Deforestasi di kawasan gambut dalam di hutan Kerumutan ini. Hutan gambut
yang dilindungi ini telah dikonversi menjadi perkebunan untuk pulpwood
oleh perusahaan yang berafiliasi dengan APRIL, PT Sumatera Riang
Lestari, Blok Indragiri. Foto: Eyes On The Forest
Pada Selasa(5/2/13) Asia Pulp & Paper (APP) mengumumkan komitmen
menghentikan aktivitas pembukaan lahan di hutan alam dan lahan gambut
Indonesia. WWF mendesak, APRIL, induk perusahaan Riau Andalan Pulp and
Paper (RAPP), memiliki komitmen serupa.
Nazir Foead, Direktur Konservasi WWF-Indonesia mengatakan, saat ini,
APRIL merupakan pelaku pembukaan hutan alam terbesar diantara produsen
pulp lain di Indonesia. “Kami mendesak perusahaan itu segera mengubah
model bisnis mereka yang tidak lestari dan berhenti kegiatan pengeringan
lahan gambut dan membuka hutan alam,” katanya dalam pernyataan kepada
media, di Jakarta, Rabu(13/2/13).
Dalam laporan Eyes on the Forest, menyebutkan, APRIL merupakan pelaku
terbesar untuk perusakan hutan di Riau. Perusahaan ini menebang
sedikitnya 140.000 hektar hutan tropis, sebagian besar terletak di lahan
gambut pada 2008 dan 2011. Dalam periode itu, APRIL bertanggung jawab
atas hilangnya hampir sepertiga hutan alam di Riau.
Meskipun telah beroperasi selama 17 tahun dan memiliki konsesi atas
10 persen wilayah daratan Riau, perusahaan ini masih bergantung pada
hutan tropis. “Setelah penghancuran hutan di Riau, kini APRIL memperluas
operasi di Borneo,” ujar dia.
Setelah 2009, komitmen-komitmen publik yang dibuat APRIL dalam
mempertahankan hutan dan tidak menggunakan kayu alam hanya sebatas
pencitraan atau greenwash. Di Riau, APRIL mengambil kayu alam dari konsesi, yang menurut kriteria UU Tata Ruang sebagai kawasan hutan lindung.
Sistem kerja perusahaan ini, menyebabkan konflik serius dengan
masyarakat lokal, terutama hilangnya kepemilikan hutan dan lahan adat
masyarakat, dan degradasi sumber daya alam.“Dua pertiga area konsesi
yang memasok perusahaan ini di Riau terletak di lahan gambut, lalu
menjadi terdegadrasi, kering dan terdekomposisi. Ini menghasilkan emisi
gas rumah kaca secara konstan.”
Untuk itu, WWF menyerukan APRIL berhenti merusak hutan tropis,
menyelesaikan konflik-konflik sosial. “Lalu memulihkan hutan dan lahan
gambut yang telah mereka rusak”, kata Aditya Bayunanda, Manajer GFTN dan
kertas & pulp WWF-Indonesia. WWF juga mendesak
perusahaan-perusahaan menghindari hubungan dengan praktik bisnis APRIL
dan perusahaan-perusahaan terkait.
Source : link
Source : link