salah satunya, adalah burung raja-udang meninting.
Semakin menurunnya kualitas lingkungan, bertambahnya jumlah bangunan dan hilangnya rawa di Jakarta membuat burung kecil ini semakin sulit ditemui di alam bebas.
”Lingkungan yang tercemar tidak hanya mengganggu kehidupan manusia, tetapi juga membuat kehidupan burung merana” ungkap Jihad, Bird Conservation Officer Burung Indonesia. “Raja-udang meninting merupakan jenis burung yang sangat alergi dengan lingkungan yang rusak, terutama daerah perairan dan lahan basah” jelasnya.
Selain itu, faktor tercemarnya sungai dan danau tempatnya mencari pakan pun telah menghilangkan ikan dan udang kecil yang merupakan menu andalannya sudah tidak ada lagi. Berdasarkan indikator alami ini, tergambar jelas berapa besar pencemaran air di sungai-sungai maupun kanal di Jakarta.
Raja-udang meninting (Alcedo meninting) merupakan burung kecil berukuran 14 cm yang tubuh bagian bawahnya berwarna merah-jingga terang dengan penutup telinga. Kakinya ramping berwarna merah dengan paruh besar berwarna kehitaman. Kebiasaannya adalah mencari makan berupa ikan-ikan kecil dan udang-udangan serta mengangguk-anggukan kepalanya saat mengintai mangsa. Sarangnya biasa berada di ‘tebing-tebing’ tanah di pinggir sungai atau badan air lainnya. Tercemarnya wilayah perairan, membuat raja kecil ini tergusur dari Jakarta.
Meski status keterancamannya secara global hanya berisiko rendah (Least Concern/LC), akan tetapi jumlah populasinya terus menurun akibat perubahan fungsi lahan basah dan tercemarnya perairan. Pemerintah telah melindunginya melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Jelang peringatan hari lingkungan hidup sedunia yang diperingati setiap tanggal 5 Juni hal ini menjadi sebuah refleksi bagi manusia untuk semakin menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keseimbangan ekologi dunia dan menekan dampak negatif bagi generasi mendatang menjadi semakin parah. Hilangnya berbagai jenis satwa di alam liar, seperti raja-udang meninting ini, hanyalah satu indikator bahwa alam sudah mengirim sinyal bahaya bagi manusia.
Silakan unduh wallpaper kalender Raja-Udang Meninting bulan Juni untuk gadget anda di: http://burung.org/Wallpaper/wallpaper-burung-indonesia-bulan-juni-2013.html


Source : link

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ▼  Juni (19)
      • Kabut Asap di Sumatra: Mengapa Kebakaran Hutan di ...
      • Kami Menghirup Asap Sementara Politisi Sibuk Berde...
      • Diduga Terlibat Kebakaran Hutan, 117 Perusahaan Di...
      • Penelitian: Sebagian Besar Spesies Terdampak Perub...
      • Foto: Petugas Kewalahan Padamkan Kebakaran Hutan d...
      • Upaya Penyelamatan Sungai Ciliwung Lewat Metode Bi...
      • Biotilik: Memantau Kesehatan Sungai lewat cara Sed...
      • Hutan Adat Temedak: Kisah Kearifan Lokal dari Tepi...
      • Dokumentasi Magang (8 April-31 mei 2013)
      • Penelitian: Penghijauan Ternyata Juga Akan Menyela...
      • Teknologi: Wow, Ternyata Belum Semua Jenis Kayu ya...
      • Penegakan Hukum Lemah, Gajah Sumatera Laju Menuju ...
      • Burung Raja-Udang Meninting: Indikator Lingkungan ...
      • Tanpa Perburuan, Ikan Pari Manta di Asia Bisa Sumb...
      • Kesepakatan Pemerintah Alor dan WWF Dorong Percepa...
      • Data dari Satelit Terbaru NASA Landsat 8 Kini Bisa...
      • Foto: Penebangan Hutan Alam Masih Berlangsung di S...
      • Penelitian: Hiu Lebih Bermanfaat di Laut Lepas Ket...
      • Proyek REDD+ Terbesar di Dunia Akhirnya Disetujui ...
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |