Harimau Sumatera, semakin terdesak oleh ekspansi pemukiman warga.
Wilayah warga desa, seringkali adalah wilayah hutan yang sebelumnya
menjadi wilayah jelajah harimau. Foto: Lili Rambe
Warga desa Muaro Sebo dan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Jambi
tengah diresahkan dengan munculnya harimau di desa mereka. Bahkan
28Februari 2013 silam, seorang warga desa Muaro Sebo mengaku telah
diserang harimau. Berbagai isu pun mulai bermunculan akibat munculnya
harimau ini. Mulai dari kabar mulut ke mulut yang mengatakan bahwa
harimau ini adalah harimau sirkus yang melompat dari sebuah truk
kontainer di jalan lintas sumatera yang melewati desa Merlung hingga
broadcast BBM/SMS yang mengatakan bahwa sebenarnya ada 16 harimau yang
lepas dari kontainer tersebut.
Ketika dihubungi Mongabay-Indonesia, Tri Siswo Rahardjo, kepala BKSDA
Jambi menegaskan bahwa berita tersebut tidak benar. “Harimau-harimau
ini adalah harimau liar bukan seperti isu yang beredar di masyarakat.
Harimau ini sudah terdeteksi oleh kami dari dua bulan yang lalu” kata
Tri. Pihak BKSDA sudah beberapa kali menemukan harimau-harimau ini,
namun mereka mengalami kesulitan untuk menembak bius harimau tersebut
karena ramainya warga yang mendatangi lokasi sehingga harimau pun
melarikan diri sebelum sempat ditembak.
Tri memperkirakan ada sekitar lima harimau yang berhasil dideteksi
pihaknya berkeliaran di daerah Merangin, Merlung, Muaro Sebo, Pemayung
dan Sungai Gelam. Munculnya harimau – harimau ini di pemukiman warga
diduga karena kawasan tempat mereka tinggal direndam banjir namun
menurut Tri ini bukan berarti harimau tersebut masuk ke pemukiman warga
karena bisa jadi pemukiman yang dibangun warga lah yang masuk dalam
wilayah jelajah harimau. Saat ini BKSDA telah menurunkan timnya ke desa
Muaro Sebo untuk mencari harimau ini. BKSDA juga akan melakukan diskusi
dengan para ahli dan pemerhati harimau untuk mengatasi konflik harimau
dengan masyarakat pada tanggal 14 Maret nanti.
source : link