Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) bekerja sama dengan 13 lembaga internasional lain membentuk Kerjasama Kolaboratif Kehutanan (Collaborative Partnership on Forests) guna mengatasi gangguan abiotik.
Gangguan abiotik atau “abiotic disturbances” adalah gangguan cuaca ekstrem dan bencana alam yang mengancam eksistensi hutan seperti badai, banjir, tanah longsor, tornado, gempa bumi dan letusan gunung berapi.
“Gangguan-ganguan ini diperkirakan akan meningkat intensitasnya, kuantitasnya maupun frekuensinya,” ujar Eduardo Rojas-Briales, Wakil Sekretaris Jenderal FAO bidang Kehutanan yang memimpin kerja sama tersebut.
“Untuk itu diperlukan pola pengelolaan hutan yang adaptif yang melipatkan semua pihak yang berkepentingan guna melindungi sumber daya hutan dunia. Kerja sama regional dan internasional juga dibutuhkan untuk mengatasi gangguan yang tidak mengenal batas geografis ini,” ujarnya.
Menurut laporan FAO berjudul “Abiotic disturbances and their influence on forest health”, sebanyak 4,000 kasus gangguan abiotik telah terjadi di seluruh dunia antara tahun 2000 dan 2009 dan baru-baru ini gangguan itu juga diakibatkan oleh ulah tangan manusia seperti pencemaran radioaktif dan kebocoran minyak.
Contoh gangguan abiotik dan dampaknya terhadap hutan meliputi: badai besar yang terjadi di Swedia pada 2005, yang menumbangkan dan merusak hutan seluas lebih dari 1.2 juta hektar dan Badai Tropis Sidr yang menghantam Bangladesh pada 2007 yang menyebabkan 9 juta orang menderita, merusak 1.5 juta rumah dan 4 juta pohon.
Contoh lain adalah gempa bumi dan ancaman tsunami di Chile bagian tengah dimana lebih dari 700 orang menjadi korban dan menyebabkan kerugian ekonomi negara sebesar US$30 miliar.
Guna menanggulangi ancaman-ancaman tersebut, diperlukan kerjasama antara lembaga pengelola hutan guna menerapkan kebijakan seperti mendiversifikasikan spesies tanaman, membangun pemecah angin (windbreaks) dan pola tanam yang beragam untuk melindungi hutan dari bencana, risiko dan dampak dari kejadian-kejadian ekstrem.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dijadwalkan akan mengeluarkan laporan khusus tentang cara mengurangi risiko bencana dan kondisi-kondisi ekstrem pada November guna membantu dunia mengatasi perubahan iklim.
Kerja sama ini juga menyeru kepada seluruh pengelola kehutanan dunia untuk menciptakan strategi guna mengatasi kekeringan pada masa datang dengan cara mengurangi kepadatan jarak tanam yangh akan mempermudah tanaman memperoleh air.
Cara lain adalah dengan memilih tanaman yang tahan terhadap kondisi kering dan beralih dari pola tanam monokultur (satu jenis tanaman) ke pola tanam yang lebih terdiversifikasi guna menciptakan hutan yang memiliki spesies yang kaya dan beragam.
Keterangan lebih lanjut kunjungi: UN News Centre
0 komentar:
Posting Komentar