JAYAPURA, KOMPAS.com--Balai Arkeologi (Balar)
Jayapura mengemukakan pentingnya pelestarian rumah pohon atau rumah
tinggi Suku Korowai di Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua.
"Tradisi
rumah pohon perlu dilestarikan, salah satu hal yang utama adalah
menggali dan mengangkat nilai-nilai budaya positif Suku Korowai sebagai
bagian dari pengajaran kurikulum sekolah," kata Staf Peneliti Balai
Arkeologi Jayapura Hari Suroto di Jayapura, Selasa.
Ia menjelaskan
Suku Korowai di Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi yang sebelumnya tinggal
terpencar-pencar di hutan-hutan rawa antara Sungai Dairom Kabur dan
Sungai Sirek, telah dimukimkan kembali oleh pemerintah setempat di
Kampung Basman.
Suku Korowai di Kampung Basman mulai menempati
rumah relokasi secara gratis berupa rumah panggung beratap seng dan
berdinding papan.
"Dengan program ’resetlement’ ini dikhawatirkan tradisi membangun rumah pohon Suku Korowai akan hilang," katanya.
Ia
mengemukakan kearifan membangun rumah pohon bisa menjadi kajian menarik
untuk perkembangan ilmu pengetahuan moderen. Rumah pohon mereka dibuat
sebagai upaya menghindari serangan musuh, binatang buas, dan nyamuk
malaria.
Rumah-rumah Suku Korowai dibangun di atas pohon-pohon
yang ketinggiannya bisa mencapai 30-70 meter. Semakin tinggi rumah pohon
anggota Suku Korowai, semakin aman keluarga yang tinggal di dalamnya
dari ancaman serangan musuh.
"Rumah pohon hanya berfungsi sekitar dua hingga tiga tahun. Hal ini karena konstruksi kayu mulai lapuk," katanya.
Pada
awal Februari 2013, seorang dosen Universitas Cenderawasih (Uncen)
Hanro Jonathan Lekitoo meluncurkan buku tentang "Potret Manusia Pohon,
Komunitas Adat Terpencil Suku Korowai di Daerah Selatan Papua dan
Tantangannya Memasuki Peradaban Baru".
Buku tersebut mendapat
sambutan positif dari masyarakat, mahasiswa, akademisi, dan peneliti.
Buku itu menjelaskan tentang kehidupan orang Korowai yang hidup di atas
pohon atau disebut "Manusia Pohon".
Rektor Uncen Festus Simbiak memberikan apresiasi terhadap buku yang akan menjadi referensi jurusan terkait.
"Buku ini pantas menjadi referensi bagi kita semua untuk mengetahui sejuah mana tentang Suku Korowai," katanya.
Berdasarkan
informasi yang dihimpun Antara dari berbagai sumber, Suku Korowai
ditemukan pertama kali sekitar 1950-an, mereka menempati rumah di atas
pohon dengan ketingian mulai dari 30-70 meter di atas permukaan tanah.
Source : link
Source : link