skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Selasa, 29 November 2011

Tunggak HTI : Masih bisakah dimanfaatkan ?

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
“Sebagai limbah tunggak merupakan sisa tebangan yang mengganggu proses land clearing dan penanaman, serta disinyalir sebagai sumber penyakit akibat pembusukan biomasa. Tunggak HTI jumlahnya berlimpah. Seberapa luas tebangan HTI, seluas itu pula sumber tunggak.”
  
Saat ini tunggak Acacia crassicarpa pada areal bekas tebangan masih ditinggalkan sebagai biomasa tertinggal dan sebagai limbah. Sebagai biomasa tertinggal tunggak diperlakukan sebagai input hara bagi rotasi berikutnya. Sebagai limbah tunggak merupakan sisa tebangan yang mengganggu proses land clearing dan penanaman, serta disinyalir sebagai sumber penyakit akibat pembusukan biomasa. Tunggak HTI jumlahnya berlimpah. Seberapa luas tebangan HTI, seluas itu pula sumber tunggak.

Berapa banyak limbah tunggak HTI?
Jumlah tunggak dapat ditemukan di areal bekas tebangan HTI berkisar antara 460 – 880 buah/ha atau 222 stapel meter yang setara dengan 1.8 ton/ha. Jumlah tersebut memiliki variasi diameter antara 23 – 26,2 cm. Jika luas tebangan 3.000 ha, maka total potensi tunggak yang tersedia sebanyak 666.207,4 sm (atau 47.493 ton).
Adapun tunggak yang potensial dapat dimanfaatkan dengan peralatan manual berkisar 100-200 buah tunggak/ha dengan rata-rata volume 39,13 sm/ha yang setara dengan 3 ton/ha. Jumlah tersebut hanya sebesar 17,6% dari volume total dan 18,8% dari bobot total/ha.
Proporsi tersebut berkaitan dengan kesulitan pembongkaran tunggak secara manual. Konstruksi akar cukup dalam mencengkram tanah, dengan kedalaman 1,5 m dan radius 1 m.  Prosesi penimbangan tunggak Acacia crassicarpa.

Tunggak krasikarpa untuk apa ?
Setidaknya ada 3 peluang pemanfaatan tunggak HTI, yaitu : untuk suplemen bahan baku pulp, bahan kayu energy (arang) dan arang aktif. Prospek sebagai suplemen bahan baku pulp perlu dipertimbangkan karena saat ini diakui oleh berbagai industry pulp bahwa bahan baku kayu mengalami kekurangan. Jumlah pasokan kayu masih di bawah kapasitas industry terpasangnya. Sehingga pemanfaatan tunggak untuk suplemen kayu pulp patut dipertimbangkan.
Kadar air tunggak krasicarpa berkisar 43,27%-45,95%, dan berat jenis berkisar 0,56-0,63 gr/cm3. Kayu yang memiliki berat jenis lebih tinggi cenderung lebih teguh dan mudah diolah.Sayangnya, arah serat krasicarpa ini adalah serat terpilin. Sehingga pengolahan untuk pulping memerlukan asupan kimiawi yang lebih.
Prospek tunggak sebagai bahan baku arang lebih tinggi ditinjau dari sifat fisiknya. Nilai kalor tunggak 4.342 kal/gr (kisaran 4,013 – 4,428 kal/gr). Nilai kalornya hampir separuh dari nilai kalor minyak fosil (9,663–10,490 kal/gr) dan sebanding dengan nilai kalor jenis kayu daun lebar secara umum yaitu 4.400 – 4.700 kcal/kg.
Satu staple meter (1 sm) tunggak krasikarpa dalam keadaan basah (KA = 44,27%) dengan berat 0,33 ton jika dimanfaatkan sebagai bahan bakar setara dengan energy sebesar 0,70 x 106 kcal, atau ekuivalen dengan minyak fosil 92,49 liter. Apabila tunggak tersebut dalam keadaan kering oven, maka 1 sm dengan berat 0,23 ton jika setara dengan energi 1,01 x 106 kcal, atau ekivalen dengan minyak fosil 133,43 liter.
Prospek berikutnya adalah pembuatan arang aktif. Arang aktif adalah suatu karbon yang mampu mengadsorpsi anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan anorganik, baik berupa larutan maupun dalam bentuk gas. 
Rendemen arang aktif tunggak krasicarpa berkisar 33,5 – 71,4%. Rendemen tinggi (71,4%) dapat dihasilkan dari rendaman H3PO4 10% pada suhu 650oC. Arang aktif yang dihasilkan memiliki kadar karbon terikat yang tinggi sebesar 87 – 92.5%. Dengan demikian, prospek pemanfaatan tunggak HTI terbesar adalah sebagai bahan baku arang.

Tantangan pengembangan
Potensi tunggak yang berlimpah, sifat dasar tunggak yang relevan dan hasil arang yang kompetitif merupakan peluang besar pemanfaatan tunggak Acacia crassicarpa.
Namun proses produksi dan investasi yang belum efisien merupakan faktor yang perlu mndapat perbaikan  (improvement). Tantangan yang perlu diperhatikan untuk pengembangan tunggak sebagai bahan baku arang antara lain :
  1. Diperlukan teknologi rekayasa alat pencacah tunggak agar diperoleh  keseimbangan serapan tenaga kerja dengan output kerjanya. Dengan teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan randemen serta merasionalisasi jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan randemen yang wajar.
  2. Integrasi dan kemiteraan dengan pengusaha HTI pulp diperlukan dalam rangka menghindari panjangnya rantai tata niaga bahan baku. Jika memungkinkan mewujudkan industri terpadu antara kayu pulp dengan arang, atau arang dengan produk turunannya seperti arang aktif dan cuka kayu akan sangat mungkin meningkatkan nilai tambah dan memperbaiki efisiensi.
  3. Memperhitungkan indirect positive effect (Gregersen & Contreras, 1979). Indirect effect didefinisikan sebagai beberapa perubahan dalam kuantitas dan kualitas barang dan jasa yang dapat tersedia bagi masyarakat dalam proyek yang tidak termasuk dalam perhitungan analisis finansial, tidak secara langsung dibeli atau dijual dalam pasar melalui entitas finansial dimana analisis finansial dilakukan.

Source : link
0 komentar

Pendidikan Konservasi

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Ketika kita bertanya kepada pelaku illegal loging, apakah mereka sadar bahaya pencurian kayu? Atau cobalah wawancara dengan para perusak Hutan Mangrove, apakah mereka tahu apa fungsi Hutan Mangrove dalam mencegah bahaya abrasi dan tsunami ? Cobalah kita simak data laju pengurangan hutan di Indonesia yang mencapai 3,8 juta ha/tahun atau setara 6 kali lapangan sepakbola/menit dengan total kerusakan hutan 59,62 juta hektar dari 120,34 juta hektar luas hutan Indonesia. Salah satunya diantaranya adalah Hutan Mangrove yang hanya tinggal 25 % saja dari luas 3,6 juta Ha. Semua orang tahu konservasi, semua orang mengerti manfaat Hutan Mangrove, semua orang sadar akibat alam rusak, tapi dia akan tetap merusak karena dia hanya memiliki pengetahuan tidak memiliki jiwa conservationist. Tanpa gelar sarjana pun, manusia akan ikhlas untuk melestarikan bumi ini beserta isinya. Cobalah kita lihat bagaimana suku Anak Dalam di Jambi atau Suku Badui di Banten yang memiliki kearifan dan keikhlasan dalam melestarikan dan menjaga keseimbangan alam ini, karena jiwa mereka sudah menyatu dengan alam, setiap hari mereka bersentuhan dan bergaul dengan hutan dan alam sekitar. Mungkin demikian pula halnya dengan kita yang memiliki pengalaman bergaul bersama alam, ketika alam memberikan kasih sayangnya pada kita, atau ketika alam harus marah karena dirinya telah dirusak.
Harus diakui bahwa keanekaragaman hayati sedang terancam kelestariannya, sehingga diperlukan upaya-upaya yang sangat mendasar menyentuh jiwa setiap masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan bagi keberlanjutan kehidupan, salah satunya melalui pendidikan konservasi.
Pendidikan konservasi haruslah dimulai sejak dini dan dapat dilaksanakan di lingkungan rumah secara non formal. Sejak kecil anak dididik untuk menanam, menyirami dan memeliharanya. Perkenalkan mereka dengan alam sebagai lingkungan yang ramah. Secara formal, pendidikan konservasi harus dapat menyentuh semua level pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMU dan Perfasilitatoran Tinggi. Hal ini untuk membentuk dan memelihara jiwa conservationist dalam diri setiap anak agar benar-benar menjadi generasi yang cinta lingkungan. Dan menjadi kewajiban bagi kita semua untuk melaksanakan hal tersebut karena setiap diri kita adalah fasilitator bagi orang lain. Jiwa Konservationist dan pengalaman kita bergaul dengan alam kiranya dapat dibagikan dan diwariskan kepada adik-adik kita. Sehingga akan muncul generasi-generasi conservationist yang akan menjadi pahlawan penyelamat lingkungan.

Apa Prinsip Dasar Pelestarian Alam
Manusia merupakan unsur utama dari alam semesta ini yang harus sangat bertanggungjawab atas segala degradasi alam yang sekarang terjadi, karena manusia adalah sebagai pengguna, perusak, dan akhirnya harus menjadi pelestari alam ini.
  1. Pelestarian lingkungan dan prinsip kemampuan harus saling mendukung.  Upaya pelestarian yang dilakukan harus spesifik lokal dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dimiliki (SDA & SDM) dengan semboyan “berpikir global, bertindak lokal”.
  2. Pencegahan lebih baik dari pada perbaikan.  Biaya finansial dan sosial yang dikeluarkan untuk merehabilitasi alam yang telah rusak lebih besar dibanding dengan melakukan pemeliharaan/pencegahan.
  3. Keterpaduan.  Pelestarian alam harus dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat untuk seluruh masyarakat.
  4. Penegakan supremasi hukum.  Pelaku perusak alam harus dihukum untuk mengembalikan alam yang lestari.
Apa Prinsip Dasar Pendidikan Konservasi ?
  1. Pendidikan Konservasi bekerja secara menyeluruh. Apa yang secara keseluruhan diketahui/diterima secara terpadu akan lebih tersimpan dalam ingatan.
  2. Pendidikan Konservasi diterapkan sesuai situasi. Penyusunan perencanaan materi Pendidikan Konservasi harus memperhatikan 3 aspek yaitu : (1) Situasi belajar harus menyentuh perasaan anak karena akan lebih membangkitkan motivasinya, (2) Situasi belajar harus dapat memahami kenyataan yang dialami karena rasa ingin tahu anak yang alami merangsang untuk mengungkapkan, (3) Situasi belajar harus bisa membentuk pengalaman yang positif bagi anak karena dapat merangsang kemandirian pada anak untuk melakukan hal yang sama dalam situasi dan tempat yang berbeda.
  3. Pendidikan Konservasi menuntut tindakan. Kita hanya akan mendapatkan 20 % dari apa yang kita dengar, sedangkan disisi lain kita dapat menyimpan 90 % kesan yang diperoleh secara mandiri melalui “learning by doing”.
Apa Tujuan Pendidikan Konservasi ?
Pendidikan Konservasi bertujuan untuk membentuk jiwa konservasionis yang memiliki sikap sadar terhadap lingkungannya. Sadar lingkungan diartikan sebagai bagian dari kesadaran diri yang bertumpu pada terbentuknya hubungan positif antara individu dengan lingkungan alam, sosial dan lingkungan yang telah terbentuk dengan memperhatikan keteraturan ekologi.


Bagaimana Mencapai Tujuan Pendidikan Konservasi ?
Sasaran Pendidikan Konservasi adalah membentuk jiwa konservasionis yang memiliki sikap sadar terhadap lingkungan. Oleh karena itu Pendidikan Konservasi harus memperhatikan aspek – aspek :
  1. Aspek pertama : pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan Konservasi memberikan pengetahuan untuk menggali dan memberikan : Aspek utama Pendidikan Konservasi adalah mengubah pola pikir dan sikap individu terhadap lingkungan baik lingkungan fisik yaitu alam dan mahkluk hidup lainya, maupun lingkungan sosial yaitu sikap terhadap orang – orang yang ada di sekitarnya. Anak harus mengenal alam ini sebagai lingkungan yang ramah.
  2. Aspek kedua : menyentuh keyakinan. Keyakinan merupakan bentuk sikap sadar sasaran terhadap lingkungan. Hal ini dapat di tempuh dengan membangkitkan motivasi sasaran untuk memperbaiki kualitas kehidupan dan memelihara keberlanjutanya.
  3. Aspek ketiga : timbulnya tindakan pelestarian lingkungan. Dengan munculnya tindakan dalam melestarikan lingkungan yang dilakukan secara sadar ini merupakan bentuk kepedulian dan komitmen terhadap lestarinya alam ini.

Source : link
0 komentar

Manfaat dan bahaya ozon

Diposting oleh Maysatria Label: Sains dan Teknologi
LAPISAN OZON DI STRATOSFER
Ozon pertama kali ditemukan oleh Christian Friedrich Schonbein pada tahun 1840. Penamaan ozon diambil dari bahasa yunani OZEIN yang berarti smell atau bau. Ozon dikenal sebagai gas yang tidak memiliki warna. Soret pada tahun 1867 mengumumkan bahwa ozon adalah sebuah molekul gas yang terdiri tiga buah atom oksigen (O3).
Secara alamiah ozon dapat terbentuk melalui radiasi sinar ultraviolet pancaran sinar Matahari. Chapman menjelaskan pembentukan ozon secara alamiah pada tahun 1930. Di mana ia menjelaskan bahwa sinar ultraviolet dari pancaran sinar Matahari mampu menguraikan gas oksigen di udara bebas.
Molekul oksigen tadi terurai menjadi dua buah atom oksigen, proses ini kemudian dikenal dengan nama photolysis. Lalu atom oksigen tadi secara alamiah bertumbukan dengan molekul gas oksigen yang ada disekitarnya, lalu terbentuklah ozon. Ozon yang terdapat pada lapisan stratosphere yang kita kenal dengan nama ozone layer (LAPISAN OZON) adalah ozon yang terjadi dari hasil proses alamiah photolysis ini.
Lapisan ozon berada pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30 mil) di atas permukaan Bumi. Peristiwa ini telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu.
LAPISAN OZON sangat bermanfaat bagi kehidupan di Bumi karena ia melindungi kita dengan cara menyerap 90% radiasi sinar ultraviolet (UV) yang dipancarkan oleh matahari. Diketahui bahwa Sinar UV sangat berbahaya dan dapat menyebabkan:
  1. penyakit kanker kulit,
  2. katarak
  3. kerusakan genetik
  4. penurunan sistem kekebalan hewan, tumbuhan dan organisme yang hidup di air
  5. mengurangi hasil pertanian dan hutan
  6. mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan, serta mengurangi jumlah plankton yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan hewan-hewan laut
Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumi yang sering disebut sebagai “efek rumah kaca”Sebagian besar ozon stratosfer dihasilkan di kawasan tropis dan diangkut ke ketinggian yang tinggi dengan skala-besar putaran atmosfer semasa musim salju hingga musim semi. Umumnya kawasan tropis memiliki ozon yang rendah.
OZON DI MUKA BUMI, DI LINGKUNGAN SEKITAR KITA
Ozon bisa terjadi secara alamiah di dalam smog (kabut) terutama di kota-kota besar, seperti di Jakarta. Gas NOx dan hydrocarbon dari asap buangan kendaraan bermotor dan berbagai kegiatan industri, merupakan sumber pembawa terbentuknya ozon.
Reaksi dari ozon dengan gas hydrocarbon ini dilanjutkan dengan terbentuknya asam nitrat dan asam sulfate yang selanjutnya dapat menimbulkan hujan asam, yang selain membahayakan manusia juga dapat merusak berbagai ekosistem air.
Ozon adalah gas beracun sehingga bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dapat merusak paru-paru bahkan mampu menyebabkan kematian.
Karena sifat racun yg dimiliki oleh ozon ini, manusia menemukan ide seharusnya ozon bisa dimanfaatkan seperti: untuk membunuh kuman-kuman penyakit.
Berdasarkan pengetahuan manusia mengenai proses bagaimana terjadinya ozon, pada tahun 1857 Siemens berhasil membuat ozon dengan metode dielectric barrier discharge.
Pembentukan ozon dengan electrical discharge ini secara prinsip sangat mudah. Prinsip ini dijelaskan oleh Devins pada tahun 1956. Ia menjelaskan bahwa tumbukan dari electron yang dihasilkan oleh electrical discharge dengan molekul oksigen menghasilkan dua buah atom oksigen.
Selanjutnya atom oksigen ini secara alamiah bertumbukan kembali dengan molekul oksigen di sekitarnya, lalu terbentuklah ozon. Dewasa ini, metode electrical discharge merupakan metode yang paling banyak dipergunakan dalam pembuatan ozon diberbagai kegiatan industri.
Ozon, aktif species yang mempunyai sifat radikal ini, memerlukan juga perhatian khusus dalam penyimpanannya. Kadar 100 persen ozon pada suhu kamar mudah sekali meledak. Ozon akan aman disimpan pada suhu di bawah -183 oC dengan kadar ozon dalam campuran ozon dan oksigen dibawah 30 persen. Sekarang ozon kebanyakan disimpan dalam bentuk ozonized water atau ozonized ice.
MANFAAT OZON
Pemanfaatan ozon telah dilakukan lebih dari seratus tahun yang lalu. Ozon pertama kali di pergunakan oleh Nies dari Prancis pada tahun 1906 untuk membersihkan air minum. Berawal dari kesuksesan Nies ini di berbagai negara Eropa penggunaan ozon untuk mengolah air minum berkembang pesat.
Di Asia, pemanfaatan ozon untuk mengolah air minum pertama kali dilakukan di Kota Amagasaki, Jepang, pada tahun 1973. Namun, pemanfaatan pada waktu masih terbatas hanya untuk menghilangkan bau. Di Amerika, pemanfaatan ozon termasuk lambat, ozon dipergunakan pertama kali pada pusat pengolahan air di Los Angeles pada tahun 1987.
Memasuki tahun 1990-an pemanfaatan ozon berkembang sangat pesat. Berbagai pemanfaatannya antara lain, ozon untuk pengolahan air minum dan air limbah, ozon untuk sterilisasi bahan makanan mentah, serta ozon untuk sterilisasi peralatan.
Luasnya ruang lingkup penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Ozon dengan kemampuan oksidasinya dapat menguraikan berbagai macam senyawa organik beracun yang terkandung dalam air limbah, seperti benzene, atrazine, dioxin (Daito, 2000), dan berbagai zat pewarna organik (Sugimoto, 2000).
Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam microorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, serta berbagai bakteri pathogen lainnya (Violle, 1929).
Ozon juga dapat dipergunakan untuk mengawetkan bahan mentah makanan seperti daging dan ikan dengan menghambat perkembangan jamur (Kuprianoff, 1953). Hal yang sama juga dipergunakan untuk menghambat perkembangan jamur (Botrytis cinerea) pada sayur-mayur dan buah-buahan (Barth, 1995).
Dalam bidang kedokteran ozon mulai banyak dipergunakan setelah ditemukannya alat penghasil ozon untuk sterilisasi kedokteran oleh J Hansler pada tahun 1957. Penggunaan ozon dalam bidang kedokteran antara lain adalah untuk mencuci peralatan kedokteran.
Ozon dapat pula dipergunakan untuk meperlancar jalannya aliran darah. Di Jepang penggunaan ozon sebagai salah satu metode untuk mencuci peralatan kedokteran telah mendapatkan pengesahan dari Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan pada tahun 1995.
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan manusia, ozon pun dimanfaatkan di bidang pengobatan untuk mengobati pasien dengan cara terawasi dan mempunyai penggunaan yang meluas, seperti di Jerman. Di antaranya ialah untuk perawatan kulit terbakar.
Sedangkan dalam perindustrian, ozon digunakan untuk:
  1. mengenyahkan kuman sebelum dibotolkan (antiseptik)
  2. menghapuskan pencemaran dalam air (besi, arsen, hidrogen sulfida, nitrit, dan bahan organik kompleks yang dikenal sebagai warna)
  3. membantu proses flokulasi (proses pengabungan molekul untuk membantu penapis menghilangkan besi dan arsenik)
  4. mencuci, dan memutihkan kain (dipaten)
  5. membantu mewarnakan plastik
  6. menentukan ketahanan getah
  7. pengawetan bahan makanan,
  8. sterilisasi peralatan kedokteran

    Source : link
0 komentar

Obat dari Pulai?

Diposting oleh Maysatria Label: Kesehatan
tanaman pulai bisa untuk obat alternatif…..? Kajian yang akan disajikan berikut adalah hasil pulai selain dari kayu tetapi berupa limbah hasil penebangan. Karena sebenarnya banyak sekali manfaat dari tumbuhan tersebut bagi kehidupan sehari-hari. Salah satunya sebagai sarana kesehatan atau pengobatan sementara dalam kondisi yang mendesak.
Namun demikian apabila pemanfaatan secara maksimal dengan pengestrakan yang baik, hasil dari obat tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Baik itu limbah yang berupa daun, kulit, akar, bahkan serbuknya. Maksud dari pemberitahuan ini adalah untuk memberikan pengertian bagi kita semua bahwa tumbuhan dari jenis Pulai yang tumbuh disekitar kita sangat bermanfaat bagi kita semua. Sedangkan tujuannya adalah agar kita tidak begitu saja membuang/membakar limbah bekas tebangan tanpa memanfaatkan terlebih dahulu fungsinya.
Kandungan Bahan Kimia
Kulit kayu mengandung alkaloida ditanin, ekitamin (ditamin), ekitanin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin dan triperpen. Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol.
Fungsi
  1. Kulit kayu dapat untuk mengatasi :
  2. Demam, malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, kencing manis, tenakan darah tinggi, wasir, anemia, gangguan haid, rematik akut.
  3. Daun dapat untuk mengatasi : Borok, bisul, perempuan setelah melahirkan (nifas), beri-beri dan payudara bengkak karena bendungan ASI.
  4. Akar dapat untuk mengatasi : Sakit badan dan dada
  5. Getah dapat untuk mengatasi : Mematangkan bisul, terkena duri, dan radang kulit
Contoh Pemakaian
Demam

Kulit batang pulai sebanyak 3 g dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin airnya disaring kemudian tambahkan 1 sendok makan madu lalu diaduk merata. Minum sekaligus. Kulit batang bagian dalam diremas-remas dengan daun kelinci (Caesalpinia crista Linn.) dan daun sembung, tambahkan sedikit air. Peras dan saring lalu diminum.
Malaria
Kulit batang pulai yang sudah digiling menjadi bubuk, diambil sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin kemudian disaring lalu diminum sekaligus. Lakukan setiap hari sampai sembuh. Selama minum obat ini, hindari makanan yang asam dan pedas. Bila penyakitnya berat, gunakan kulit pulai hitam.
Diare
Minumlah rebusan kulit batang pulai yang telah disaring.
Perut kembung, Limpa membesar
Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masing-masing 1/4 genggam, buah ketapang 1 buah, gula enau 3 jari. Semua bahan dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kali minum. Setiap kali minum cukup 3/4 gelas.
Kencing Manis
Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa separonya. Setelah dingin disaring, minum 1/2 jam sebelum makan. Sehari 2 kali, masing-masing 3/4 gelas.
Memperkuat Lambung
Kulit batang pulai lapisan sebelah dalam diremas-remas dengan cuka, lalu minum.
Borok Bernanah
Daun pulai kering digiling menjadi serbuk. Taburkan pada borok bernanah setelah dibersihkan terlebih dahulu. Lakukan 2 kali sehari sampai sembuh.
Membangkitkan selera makan
Sebanyak 10 g bubuk dari kulit batang pula diseduh dengan air mendidih. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk limau, 1 sendok makan madu dan sedikit garam, aduk rata. Setelah dingin diminum sekaligus.
Beri-beri
Ambil daun pulai yang masih muda sebanyak 16 lembar, masukkan ke dalam bambu, lalu direbus dengan air bersih. Air rebusannya diminum pada pagi hari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Sakit Badan dan Dada
Gunakan akar pulai yang dikunyah dengan pinang. Balurkan ke bagian yang sakit.
Wanita Setelah Melahirkan (untuk membersihkan organ dalam)
Sediakan daun pulai dan rimpang jahe yang segar secukupnya, lalu cuci bersih. Buat menjadi jus atau ditumbuk sampai halus. Saring dan peras, airnya lalu diminum.
Kulit pulai dibersihkan, lalu tambahkan sepotong kunyit, sedikit jahe dan separo buah pala. Rebus dengan cuka encer pada periuk tanah yang tertutup rapat. Setelah mendidih diangkat. Minum selagi hangat.
Catatan
Di Nepal, serbuk kulit kayu pulai digunakan sebagai obat kontrasepsi, dan alkaloid akarnya dikatakan berkhasiat hipotensif dan antikanker.

Source : link
0 komentar

Pengadaan Bibit Pulai Melalui Stek

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Author : Silvanus

 A. Pendahuluan
Jenis Pulai (Alstonia scholaris R.Br) sangat langkah ditemukan, sulitnya benih diperoleh menjadi salah satu kendala penanaman jika diusahakan secara besar-besaran. Beberapa penelitian menunjukan bahwa perbayakan jenis Pulai mudah dilakukan melalui pembiakan vegetatif. Hormon tumbuh endogen yang ada dalam bahan stek tersedia dalam jumlah yang cukup merangsang pembentukan tunas dan akar.
Pulai dapat mencapai tinggi total 50 m dengan tinggi bebas cabang sampai 30 m. Diameter sampai 60 cm, batang lurus dan beralur dangkal. Kayunya digunakan antara lain untuk perabotan rumah tangga, korek api, peti, dll. Selai kayunya pohon pulai juga dapat dimanfaatkan getahnya untuk bahan obat dan permen (Martawijaya, et.al. 1981)
Pembiakan sacara vgetatif dapat menghasilkan bibit homogen dengan jumlah dan waktu yang diinginkan dapat digunakan untuk menganalisa tempat tumbuhdan dapat dihasilkan dengan mutu genetic yang sama dengan induknya.
B. Pembangunan Kebun Pangkas
Pengadaan Tanaman Induk.
Sebagaimana hal nya benih, bahan stek juga harus memperhatikan beberapa factor yang mempengaruhi kualitas tegakan dimasa yang akan dating. Variasi dalam tegakan , misalnya variasi geografis, individu dalam tegakan serta veriasi dalam pohon memiliki kontribusi yang sangat besar. Kebun pangkas dapat menghasilkan hutan berproduktifitas tinggi perlu memiliki dua persyaratan, yaitu :

  1. Dibangun dari benih hasil persilangan terkendali antara tetua-teu yang telah teruji.
  2.  Secara fisiologi masih dalam keadaan muda.

C. Penanaman dan Pemeliharaan
Agar kebun pangkas dapat menghasilkan bahan stek yang baik, cukup, serta berkesinambungan perlu ditangani secara intensif melalui:

  1. Penyiangan
  2. Pemberantasan hama dan penyakit.
  3. Pelabelan, pemetaan, pecatatan perlakuan
  4. Pengendalian juvenilitas
  5. Manajemen pemupukan
Kegiatan-kegiatan ini sangat memudahkan dalam evaluasi bibit yang dihasilkan serta kebenaran dan kejelasan asal usul sumber bahan stek. Pengendalian Juvenilisasi ditujukan  untuk mempertahankan kemudahan bahan stek sehingga pertumbuhan kayunya tetap tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemupukan dan pemangkasan.
Luas kebun pangkas tergantung pada luas penanaman yang direncanakan dan persentase keberhasilan perakaran stek. Jarak tanam yang rapat memerlukan penanganan yang lebih intesif.
D. Pruduksi Bahan Stek
Arsitektur Tanaman Pulai
Dalam pembangunan kebun pangkas, arsitektur tanaman perlu diketahui untuk menentukan jarak tanam, model pemangkasan dan dapat untuk memperkirakan produksi bahan steknya. (Lape dan Smith. 1972) mengatakan bahwa keberhasilan stek ditentukan oleh hubungan arsitektur bibit dengan sifat juvenilisasi bahan stek.
Menurut whitmore (1972) mengatakan bahwa pohon pulai muda umumnya memiliki tajuk onopodial dan setelah tua menjadi sympodial. Anakan pulai memiliki batang yang lurus dengan percabangan tipe terminalia. Percabangan akan menua kemudian tumbuh tunas axsilar menjadi batang utama.

Pemangkasan 

Dengan memperhatikan arsitektur tanaman muda Pulai ,pemangkasan dapat mempergunakan model reiterasiproleptis yaitu pemangkasan untuk merangsang pertumbuhan tunas othotrop yang terdapat pada cabang untuk menggantikan tajuk yang hilang.
Pemangkasan dapat dilakukan sejak tanaman berumur 6 bulan. Produksi bahan stek pada awal pemotongan (umur 6 bulan) , setiap tanaman induk menghasilkan 5 stek. Setelah itu tanaman indukakan menghasilkan tanaman baru rata-rata empat tunas.
E. Perakaran Stek
Bahan Stek
Bahan stek dapat berupa stek batang atau stek pucuk. Bahan stek yang baik adalah bahan yang sudah berkayu tetapi masih juvenile dan dalam keadaan dorma terutama bila menggunakan bahan stek pucuk.

Media Tumbuh
Media tumbuh stek Pulai dapat menggunakan media porus seperti media pasir atau sabut kelapa, tetapi dapat juga menggunakan media tanah yang ditempatkan pada polybag. Pada media pasir pasir dan sabut kelapa masih perlu ditambahkan pupuk NPK (2-3 gram/pollybag) selam masa pembibitan.

Hormon Tumbuh
Untuk mempercepat pembentukan akar stek Pulai dapat menggunakan hormone tumbuh seperti Rotone-F. Pemberian Rotoone-F dengan dosis 50mg/stek pada bahan stek batang bagian pangkal, ditanamn pada media sabut kelapa dapat menghasilkan persen stek bertunas 93,33%. Pemberian hormone perakaran pada stek Pulai tidak mutlak, karena kemungkinan hormone tumbuh endogen untuk perangsangan pembentukan tunas dan akar yang ada dalam bahan stek cukup tinggi sehingga tidak perlu diberikan dari luar. Tanpak pemberian hormone tumbuhpun stek Pulai dapat menumbuhkan tunas dan akar dengan cepat dan normal.

Tempat Pertumbuhan Stek Pulai
Dalam perakaran stek tempat pertumbuhan memiliki peran yang penting, terutama untuk mengoptiumumkan kondisi kelembaban,suhu,cahaya dan kecukupan air serta oksigen. Tempat pertumbuhan dapat menggunakan tempat pertumbuhan yang paling sederhanan seperti sukup plastic atau rumah pertumbuhan stek yang dilengkapin dengan system penyiraman dan pengaturan suhu dan kelembaban yang otomatis. Bahkan pada musim penghujan stek Pulai dapat ditanam langsung pada lokasi lahan yang subur yang digemburkan.

Penanaman
Stek Pulai yang telah berakar, yaitu sekitar berumur 2-3 bulan berada ditempat pertumbuhan akar, kemudian diaklimatisasi atau dikondisikan ditempat persemaian yang dinaungi sadding net dengan intensitas cahaya yang maksimal 50%. Biarkan ditempat ini minimal satu bulan. Setelah itu bibit pulai biakan vegetatif asal stek siap ditanam dilapangan. Penanaman pulai dilapangan dapat menggunakan sitem jalur maupun terbuka. Selain itu pada lubang tanam dapat ditambahkan pupuk NPK 10-20 gram/.lubang.

