I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi keotentikan data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan.
Pendugaan suatu komunitas salah satunya dilakukan dengan melakukan pengukuran pada diameter pohon dari komunitas yang akan diketahui tersebut. Diameter merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas diameter tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan.
Pengukuran diameter pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kelemahan suatu alat tertentu.
1.2 Tujuan
Bertolak dari latar belakang tersebut diatas, tujuan yang ingin dicapai ialah:
- Mengetahui cara penggunaan alat-alat ukur diameter dan luas bidang dasar (LBDS) dengan benar
- Mengetahui perbandingan relatif dari keakuratan hasil pengukuran antar alat yang berbeda.
- Mengetahui hasil perbandingan diameter pohon dengan pita ukur dan alat ukur lainnya.
1.3 Manfaat
Dengan tercapainya tujuan diatas, manfaat yang dapat diperoleh ialah:
- Data yang diperoleh dari hasil pengukuran diameter dengan cara yang benar lebih akurat.
- Dapat diketahui alat yang tepat dan akurat digunakan dalam pengukuran diameter pohon atau tegakan.
II. METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu
Pengukuran diameter dan luas bidang dasar pohon dilakukan di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB. Pengukuran dilakukan pada tanggal 16 Mei 2009 mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
2.2 Alat dan Bahan
Pohon yang diukur berjumlah sepuluh (10) pohon dengan jenis dan ukuran yang berbeda. Penentuan jenis dan ukuran pohon bergantung pada kondisi dilapangan (pembagian jalur pengukuran). Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran ini ialah:
- Pita ukur (pita keliling)
- Caliper
- Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB)
- Biltmore Stick
- Dendrometer
- Phiband
2.3 Metode Pengukuran
Pohon sampel yang akan diukur berada dalam beberapa plot contoh dengan masing-masing terdiri dari 10 pohon. Sepuluh pohon yang telah ditentukan diukur dengan menggunakan alat-alat yang disediakan. Pengukuran dengan alat yang berbeda memiliki cara yang berbeda. Pada pita ukur, pohon yang diukur ialah kelilingnya. Untuk mendapatkan data diameter, hasil dari pita ukur yang berupa keliling harus diubah terlebih dahulu. Berbeda dengan phiband. Hasil yang diperoleh dari phiband sudah merupakan data diameter. Pengukuran dengan caliper sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu pada diameter kecil dan diameter tegak lurus padanya, kemudian diambil nilai rata-ratanya.
2.4 Analisis Data
Data yang telah dihasilkan akan dilakukan analisis data. Data akan dianalisis berdasarkan jenis pengukuran yang dilakukan seperti perbandingan hasil pengukuran diameter dari suatu alat terhadap pita ukur. Untuk mengetahui perbandingan tersebut dilakukan pengujian hipotesisu, untuk diameter dicari dengan membagi keliling dengan 3.14 dan luas bidang dasar dapat dicari dengan rumus 1/4 dari phi dikali diameter kuadrat.
Hasil pengukuran diameter pohon diperoleh, kemudian dicari nilai bias alat yang digunakan. Nilai bias menunjukkan kecenderungan nilai pengukuran yang lebih besar (overestimate) atau lebih kecil (underestimate) dari suatu alat _isbanding hasil pengukuran dengan pita ukur. Ragam simpangan yang menunjukkan ketelitian alat, dimana semakin besar nilai ragam, maka ketelitian hasil pengukuran dari alat tersebut relatif rendah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Seluruh hasil pengukuran dan rekapitulasi pengukuran diameter serta luas bidang dasar pohon dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Perhitungan Diameter dan Luas bidang dasar dari keseluruhan alat
No. Nama/ jenis pohon rata-rata (cm) Simpangan baku (cm) LBDS (m2)
1. Pohon A 2.07 3.68 0.05
2. Pometia pinnata 0.03 1.89 0.035
3. Pohon B 1.2 2.60 0.035
4. Shorea pinanga 0.2 2.76 0.04
5. Shorea pinanga 8.9 10.40 0.11
6. Pohon C 6.63 9.16 0.12
7. Pometia pinnata 0.87 3.94 0.1
8. Hopea macarawan -2.67 2.63 0.15
9. Shorea pinanga 4.9 7.52 0.1
10. Pohon C 2.77 5.49 0.085
Tabel di atas menujukkan bahwa rata-rata simpangan pengukuran dan ragam pengukuran yang terbesar adalah pada pengukuran Shorea pinanga (8.9 dan 10.40). Hal ini disebabkan oleh perbedaan nilai pengukuran Shorea pinanga yang dihasilkan oleh alat-alat yang digunakan cukup besar. Dengan demikian, hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat-alat tersebut kurang valid. Luas bidang dasar (LBDS) terbesar dimiliki oleh pohon Hopea macarawan, yaitu 0.15 m2. Hal ini menunjukkan bahwa pohon Hopea macarawan memiliki diameter setinggi dada (Dbh) yang terbesar.
Hasil Pengukuran menunjukkan bahwa pengukuran Caliper cenderung underestimate, sedangkan SRB dan Biltmorestick cenderung overestimate. Perbedaan pengukuran ini disebabkan oleh perbedaan bias pengukuran pada tiap alat yang dipakai. Bias pengukuran ini berkaitan dengan cara penggunaan alat maupun skala yang digunakan.
Alat yang memiliki ketelitian yang paling tinggi adalah Caliper, karena secara teoritis Caliper tidak berbias sehingga memiliki ragam simpangan pengukuran yang rendah. Kadar pencahayaan tidak mempengaruhi pengukuran Caliper. Namun kadar pencahayaan sangat berpengaruh terhadap pengukuran SRB maupun Biltmorestick.
Alat yang memiliki ketepatan tertinggi yaitu Biltmorestick. Hal ini disebabkan nilai simpangan rata-rata mutlak dari Biltmorestick lebih kecil dari Caliper maupun SRB. Dari segi kemudahan penggunaan di lapang, Caliper merupakan alat yang paling mudah dipakai, baik untuk pohon yang masih berdiri tegak maupun yang sudah roboh. Namun, alat ini kurang praktis karena bentuknya yang cukup memakan ruang dan cukup berat untuk dibawa. SRB dan Biltmorestick praktis dibawa dalam pengukuran di lapang. Namun penggunaan kedua alat tersebut cukup rumit sehingga hasil pengukurannya sering kali kurang tepat, karena kadar pencahayaan sangat berpengaruh pada ketepatan pengukuran.
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar