SATU keunikan dan kekayaan alam Indonesia, khususnya di kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat, adalah pohon pinus merkusii strain Kerinci. Ada juga yang menyebutnya dengan pinus merkusii galur Kerinci.
PINUS merkusii strain Kerinci ini mempunyai bentuk batang lurus, percabangan ramping dengan sudut 30-45 derajat. Kulit batang tipis, 0,8 cm, tidak beralur, dan kulit luarnya mengelupas, terutama pada pohon yang masih muda dan hingga kini merupakan satu-satunya di dunia.
Pinus merkusii strain Kerinci mempunyai banyak persamaan dengan pinus merkusii strain Tapanuli. Bedanya, pinus Kerinci bentuk percabangannya lebih halus, tajuknya lebih ramping, kulit batangnya lebih tipis, dan rata-rata jumlah biji per cone lebih banyak dibandingkan dengan pinus merkusii strain Tapanuli.
Pinus ini tumbuh secara alamiah di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), tumbuh dominan khususnya di Cagar Alam Bukit Tapan yang aspek silvikulturnya belum diketahui. Penyebarannya karena angin yang menerbangkan bijinya.
"Sebagian penduduk Kabupaten Kerinci menyebutnya kayu sigi," kata Darliwanto, seorang anggota Polisi Hutan (Polhut) TNKS.
Di Kerinci, lokasi penyebaran kelompok pinus merkusii strain Kerinci dapat digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu yang terluas dan terbanyak di Kelompok Cagar Alam Bukit Tapan, kelompok sekitar Desa Pungut, kelompok Bukit Terbakar, dan kelompok Bukit Ambai.
Kerusakan pohon pinus ini di Kerinci sebagian besar terjadi di sekitar Desa Pungut karena terbakar pada saat penduduk menyiapkan ladang. Kerusakan paling berat disebabkan kebiasaan masyarakat membuat sugi atau alat penerang saat gelap karena pohon pinus ini mengandung minyak.
Sugi adalah lubang yang dibuat di pohon pinus setelah pohon pinus itu dikupas kulitnya sekitar empat hingga enam bulan lalu, dan warna kayu tempat dilukai menjadi coklat kemerah-merahan.
Api yang dinyalakan pada sugi tahan lama dan biasa digunakan penduduk sebagai alat penerangan sewaktu ke pasar, ke ladang, atau ke sungai pada malam hari. Di samping itu, juga untuk menyalakan api di dapur saat memasak. Akibat pembuatan sugi ini, pada batang pohon pinus terdapat lubang yang dalam sehingga mudah tumbang ditiup angin.
CAGAR Alam Bukit Tapan, sebagai tempat tumbuh sebagian besar pinus merkusii strain Kerinci, berada di Kabupaten Kerinci di dekat perbatasan dengan Sumatera Barat, termasuk kawasan konservasi TNKS dengan luas 65.000 hektar. Kawasan ini berada di punggung gugusan Pegunungan Bukit Barisan dengan bukit dan lereng curam pada ketinggian 600-1.600 meter di atas permukaan laut (dpl).
Bentuk batang tinggi. Pinus merkusii strain Kerinci ini banyak terdapat di pinggir jalan raya yang membelah Cagar Alam Bukit Tapan. Diameter pinus merkusii strain Kerinci bervariasi antara 45 cm dan 100 cm dengan tinggi batang mencapai 50-60 meter.
Wilayah Cagar Alam Bukit Tapan dibelah dari timur ke barat oleh jalan raya Sungaipenuh-Padang melalui Pesisir Selatan (Sumbar), sekitar 20 kilometer sebelah barat Kota Sungaipenuh.
Ruas jalan ini merupakan satu-satunya jalan yang cukup panjang yang berada di dalam kawasan TNKS. Kawasan hutan dengan keragaman vegetasi yang tinggi, yaitu tipe vegetasi hutan tropis pegunungan.
Pengunjung atau siapa saja yang datang dan melewati ruas jalan ini bisa menyaksikan dengan mudah dan mengambil foto kelompok pinus merkusii strain Kerinci yang ada di kiri dan kanan jalan. Selain pinus , dua jenis tegakan yang tumbuh secara alam dan dominan di cagar alam ini adalah agathis alba dan altingia excelsa.
Adapun satwa di kawasan hutan konservasi Cagar Alam Bukit Tapan ini yang dilindungi undang-undang adalah gajah (Elephas maximus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), siamang (Hylobates syndactylus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), enggang (Buceros rhinoceros), dan kuau (Argusianus argus).
Muhammad Na’im dalam makalahnya berjudul Tinjauan Pinus Merkusii Strain Kerinci pada Seminar dan Reuni III Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Desember 1979 di Yogyakarta, menyebutkan, pinus merkusii adalah satu-satunya spesies pinus merkusii yang tumbuh asli di Indonesia. Merupakan satu-satunya pinus merkusii yang penyebarannya terdapat di belahan bumi selatan.
Pinus merkusii yang penyebaran alamnya di sebelah selatan khatulistiwa hanya didapati di satu tempat, yaitu di gugusan perbukitan Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Pinus merkusii yang tumbuh asli di Indonesia dibedakan menjadi tiga populasi, yaitu populasi yang mewakili Aceh, Tapanuli, dan Kerinci.
"Di antara ketiga populasi itu, populasi yang mewakili strain Kerinci yang masih sedikit diketahui informasinya," ujar M Na’im.
Informasi yang ada menyebutkan, pinus merkusii strain Kerinci ditemukan di kawasan Cagar Alam Bukit Tapan. Mayoritas penyebarannya pada ketinggian 1.500-2.000 meter dpl. Sedangkan informasi mengenai aspek ekologisnya belum banyak dikenal.
Wisata ke hutan pinus merkusii strain Kerinci sungguh memberi keasyikan tersendiri. Mengapa tidak? (NASRUL THAHAR)
0 komentar:
Posting Komentar