Source : link
0 komentar

Pohon Labu (Endospermum sp)

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Pohon Labu dengan nama ilmiah Endospermum termasuk famili EUPHORBIACEAE. Beberapa spesies pohon Labu di antaranya:
  1. Endospermum Benth.
  2. Endospermum formicarum Becc.
  3. Endospermum labios Schodde
  4. Endospremum malaccense
  5. Endospermum medullosum
  6. Endospermum diadenum
  7. Endospermum peltatum
  8. Endospermum moluccanum (Teijsm. & Binnend) Kurz.
Nama Inggris : Basswood, whitewood, white milkwood
Nama daerah : Sesendok, sendok-sendok, wakopak, kayu raja, pohon semut
Nama Indonesia : Kayu labu
Endospermum, terdiri dari 13 jenis, tersebar luas mulai dari Asaam (India), seluruh daratan Asia Tenggara dan Cina. Di kepulauan Malesia, jenis tumbuhan ini tumbuh di
  1. Semenanjung Malaysia,
  2. Sumatra,
  3. Borneo,
  4. Filipina,
  5. Sulawesi Utara,
  6. Maluku, dan
  7. New Guinea,
dan di:
  1. Fiji
  2. Queensland Utara

Pohon Labu bisa tumbuh setinggi 50 m, dengan diameter mencapai 150 cm, kulit halus berwarna putih keperakan. Terkadang akar berbanir (akar papan), mirip akar pohon besar yang ada di Kebun Raya Bogor tempat bersembunyi 2 sejoli :D
Umumnya pohon Labu tumbuh pada daerah dataran rendah, dataran yang rata atau terkadang pada perbukitan, dengan kisaran ketinggian tempat dari permukaan laut hingga 1000-2000 m dpl.
Waktu masih muda, tajuk pohon berarsitektur pagoda tetapi setelah tua pola percabangan ini tidak terlihat lagi namun berbentuk kubah seperti kebanyakan pohon lainnya, dikarenakan jumlah daun dan cabang semakin bertambah. Lain halnya dengan pohon Ketapang (Terminalia catappa), dari muda hingga tua tajuk pagodanya masih kentara sekali.
Daun berbentuk bulat seperti sendok meski lebih lebar. Buah pohon labu kecil terdiri dari beberapa biji berkulit keras, sebesar ketumbar. Biji Endospermum diadenum yang viabel sulit diperoleh karena sering dimakan oleh serangga.
Sebaliknya di Filipina, Endospermum peltatum dapat dengan mudah diperbanyak melalui biji.
  1. Buahnya direndam dalam air selama 24 jam
  2. kemudian dikeringkan atau dijemur sinar matahari selama 2- 3 hari.
  3. Biji-biji tersebut kemudian dapat disimpan dalam kantong polyethylene dengan suhu 15.5?C.

Di Malaysia, penanaman biji-biji dengan tingkat keberhasilan perkecambahan yang tinggi (80%) dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan campuran pasir dan humus sebesar 1 : 3.
Biji-biji yang telah ditanam pada campuran media tanam tadi kemudian dilapisi tanah kembali setebal 2 cm dan ditutup oleh jerami rumput kering serta disiram secara berkala.
Biasanya biji-biji tersebut akan berkecambah setelah 24 hari.
Habitat :
Pohon Labu tumbuh di hutan primer dan sekunder. Tumbuhan ini sering berasosiasi dengan keberadaan sungai atau tempat yang tergenang air (waterlogged) atau bahkan pada hutan payau atau berawa (swamp forest).
Selain itu, juga ditemukan pada lokasi-lokasi dengan pengairan yang baik.
Umumnya Pohon labu tumbuh tersebar namun pernah dilaporkan bahwa spesies ini ditemukan tumbuh mendominasi atau hampir membentuk tegakan murni.
Kebanyakan spesies Endospermum, kecuali Endospermum diadenum, dikenal sebagai spesies oportunis (Gap Oportunis) yang mengkarakterisasi rumpang-rumpang di dalam hutan dan selanjutnya menjadi spesies yang umum mengisi area-area perladangan berpindah. Pohon labu juga tumbuh di sela tumbuhan karet tua milik rakyat.
Pohon labu sering dijumpai tumbuh berassosiasi dengan tipe spesies hutan payau atau rawa lainnya yaitu
  1. Campnosperma spp.
  2. Cratoxylum spp.
  3. Lophopetalum spp.
  4. Terminalia spp.

Manfaat :
  1. Kotak atau peti
  2. Sumpit
  3. Papan tulis
  4. Kerajinan tangan
  5. Pensil
  6. Penghasil bubur kertas dan produksi kertas (batangnya memiliki serat/fiber yang panjang)
  7. Beberapa jenis dari marga tumbuhan ini juga telah digunakan secara ekstensif untuk mereforestasi kawasan, khususnya di Semenanjung Malaysia dan Filipina, juga digunakan untuk mereklamasi lahan-lahan kritis.

    Source : link
0 komentar

Pentingnya Pengukuran Diameter Pohon

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Setiap perusahaan yang bergerak di dalam pemanfaatan kayu, secara ekonomis pasti mempunyai limit (batas) terkecil diameter kayu yang ditebang. Tidak terkecuali bagi perusahaan pulp & paper (pembuatan kertas) memiliki hutan tanaman dimana pohon-pohonnya harus dibesarkan terlebih dahulu.
Perusahaan perlu mengetahui berapa lama suatu jenis pohon mampu tumbuh hingga mencapai diameter yang diinginkan. Dengan mengetahui umur masak tebang suatu jenis pohon, perusahaan mampu menetapkan kapan pohon tersebut ditebang, berapa banyak pohon yang boleh ditebang dalam suatu kawasan. Hal ini berkaitan dengan upaya pengaturan hasil hutan kayu secara berkesinambungan.
Pertumbuhan pohon sangat dipengaruhi oleh jenis dan dimana dia tumbuh. Jenis pohon berkaitan erat dengan faktor genetis atau disebut juga faktor keturunan. Walaupun beberapa pohon dengan jenis yang sama, tetapi berasal dari induk yang berlainan, pertumbuhan masing-masing pohon tersebut akan berlainan pula. Apalagi bagi pohon-pohon yang berlainan jenis (misal antara pohon pulai dan pohon labu atau bahkan dengan pohon Jati)
Pohon yang tumbuh di tempat yang berbeda akan menampakkan hasil berlainan. Kita juga mengetahui ada tipe tanah kering dan tipe tanah basah. Selain itu juga ditemukan banyak jenis tanah berlainan, dari segi warna, ada tanah hitam, merah bahkan kekuningkuningan. Ada juga tanah bertekstur halus, sedang dan kasar. Setiap jenis tanah ini mengandung unsur hara berlainan. Oleh karenanya bagi tanaman ditemukan pula tanah yang subur dan tanah yang tandus, atau sering disebut juga tanah marjinal (kurus) karena sangat sedikit mengandung unsur hara yang diperlukan bagi tanaman.
Bagaimana tanah tersebut diketahui ada yang subur dan ada pula yang kurus? Kata para ahli, setiap tanah berasal/ terbentuk dari bahan yang berbeda yaitu dari banyak jenis batu-batuan di masa lampau. Selain itu juga dipengaruhi oleh lamanya pelapukan batu-batuan menjadi tanah.
Faktor ketinggian permukaan tanah juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jenis tanaman di wilayah sekitar pantai pastilah berbeda dengan jenis tanaman di wilayah pegunungan.
Selain jenis tanah, faktor luar (eksternal) yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah iklim. Tanaman yang asalnya tumbuh di daerah iklim yang selalu dingin tidak akan tumbuh dengan baik atau bahkan mati jika ditanam di daerah tropis, begitu juga sebaliknya. Ditemukan berbagai macam jenis tanaman di daerah tropis, namun di daerah dingin seperti di daratan eropa tanaman pohon didominasi oleh tanaman berdaun mirip jarum seperti contohnya Pinus dan Cemara, sering disebut juga sebagai kelompok tanaman Kornifera.
Kembali kepada pengaturan hasil hutan secara lestari, pemerintah selalu menetapkan apa yang disebut dengan Jatah Tebang Tahunan (JTT) bagi setiap perusahaan yang memanfaatkan hasil hutan kayu. JTT ini ditetapkan berdasarkan penilaian menyuluruh khususnya potensi kayu yang ada di dalam wilayah ijin yang diberikan pemerintah kepada perusahaan guna kelangsungan produksi dalam jangka waktu yang panjang.
Berkaitan dengan hal ini kegiatan pemanenan/ penebangan yang akan dilaksanakan tidak boleh melebihi besarnya tambah tumbuh suatu jenis pohon. Tambah tumbuh atau lebih dikenal dengan Riap diperoleh dari hasil pengukuran diameter dan tinggi suatu jenis pohon yang berada di dalam Plot/Petak Ukur Permanen (PUP).
Untuk kepentingan tersebut sejak tahun 2000 PT.XIP telah mengembangkan 150 buah PUP. Dikarenakan beberapa petani mengundurkan diri karena berbagai alasan seperti kebunnya dijual, dibongkar untuk ditanami dengan pohon karet peremajaan, nomor yang tertulis/tertempel pada pohon hilang dsb, sebagian besar PUP tersebut diganti dengan PUP yang baru.
Di tahun 2007 PT.XIP mengadakan kerjasama lagi dengan petani untuk membuat PUP. Sampai saat ini telah terbentuk PUP sebanyak 60 buah baik untuk jenis pohon Pulai maupun Labu di wilayah Kabupaten Musi Rawas.

Source : link
0 komentar

Tahap-tahap pertumbuhan tanaman

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Tahap-tahap pertumbuhan tanaman

Tahap-tahap pertumbuhan tanaman yakni
:
1. Perkecambahan
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang). Factor yang mempengaruhi perkecambahan adalah air, kelembapan, oksigen dan suhu.

Perkecambahan biji ada dua macam yaitu :

  • Perkecambahan epigeal : Hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon ke permukaan tanah dan kotiledon melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh : perkecambahan kacang hijau.
  • Perkecambahan hypogeal : epikotil memanjang sehingga puluma keluar menembus kulit biji dan muncul diatas permukaan tanah sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah. Contoh : perekcambahan kacang kapri.
2. Pertumbuhan primer
Merupakan pertumbuhan yang terjadi karena adanya meristem primer. Pertumbuhan ini disebabkan oleh kegiatan titik tumbuh prmer yang terdapat pada ujung akar dan ujung batan dimulai sejak tumbuhan masih berupa embrio.

3. Pertumbuhan sekunder
Merupakan pertumbuhan yang terjadi karena adanya meristem sekunder. Pertumbuhan ini disebabkan oleh kegiatan cambium yang bersifat meristematik kembali.
Cirri-ciri jaringan meristemtik ini adalah mempunyai dinding yang tipis, bervakuola kecil atau tidak bervakuola, stiplasma pekat dan sel-slenya belum berspeliasasi. Ketika pertumbuhan berlangsung secara aktif, sel-sel meristem membelah dan membentuk sel-sel baru. Sel baru yang terbantuk itu pada awalnya rupanya sama tetapi setelah dewasa, sel-sel tadi berdiferensiasi menjadi jaringan lain.
Jaringann meristem ada dua jenis yaitu :
  • Jaringan meristem apix
  • Jaringan meristem lateral
Pertumbuhan sekunder disebabkan oleh kegiatan meristem sekunder yang meliputi:
  • Kambium gabus
  • Kambium fasis
  • Kambium interfasis
4. Pertumbuhan terminal
Terjadi pada ujung akar dan ujung batang tumbuhan berbiji yang aktif tumbuh. Terdapat 3 daerah (zona) pertumbuhan dan perkembangan
  • Daerah pembelahan (daerah meristematik).
  • Daerah pemanjangan
  • Daerah diferensiasi

Source : link
0 komentar

Jumat, 25 November 2011

Daerah Penyebaran Gaharu

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry
Gaharu adalah gubal dari pohon Aquilaria

Penyebaran Aquilaria sp. di Indonesia

Sumatera

  • Aquilaria malaccensis
  • Aquilaria beccariana
  • Aquilaria hirta
  • Aquilaria microcarpa
  • Aquilaria moszkowskii Aquilaria agallocha
  • Gonyitylus bancanus
  • Gonystylus macrophyllus
  • Dalbergia parviflora *
  • Enkleia malaccensis
  • Linostoma` scandens
  • Wikstroemia tenuiramis

Kalimantan

  • Aquilaria malaccensis
  • Aquilaria beccariana
  • Aquilaria microcarpa
  • Aquilaria agallocha
  • Aextoxylon sympetalum
  • Arastemon urophyllus
  • Dalbergia parviflora *
  • Gonystylus macrophyllus
  • Enkleia malaccensis
  • Excoecaria agallocha *
  • Wikstroemia androsaemifolia
  • Wikstroemia tenuiramis
  • Wikstroemia polyantha

Jawa

  • Aquilaria agallocha
  • Excoecaria agallocha *
  • Wikstroemia androsaemifolia
  • Wikstroemia candolleana Sulawesi
  • Aquilaria cumingiana
  • Gyrinops decipiens
  • Gyrinops versteegii
  • Dalbergia parviflora *
  • Wikstroemia androsaemifolia

Nusa tenggara

  • Aquilaria microcarpa
  • Aquilaria filaria
  • Gyrinops versteegii
  • Gyrinops cumingiana
  • Enkleia malaccensis
  • Excoecaria agallocha *
  • Timonius sericeus
  • Wikstroemia androsaemifolia

Maluku

  • Aquilaria filaria
  • Aquilaria secundana
  • Gyrinops versteegii
  • Dalbergia parviflora *
  • Wikstroemia androsaemifolia

Papua

  • Aquilaria filaria
  • Aquilaria tomentosa
  • Gyrinops audate
  • Gyrinops ledemanii
  • Gyrinops podocarpus
  • Gyrinops salicifolia
  • Gyrinops versteegii
  • Aextoxylon sympetalum
  • Wikstroemia androsaemifolia
  • Wikstroemia polyantha


Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian.
Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. 
Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya.
Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.

