Pengambilan sampel biolitik di anak Sungai Solo. Foto: Ecoton
Sungai adalah ekosistem daratan yang paling kritis karena tingginya tekanan lingkungan akibat kerusakan daerah resapan air dan bantaran sungai serta eksploitasi sumber daya alam di daerah aliran sungai (DAS) yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan.
Jika selama ini pemantauan ekosistem sungai identik dengan keharusan
untuk menggunakan peralatan canggih nan mahal, -yang berarti jauh dari
jangkauan masyarakat umum-, maka metode Biotilik menawarkan cara
sederhana tetapi efektif yang memudahkan kelompok maupun komunitas untuk
langsung memantau sampai sejauh mana kesehatan ekologis sebuah sungai
dan daerah alirannya.
Biotilik atau biomonitoring sendiri adalah metode pemantauan
kesehatan sungai dengan menggunakan indikator makro invertebrata (hewan
tidak bertulang belakang) seperti bentos, capung, udang, siput, dan
cacing. Hasil pemantauan Biotilik dapat memberikan petunjuk adanya
gangguan lingkungan pada ekosistem sungai, sehingga dapat dirumuskan
upaya penanggulangan yang dibutuhkan.
Menurut Prigi Arisandi dari Ecoton dan Ketua BT Telapak-Jabagtim,
Biotilik merupakan metode yang mudah digunakan karena hanya memerlukan
pengambilan sampel biota di dasar, tepian sungai atau yang menempel di
bebatuan atau substrat. Biota yang ditemukan tinggal dicocokkan dengan
biota yang tertera dalam gambar panduan yang terdapat di dalam modul.
Untuk selanjutnya, biota yang didapat dikelompokkan menjadi biota
yang tidak toleran (sensitif) terhadap pencemaran dan biota yang toleran
(tidak sensitif) terhadap pencemaran.
Keberadaan biota yang sensitif dengan pencemaran mengindikasikan
bahwa kondisi suatu sungai masih tetap bagus kualitasnya (tidak
tercemar), seperti larva kunang-kunang atau larva capung. Sedangkan
biota yang tidak sensitif terhadap pencemaran mencirikan bahwa sungai
telah sakit dan tercemar, diantara biota ini adalah cacing tanah (cacing
darah) dan cuncum.
Murah dan Cepat
Dibandingkan dengan metode konvensional yang ada, dengan metode
Biotilik untuk mengetahui kualitas air di suatu lokasi, hasilnya dapat
diketahui paling lama 1 jam, padahal dengan metode fisika kimia seperti
BOD dan COD, dibutuhkan waktu minimal lima hari untuk pengujian
laboratorium.
Pengukuran lain dengan menggunakan parameter fisika kimia seperti pengukuran pH, suhu, TSS dan turbidity
menghasilkan data yang langsung dapat diketahui, “Namun kelemahan dari
penggunaan peralatan ini, harganya sangat mahal dan jika terjadi
kerusakan di peralatan, suku cadangnya harus tunggu pesanan dulu ke
Amerika atau Singapura,” Prigi menjelaskan.
“Bandingkan dengan Biotilik yang cukup dengan menggunakan jaring
dengan mata jaring lebih kecil atau sama dengan 500um atau sama dengan
penggunaan jaring nener atau kasa nyamuk di toko material. Biotilik
mudah, juga murah dan massal karena bisa dilakukan bersama-sama dan cara
mitigasi pencemaran. Dengan biotilik diharapkan dapat mengambil langkah
cepat antisipasi kerusakan sungai yang lebih parah,” Prigi menuntaskan.
Dalam sepuluh tahun ini metode Biotilik telah diujicobakan dan
diterapkan di DAS Brantas oleh lembaga Ecoton dan Inspirasi (Institut
Perlindungan dan Pemulihan Sungai) untuk menumbuhkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat, khususnya generasi muda, agar berpartisipasi
menjaga kelestarian ekosistem sungai. Bahkan saat ini, di hulu sungai
Brantas, para pelajar dan komunitas secara rutin setiap dua minggu
sekali turut memantau kesehatan sungai dengan memberikan bendera kuning
untuk kualitas air baik, hijau untuk kualitas air sedang, dan merah
untuk kualitas air buruk.
Disarankan untuk melakukan pemantauan Biotilik sebaiknya dilakukan
saat musim kemarau saat debit air sungai stabil dan tidak ada banjir.
Untuk mengetahui lebih lanjut prosedur pemeriksaan dengan menggunakan Biotilik dapat melihat di dokumen berikut: PANDUAN BIOTILIK PEMANTAUAN KESEHATAN SUNGAI–1
Terimakasih kepada Prigi Arisandi dari ECOTON yang telah
mengijinkan Mongabay-Indonesia untuk menyebarluaskan modul pemantau
Biotilik untuk tujuan penyadartahuan publik.
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar