Berjalan di bawah sejuknya hutan hujan Jantho, di tepi aliran sungai
yang masih alami, suasana bathin pun terasa tenang. Suara derik jangrik
samar-samar terdengar, diselingi oleh tarian kupu-kupu dan capung yang
beterbangan riang.
Siang itu, saya dan Rhett Butler pendiri Mongabay.com berkesempatan
untuk mengunjungi hutan lindung Jantho. Ide kami sederhana saja, ingin
berburu berbagai foto-foto hidupan hutan tropis. Bak pemburu, selama
perjalanan, kami selalu melihat-lihat ke atas tajuk, ke bawah serasah,
di balik-balik rimbunan daunan hijau, untuk mencari obyek foto yang
menarik.
Ditemani oleh pak Agus, pak Kusen dan pak Eko, tiga orang lokal dari
kampung Jantho Baru, perjalanan siang ini begitu menyenangkan. Langit
cerah tidak menampakkan tanda-tanda mendung. Pemandangan savana di
punggungan bukit tiba-tiba tersapu dengan tajuk tinggi khas hutan
tropis.
“Ini in-take, sumber air yang alirannya disalurkan ke
rumah-rumah penduduk. Air dari Krueng (sungai) Kalo ini sudah dibuktikan
bersih dari bakteri e-coli. Jadi kami berani untuk mengalirkan air
sungai dari sumber ini,” demikian Eko Wisnu yang juga bekerja sebagai
Field Officer Ranger FFI, saat kami beristirahat di sebuah sungai berair
bening bak permata saat ditimpa sinar matahari. Di samping Krueng Kalo,
terdapat sungai-sungai lain yang bersumber dari wilayah ini yaitu
Krueng Cut, Krueng Brok dan Krueng Brok Khep.
Eko dan masyarakat empat desa di Jantho, yaitu Bueng, Awek, Datacut
dan Desa Jalin, selalu berjaga bagi hutan ini. Hutan adalah rumah bagi
kehidupan, sumber jasa lingkungan dan perlindungan mahluk yang hidup.
Namun bukan berarti hutan lindung Jantho (28.000 ha) dan Cagar Alam
Jantho (16.640 ha) lepas dari upaya perusakan. Kawasan hutan yang
tergabung dalam Kawasan Ekosistem Seulawah (KES) di kabupaten Aceh Besar
ini pernah menjadi pusat lokasi aktivitas illegal logging.
Untuk mencegah aksi ini Eko dan kawan-kawannya membentuk FORSAKA
(Forum Perlindungan Kawasan Sumber Air) pada tahun 2007. Terkadang
mereka harus mempertahankan diri dari para pelaku illegal logging yang
dibekingi oleh oknum aparat. Tak jarang para pelaku sendiripun berasal
dari Jantho yang diiming-imingi pendapatan oleh orang dari luar Jantho.
Para pelaku umumnya mengincar pohon-pohon besar yang ada di hutan yang
masih alami ini.
Eko sangat kuatir jika kedepannya rencana akses jalan yang menembus
hutan jadi dilaksanakan. ”Harimau sudah beberapa kali turun ke kampung,
tampaknya ini tanda jika terjadi gangguan di hutan” jelasnya. Bagi
Eko dan kelompoknya, jawaban untuk pelestarian hutan alam Jantho adalah
melalui pengembangan eko-wisata yang dapat bermanfaat bagi peningkatan
taraf hidup masyarakat tanpa perlu merusak ekosistem hutan.
Perasaan sayang kepada hutan, sungai dan hidupan yang ada di hutan
yang dirasakan oleh masyarakat Jantho, tampaknya dapat saya rasakan saat
ini. Ketika saya duduk bersantai di atas batu kali, sambil memakan
bekal yang kami bawa, sembari mendengarkan suara air yang mengalir
damai. Semoga hutan Jantho dapat lestari selamanya.
Sebagian dari kecantikan hidupan liar yang ada di hutan Jantho, ini dapat anda lihat dalam foto-foto di bawah ini.
Catatan: Beberapa spesies yang ada dibawah ini belum dapat kami identifikasikan secara ilmiah. Bantuan anda sangat bermanfaat bagi Mongabay.