Di hutan-hutan di Asia, beruang masih terus ditangkap. Beruang hasil
tangkapan ini umumnya dikirim ke pusat penangkaran beruang yang tidak
memiliki izin dan ilegal, dan dikurung di dalam kandang sempit seumur
hidup mereka. Tubuh mereka akan digunakan sebagai sumber daya yang bisa
terus diperbarui, dan menguntungkan lewat penjualan organ dan cairan di
dalam bagian-bagian tubuh mereka. Dengan menanam kateter permanen ke
dalam tubuh mereka, para penangkar terus mengambil cairan empedu di
dalam tubuh beruang. Di beberapa negara Asia di bagian timur,
perdagangan cairan empedu beruang ini menjadi sebuah kebutuhan yang
penting, sementara para konsumen terus melestarikan bisnis eksploitasi
ini dengan terus membelinya. Adanya hukum penawaran dan permintaan yang
terus berlanjut membuat semakin banyak beruang yang ada di alam harus
meringkuk di dalam kandang mereka.
“Meski konservasi beruang menjadi perhatian seluruh dunia, namun
titik-titik utama perdagangan beruang ada di Asia, dimana perdagangan,
perburuan dan permintaannya masih menjadi yang tertinggi,” ungkap Chris
Shepherd, Deputy Regional Director TRAFFIC South-East Asia, yang
berupaya memutus perdagangan produk dari empedu beruang yang semakin
membahayakan satwa ini. Chris bersama timnya melakukan investigasi dan
berusaha memutus jaringan perdagangan empedu beruang yang kini sudah
menjalar ke seluruh Asia.
Shepherd menjelaskan kepada Mongabay.com bahwa TRAFFIC, sebagai
lembaga yang memonitor jaringan perdagangan satwa, memliki peran penting
untuk menghentikan kejahatan perdagangan satwa lewat ‘upaya investigasi
di titik-titik penghubung dibalik perdagangan satwa, dan melakukan
upaya untuk mendorong tindakan agar perdagangan ilegal dihentikan dan
menekan permintaan bagian-bagian tubuh satwa yang terancam dan
dilindungi.’
Tiga spesies utama beruang yang banyak diambil empedu mereka adalah beruang hitam asia (Ursus thibetanus), beruang madu (Helarctos malayanus) dan beruang coklat (Ursus arctos). Beruang hitam dan beruang madu sudah masuk dalam daftar rentan di Daftar Merah IUCN.
Dalam laporan TRAFFIC disebutkan bahwa kurang dari 25.000 beruang
hitam Asia yang tersisa di alam liar, dan populasi beruang madu sendiri
sudah berkurang sekitar 30% dalam tiga dekade terakhir, akibat
deforestasi yang masif dan perburuan yang tidak termonitor. Beruang
coklat, yang masuk kategori ‘beresiko rendah’ juga menjadi target empuk
perdagangan liar.
Beruang sendiri menjadi komoditas penting dalam pengobatan
tradisional Cina, karena mereka menghasilkan cairan yang dinilai sangat
berharga, yaitu cairan empedu beruang yang sudah digunakan sejak 2000
tahun silam. Perdagangan cairan empedu dan bagian empedu ini dijual
dalam berbagai bentuk, mulai dari kantung empedu secara utuh, empedu
mentah, dalam bentuk pil, bubuk, serpihan dan salep. Cairan empedu
beruang ini dianggap obat manjur untuk mengobati wasir, sakit
tenggorokan, luka, memar, penyakit otot, terkilir, epilepsi hingga
membersihkan liver. Namun tidak seperti cula badak yang dinilai tak
memiliki khasiat dlam pengobatan, cairan empedu beruang secara ilmiah
terbukti memiliki khasiat pengobatan.
“Namun, riset juga menemukan ada lebih dari 50 pengobatan herbal lain
yang legal, dan masih banyak lagi pengobatan sintetis lainnya. Kuncinya
adalah mendidik masyarakat dan meminta mereka untuk menggunakan
pengobatan yang legal, yaitu pilihan yang tidak melibatkan perdagangan
gelap satwa yang terancam,” ungkap Shepherd.
Upaya untuk mengekstraksi cairan empedu ini dilakukan dengan berbagai
teknologi yang ditemukan oleh manusia. Laporan TRAFFIC menjelaskan
beberapa metode umum dari ekstraksi empedu dari beruang yang ditangkap
ini adalah: menggunakan teknologi USG untuk mencari dan menusuk kandung
empedu, memasukkan sayatan tetap di perut dan kandung empedu atau
kateter logam yang menggunakan tabung logam permanen ditanamkan untuk
mengakses empedu , metode yang ‘penuh kekejaman’ juga dilakukan
menggunakan tabung kateter permanen untuk mengekstrak empedu yang
kemudian dikumpulkan dalam kantong plastik yang diatur dalam kotak logam
yang dikenakan oleh beruang, dan akhirnya hanya mengeluarkan seluruh
kandung empedu.
Beruang-beruang yang ditangkap untuk diambil empedunya ini biasanya
mengalami kekurangan gizi dan hidup dalam standar kesehatan yang rendah,
dan rata-rata hanya mampu hidup selama 5 tahun (bandingkan dengan
beruang yang hidup di alam liar dengan sehat, yang mampu hidup selama 25
hingga 30 tahun). Jika pun beruang ini bertahan di usia lebih dari lima
tahun, mereka umumnya dibunuh di usia 10 tahun karena produktivitas
cairan empedu mereka yang sudah berkurang.
Chris Shepherd sendiri menyoroti bahwa istilah ‘penangkaran beruang’
itu sudah salah. Nyatanya tak ada satu pun beruang yang ada di
penangkaran ini berasal dari hasil perkawinan dan dilahirkan di dalam
pusat penangkaran, seluruh beruang yang ada di ‘penangkaran’ ini diambil
dari alam liar, atau menculiknya.
Harga satu ekor anak beruang yang ditangkap di Kamboja atau Laos, dan dijual ke penangkaran di Vietnam berkisar 100 dollar AS.
Saat ini bisnis penangkaran beruang di Asia menjadi sebuah bisnis
yang besar. Menurut hasil investigasi TRAFFIC, di Cina saat ini
diperkirakan ada 97 penangkaran yang berisi 7.000 hingga 10.000 ekor
beruang dan di wilayah yang lebih besar lagi di Asia, sekitar 12.000
ekor beruang kini menjadi mesin penghasil cairan empedu. Hal ini dinilai
sebagai perbudakan yang dilakukan manusia kepada satwa.
Maraknya penangkaran ini, didorong oleh besarnya permintaan dan
keuntungan yang sangat menjanjikan. Produk empedu sangat berbeda di
berbagai wilayah di Asia, namun dari hasil investigasi TRAFFIC
diperkirakan harga kantung empedu utuh hanya sekitar 51,11 dollar AS di
Myanmar dan sekitar 2.000 dollar AS di Hongkong. Jika dijual dalam
potongan, kantung empedu ini berharga sekitar 0,11 per gram di Thailand
dan yang termahal adalah 109.70 per gram di Jepang. Sementara harga per
butir pil berisi empedu beruang adalah sekitar 0,38 dollar AS di
Malaysia dan mencapai 3,83 dollar AS di Thailand.
Berdasarkan survey ke pasar tradisional yang dilakukan di Kamboja,
CIna, Hongkong, Jepang, Korea, Laos, Makau, Malaysia Myanmar,
Singapura, Taiwan, Thailand dan Vietnam ditemukan bahwa beruang hidup
dan bagian tubuh mereka dijual secara terbuka di pasar tradisional untuk
pengobatan. Termasuk diantaranya adalah cakar beruang, kulit,
jari-jari, gigi, tengkorak, dan yang termahal tentu saja: kantung empedu
dan cairan empedu.
Bagaimana mengatasi perdagangan tubuh beruang ini?
Harus diakui, peran konsumen sangat penting untuk menghentikan
perdagangan hasil-hasil tubuh satwa yang langka dan dilindungi, termasuk
beruang. Karena permintaan dari konsumen inilah yang menjadi pemicu
utama bisnis perdagangan dan penangkaran ilegal beruang terus
berlangsung. Siklus eksploitasi, selalu dimulai dari konsumen. Jika tiak
ada keuntungan yang bisa diraih dari bisnis ini, maka orang-orang yang
selama ini menangkarkan beruang akan berkesimpulan bahwa bisnis ini
tidak lagi menguntungkan.
Harus diingat kembali bahwa, hilangnya beruang sebagai sebuah mata
rantai kehidupan liar di alam, akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem
dan pada akhirnya, akan mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri.
Source : link