Negara asal beberapa species Aquilaria

Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis.
Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997), diketahui jenis-jenis berikut ini menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu:
  • Aquilaria subintegra, asal Thailand
  • Aquilaria crassna asal Malaysia, Thailand, dan Kamboja
  • Aquilaria malaccensis, asal Malaysia, Thailand, dan India
  • Aquilaria apiculina, asal Filippina
  • Aquilaria baillonii, asal Thailand dan Kamboja
  • Aquilaria baneonsis, asal Vietnam
  • Aquilaria beccarain, asal Indonesia
  • Aquilaria brachyantha, asal Malaysia Aquilaria cumingiana, asal Indonesia dan Malaysia
  • Aquilaria filaria, asal China
  • Aquilaria grandiflora, asal China
  • Aquilaria hilata, asal Indonesia dan Malaysia
  • Aquilaria khasiana, asal India
  • Aquilaria microcarpa, asal Indonesia Malaysia
  • Aquilaria rostrata, asal Malaysia
  • Aquilaria sinensis, asal Cina

    Source : link
0 komentar

Teknik Inokulasi Pohon Gaharu

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry

Inokulan Gaharu


Fusarium yang di inokulasi ke jaringan pohon itu sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh karena itu pohon gaharu itu melawan dengan memproduksi resin bernama fitoaleksin supaya kuman tak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring waktu, resin itu mengeras di sudut sudut pembuluh xylem dan floem – organ pohon yang mendistribusikan makanan berwarna kecokelatan, serta harum bila dibakar.
Mengingat jenis isolate penyakit pembentuk gaharu berbeda beda sesuai kondisi iklim dan lingkungan, maka penyedia inokulan perlu melakukan isolasi jenis penyakit yang berprospek memproduksi gaharu. Isolasi ini dilakukan terhadap tanaman gaharu alam yang berada di dalam kawasan hutan sekitar daerah pengembangan. Untuk tujuan tersebut, perlu diawali dengan pengamatan lapangan untuk mempelajari aspek gaharu yang tumbuh alami serta mengisolasi dan mengidentifikasi jenis penyakit dari pohon yang terserang.
Agar berhasil mengembangkan inokulan pembentuk gaharu, diperlukan teknik tertentu. Untuk hal ini, sangat diperlukan peran dari pemerintah daerah instansi atau lembaga terkait, perguruan tinggi, dan investor atau pengusaha swasta didaerah setempat sebagai pelaku produksi inokulan. Adapun tahapan teknik pengembangan inokulan sebagai berikut:
  • Pilih pohon gaharu alami yang sudah terinfeksi mikroba penyakit pembentuk gaharu.
  • Ambil potongan cabang atau kupasan batang pohon gaharu terpilih. Potongan cabang atau kupasan batang ini disebut “ Preparat ”.
  • Bawa preparat tersebut ke Laboratorium dan upayakan agar suhu dan kelembapan nya tetap terjaga dengan cara dimasukkan dalam kotak es.
  • Kembangkan spora dari preparat cabang dan atau batang tersebut di dalam media agar untuk diidentifikasi jenis mikrobanya sebagai biakan murni.
  • Kembangkan spora dan miselium biakan murni tersebut kedalam media padat seperti serbuk gergaji pohon gaharu atau dalam media cair yang telah berisi unsur makro dan mikro sebagai energi hidup.
  • Masukkan media spora kedalam incubator pembiakan dan kondisikan suhu dan kelembapan incubator pembiakan tersebut pada keadaan optimal, yaitu suhu 24 – 32C dan kelembapan 80%. Biarkan sekitar 1 – 2 bulan.
  • Tempatkan spora yang sdah dibiakkan tersebut kedalam wadah berupa botol kaca, botol plastic, atau botol infuse bekas.
  • Simpan botol dalam freezer incubator. Inokulan ini sudah siap diinokulasikan ke tanaman gaharu. Teknik inokulasi dengan inokulan terhadap pohon gaharu berbeda beda sesuai dengan bentuk inokulannya.
Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm. Berikut diulas teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.

Inokulasi Dengan Inokulan Padat

Teknik inokulasi pohon gaharu menggunakan inokulan padat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
  • Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan menggunakan bor.
    Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 10 mm. Kedalaman optimal pemboran ini perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang, biasanya sekitar 5 cm. Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar lubang bor sekitar 20 cm.
  • Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.
  • Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang. Jumlah inokulan disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan ini dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter lubang.
  • Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan untuk mnghindari masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lili malam”

Inokulasi Dengan Inokulan Cair

Teknik inokulasi menggunakan inokulan cair dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
  • Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon dengan posisi miring kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang pohon, biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse tersebut biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian inokulan. Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan sendiri oleh petani.
  • Masukkan selang infus yang ada pada botol inokulan cair kedalam lubang.
  • Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut. Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.
  • Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan menggunakan “lilin malam”.
  • Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse kedalam lubang setiap 1–2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang. Pengaturan aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan inokulasi.
  • Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan cair didalam botol infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali dengan botol inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan fisiologis.
    Inokulan cair di pohon Aquilaria (Gaharu)

    Inokulan cair di pohon Aquilaria (Gaharu) Hari ke-50

Source : link
1 komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ▼  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ▼  November (27)
      • Tunggak HTI : Masih bisakah dimanfaatkan ?
      • Pendidikan Konservasi
      • Manfaat dan bahaya ozon
      • Obat dari Pulai?
      • Pengadaan Bibit Pulai Melalui Stek
      • Pohon Labu (Endospermum sp)
      • Pentingnya Pengukuran Diameter Pohon
      • Tahap-tahap pertumbuhan tanaman
      • Daerah Penyebaran Gaharu
      • Teknik Inokulasi Pohon Gaharu
      • Tata Cara Menanam Gaharu
      • Cara Pengambilan Gaharu
      • Standard Gaharu Indonesia
      • Serba Serbi Gaharu
      • Ulat Serang Ribuan Pohon Gaharu
      • Metode Pendugaan Volume Pohon
      • Berbagai Metode dan Teknik Survey Analisis Vegetasi
      • Analisis Vegetasi
      • Riap Pertumbuhan
      • Perlindungan Hutan (Penyakit)
      • Dunia Harus Bekerja Sama Melindungi Hutan
      • Variabel tegakan pohon
      • Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
      • Pengaruh Aktivitas Masyarakat terhadap Pengelolaan...
      • Praktikum Pengukuran Diamater dan Luas Bidang Dasa...
      • Cara Menghitung Cadangan Karbon di Hutan
      • Gawat... 64 Persen Hutan di Lampung Rusak
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |