ULIN berusia sekitar 1.000 tahun di TNK (Taman Nasional Kutai), Kabupaten Kutai Timur dengan diameter 2,47 meter dan mempyunyai ketinggian sekira 20 meter serta merupakan pohon TERBESAR didunia.
Menurut Sarjo, pengaman Hutan Kawasan TNK mengatakan, “Saat itu, saya menemani seorang peneliti asal Jepang, Putuka Watanabe, yang melakukan penelitian spesies yang ada di Kawasan TNK yang merupakan proyek Kyoto University. Saya melihat saat pulang menemani peneliti itu, kemudian saya sampaikan kepada Putuka Watanabe,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Kami temukan pertama kali pada tahun 1993. Pohon tersebut, diukur dan saat itu masih berdiameter 2 meter 41 sentimeter dengan tinggi mencapai 20 meter. Kini, diameternya menjadi 2 meter 47 cm," tambahnya pada para jurnalis, Senin (18/03). Perkembangan ulin setiap tahun hanya sekitar 0,5 cm sehingga usia pohon diperkirakan kurang lebih 1.000 tahun. “Tingginya saat ini sekitar 20 meter akibat “TERKENA” petir yang sebelumnya kuranglebih 30 meter. Kondisi pohon ini masih hidup," jelasnya.
Adapun untuk mencapai lokasi ULIN RAKSASA tersebut, perjalanan ditempuh dari Kota Samarinda melalui jalur darat menuju ke Kantor Balai TNK di Desa Sangkima, Kabupaten Kutai Timur, dengan jarak tempuh sekitar 3 hingga 4 jam. Jika dari Kantor Balai TNK itu, perjalanan dilanjutkan dengan "trekking" menelusuri kawasan hutan dengan jarak sekitar 800 meter atau ditempuh dengan berjalan kaki sekitar satu jam lebih.
Temuan ulin terbesar dan tertua di dunia itu juga dibenarkan oleh peneliti dari Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan, Profesor Nengah Wirawan. “Pak Prof. Nengah Wirawan yang juga melakukan penelitian di TNK juga membenarkan bahwa pohon itu merupakan ulin tertua di dunia,” terangnya.
Ditempat terpisah, Menurut Syaiful dan istrinya, warga Suidoarjo yang pernah tinggal di Kutai Timur mengatakan, “Memang mas, disana banyak pohon ULIN bahkan rumah kami saja yang saya tinggal semuanya dari kayu ULIN disana murah sekali seperti tak ada harganya. Bahkan juga pernah kami mencari untuk kayu bakar,” katanya sambil mengenang masalalunya.
Ia menambahkan, “Tapi saya sudah minta ampun dan trauma disana, kasihan perkembangan anak saya yang butuh pendidikan yang layak, rumah serta berbaur dengan masyarakat karena pada saat itu hidup kami seperti di film Tarsan mas, sinyal HP saja tidak ada jadi putus dengan dunia luar,” tambahnya dengan airmata menetes.
“Dan hutan tersebut penuh dengan misteri penampakan hantu, jika tidak tahan mental maka saya jamin dalam hitungan tidak sampai setahun pasti sudah gila beruntunglah saya, istri dan anak masih dilindungi-Nya. Saya punya foto mas nanti saya blututkan. Bila hujan perjalanan tidak dapat ditempuh dengan kendaraan karena tanahnya Lempung, licin dan harus jalan kaki,” jelasnya.
“Saya sangat kagum dengan Indonesia yang hutannya kaya dengan kayu ulin itu coba jika diolah dengan benar penghasilan negara akan meningkat dan masyarakat disana akan maju. Tidak saat itu ya kurang lebih 2 tahun lalu masyarakat sangat gaptek dengan tehnologi seperti media, tidak dapat menembus masuk sehingga masyarakat kurang informasi dan bahkan bisa dikatakan banyak yang primitif, sungguh kasihan mas mereka,” pungkasnya dengan menggendong anaknya yang tidur dipangkuan.
