Salah satu harimau Sumatera yang mati di wilayah konsesi perkebunan PT
Arara Abadi yang menjadi anak perusahaan Asia Pulp and Paper di Riau.
Foto: WWF-Indonesia
Sebuah kompilasi laporan terkini yang dirilis oleh lembaga yang
melakukan monitoring dan pencegahan perdagangan satwa liar dunia,
TRAFFIC menyatakan setidaknya 1425 ekor harimau sudah ditangkap di Asia
dalam 13 tahun terakhir. Namun dari data di dalam laporan berjudul Reduced to Skin and Bones Revisited
yang meliputi 13 negara, Kamboja adalah yang terparah, tak ada data
jumlah penangkapan harimau yang tercatat selama periode tersebut.
Dalam análisis laporan ini
terlihat jelas bahwa kendati upaya perlawanan dan pencegahan terus
dilakukan dalam perdagangan bagian-bagian tubuh harimau, namun kondisi
di lapangan membuktikan bahwa hal ini tetap menjadi perhatian utama
karena masih terus terjadi, ungkap TRAFFIC. Sekitar 654 ekor harimau
dibunuh dan bagian tubuhnya diperjualbelikan, mulai dari kulit hingga
tulang, lalu gigi, telapak kaki dan tengkoraknya selama periode ini,
atau sekitar 110 ekor harimau mati diburu setiap tahun, dengan angka
rata-rata dua ekor atau lebih setiap minggunya.
Sementara, sekitar
89% harimau tangkapan itu berada di luar kawasan lindung, hal ini
menekankan pentignya aksi anti-perdagangan liar untuk memutus rantai
perdagangan dan mencegah penetrasi ke dalam habitat harimau. Manfaat
analisis ini untuk meningkatkan penegakan hukum untuk melindungi harimau
dan habitatnya sudah sangat jelas. “Jika lebih banyak informasi yang
secara rutin dikumpulkan, dianalisa dan disebarkan ke berbagai negara
ini, upaya nyata bisa dibuat untuk melawan sindikat perdagangan harimau
ilegal ini,” ungkap Natalia Pervishina, Kepala Progra Perdagangan
Harimau dari TRAFFIC dan WWF. Laporan hasil kerjasama antara WWF dan
TRAFFIC ini sendiri dirilis disela-sela berjalannya konferensi CITES
yang tengah berlangsung di Bangkok, Thailand.
Temuan
yang signifikan dalam laporan yang terbaru ini adalah meningkatnya
jumlah tangkapan harimau, yang juga melibatkan harimau hidup – sekitar
61 ekor ditangkap selama periode tiga tahun sejak pertemuan terakhir
CITES tahun 2010. Angka ini merupakan setengah dari jumlah keseluruhan
(123 ekor) yang tercatat sejak tahun 2000 silam. Thailand adalah negara
yang teridentifikasi menjadi lokasi utama perdagangan harimau yaitu
dengan total 30 ekor, lalu diikuti Laos 11 ekor, Indonesia 9 ekor dan
Vietnam 4 ekor.
“Mengingat adanya jumlah populasi harimau liar
yang rendah di Thailand, Laos, dan Viet Nam, lalu dikombinasikan dengan
adanya fasilitas penangkaran harimau dalam tiga negara, ada pertanyaan
penting mengenai sumber dari mana harimau hidup itu berasal,” kata Nick
Cox, Program Manager Spesies WWF-Greater Mekong. Dari 13 negara yang
termasuk dalam rentang habitat harimau (Bangladesh, Bhutan, Kamboja,
Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia, Thailand,
Viet Nam), hanya India yang telah membuat catatan cukup rinci untuk
membuat analisis untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi ‘hotspot’ di mana
perdagangan harimau berlangsung.
Berdasarkan informasi dari India,
lima lokasi ‘hotspot’ yang berhasil diidentifikasi diantaranya termasuk
Delhi, sementara empat lainnya yang dekat dengan kawasan lindung di
berbagai negara bagian (Uttar Pradesh, India tengah, West Bengal
(Sundarbans) dan India bagian selatan dari Ghats Barat). “Kualitas
informasi dari India memungkinkan kami untuk melakukan analisis spasial
dan menentukan lokasi-lokasi kunci dimana perdagangan harimau
berlangsung,” kata Sarah Stoner, dari Spesialis Data Perdagangan
Harimau TRAFFIC dan penulis laporan ini. “Negara-negara harus melakukan
upaya nyata untuk menjaga komitmen mereka di bawah CITES untuk
melindungi harimau liar dengan memberikan pelaporan yang sangat baik
pada situasi saat ini.”
Berdasarkan kesepakatan yang dibuat pada
pertemuan CITES sebelumnya, negara-negata yang menjadi rentang habitat
harimau harus menyatakan tindakan apa yang telah mereka lakukan untuk
melindungi kucing besar Asia ini. Pada awal pertemuan CITES saat ini
yang sedang berlangsung di Bangkok, hanya China, India dan Thailand
telah menyerahkan laporan yang tepat sesuai dengan ketentuan CITES. WWF
dan TRAFFIC mendesak negara-negara yang terlibat dalam Program Pemulihan
Harimau Global untuk menyelesaikan proses pelaporan untuk memenuhi
persyaratan CITES yang terkait dengan harimau.
source : link