Keberadaan ulin terbesar itu saat ini masih terus dijaga sebagai salahsatu kekayaan alam Indonesia. Kepala Balai TNK, Erli Sukrismanto mengatakan, “Kita harus bangga sebab ada sebuah pohon terbesar di dunia dan tertua yang sampai saat masih tetap terjaga. Kami berharap, seluruh masyarakat maupun pihak terkait dapat menjaga dan melestarikan keberadaan kayu ulin, khususnya yang terbesar itu sebab selama ini, ulin masih menjadi incaran utama para pelaku pencurian kayu,” ujarnya. (TIMSUS)
Source : link
Menurut Sarjo, pengaman Hutan Kawasan TNK mengatakan, “Saat itu, saya menemani seorang peneliti asal Jepang, Putuka Watanabe, yang melakukan penelitian spesies yang ada di Kawasan TNK yang merupakan proyek Kyoto University. Saya melihat saat pulang menemani peneliti itu, kemudian saya sampaikan kepada Putuka Watanabe,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Kami temukan pertama kali pada tahun 1993. Pohon tersebut, diukur dan saat itu masih berdiameter 2 meter 41 sentimeter dengan tinggi mencapai 20 meter. Kini, diameternya menjadi 2 meter 47 cm," tambahnya pada para jurnalis, Senin (18/03). Perkembangan ulin setiap tahun hanya sekitar 0,5 cm sehingga usia pohon diperkirakan kurang lebih 1.000 tahun. “Tingginya saat ini sekitar 20 meter akibat “TERKENA” petir yang sebelumnya kuranglebih 30 meter. Kondisi pohon ini masih hidup," jelasnya.
Adapun untuk mencapai lokasi ULIN RAKSASA tersebut, perjalanan ditempuh dari Kota Samarinda melalui jalur darat menuju ke Kantor Balai TNK di Desa Sangkima, Kabupaten Kutai Timur, dengan jarak tempuh sekitar 3 hingga 4 jam. Jika dari Kantor Balai TNK itu, perjalanan dilanjutkan dengan "trekking" menelusuri kawasan hutan dengan jarak sekitar 800 meter atau ditempuh dengan berjalan kaki sekitar satu jam lebih.
Temuan ulin terbesar dan tertua di dunia itu juga dibenarkan oleh peneliti dari Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan, Profesor Nengah Wirawan. “Pak Prof. Nengah Wirawan yang juga melakukan penelitian di TNK juga membenarkan bahwa pohon itu merupakan ulin tertua di dunia,” terangnya.
Ditempat terpisah, Menurut Syaiful dan istrinya, warga Suidoarjo yang pernah tinggal di Kutai Timur mengatakan, “Memang mas, disana banyak pohon ULIN bahkan rumah kami saja yang saya tinggal semuanya dari kayu ULIN disana murah sekali seperti tak ada harganya. Bahkan juga pernah kami mencari untuk kayu bakar,” katanya sambil mengenang masalalunya.
Ia menambahkan, “Tapi saya sudah minta ampun dan trauma disana, kasihan perkembangan anak saya yang butuh pendidikan yang layak, rumah serta berbaur dengan masyarakat karena pada saat itu hidup kami seperti di film Tarsan mas, sinyal HP saja tidak ada jadi putus dengan dunia luar,” tambahnya dengan airmata menetes.
“Dan hutan tersebut penuh dengan misteri penampakan hantu, jika tidak tahan mental maka saya jamin dalam hitungan tidak sampai setahun pasti sudah gila beruntunglah saya, istri dan anak masih dilindungi-Nya. Saya punya foto mas nanti saya blututkan. Bila hujan perjalanan tidak dapat ditempuh dengan kendaraan karena tanahnya Lempung, licin dan harus jalan kaki,” jelasnya.
“Saya sangat kagum dengan Indonesia yang hutannya kaya dengan kayu ulin itu coba jika diolah dengan benar penghasilan negara akan meningkat dan masyarakat disana akan maju. Tidak saat itu ya kurang lebih 2 tahun lalu masyarakat sangat gaptek dengan tehnologi seperti media, tidak dapat menembus masuk sehingga masyarakat kurang informasi dan bahkan bisa dikatakan banyak yang primitif, sungguh kasihan mas mereka,” pungkasnya dengan menggendong anaknya yang tidur dipangkuan.
Keberadaan ulin terbesar itu saat ini masih terus dijaga sebagai salahsatu kekayaan alam Indonesia. Kepala Balai TNK, Erli Sukrismanto mengatakan, “Kita harus bangga sebab ada sebuah pohon terbesar di dunia dan tertua yang sampai saat masih tetap terjaga. Kami berharap, seluruh masyarakat maupun pihak terkait dapat menjaga dan melestarikan keberadaan kayu ulin, khususnya yang terbesar itu sebab selama ini, ulin masih menjadi incaran utama para pelaku pencurian kayu,” ujarnya. (TIMSUS)
Source : link