Sebangau dikenal
sebagai kawasan yang berada di antara dua Sungai, yakni Sungai KATINGAN
dan Sungai SEBANGAU, lokasinya di bagian selatan Ibu Kota Provinsi
Kalimantan Tengah, Palangka Raya. Kawasan ini merupakan perwakilan
ekosistem rawa gambut dengan kondisi yang masih baik, bila dibandingkan
dengan ekosistem gambut di lokasi eks Proyek Lahan Gambut Satu Juta
Hektar (eks -PLG) yang terletak di sebelah kawasan Sebangau. Melalui SK
MENHUT No. 423/Menhut-II/2004, pada tanggal 19 Oktober 2004, kawasan ini
ditunjuk sebagai area konservasi dengan status sebagai Taman Nasional .
Dengan total luasan 568.700 Ha, secara administratif berada di wilayah
Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau. Fungsi Sebangau sebagai daerah tangkapan air, nilai keanekaan hayati yang tinggi, dan potensi sumber ekonomi yang beragam
menjadi alasan mengapa kawasan ini perlu dilindungi dan dikelola untuk
kepentingan 61.000 masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Keberadaan
dan kelangsungan kawasan ini masih terancam antara lain oleh timbulnya
bahaya kebakaran dan banjir yang terjadi , ancaman konversi hutan dan
pembalakan liar. Kanal/parit yang mencapai jumlah ratusan berpengaruh terhadap keseimbangan hidrology kawasan dan mengeringkan gambut yang menyebabkan kebakaran.
Upaya Restorasi kawasan Sebangau
Untuk mengurangi dampak kerusakan tersebut, dilakukan beberapa upaya mengembalikan fungsi kawasan.
1. Penyekatan Kanal dan Parit
Salah satu upaya untuk mengurangi dampak pengatusan
air yang berlebih,debit air tetap stabil maka dilakukan penyekatan
kanal dan parit. Upaya ini selain bertujuan untuk mengurangi pengatusan
air, juga dimaksudkan untuk mempertahankan kelembaban di sekitar kanal
selama musim kemarau. Konstruksinya didesain sedemikian rupa sehingga
kanal tersebut masih bisa dimanfaatkan bagi nelayan didaerah hulunya.
2. Penanaman kembali
Kondisi gambut yang terlalu kering, tidak memungkinkan untuk
dilakukan penanaman kembali. Namun dengan upaya penyekatan kanal dan
parit menjadikan kelembaban tanah disekitarnya tetap terjaga.
Deforestasi akibat kebakaran dan aksi pembalakan liar menyisakan
permasalahan lain. Sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 terdata
66.000 hektar kawasan ini “terbuka” (WWF Indonesia). Dengan demikian,
upaya penanaman untuk memulihkan kondisi hutan, dimana setiap pohonnya
dapat menyerap karbon menjadi pilihan terbaik yang telah dilakukan di
kawasan ini. Selain itu, pemilihan jenis pohon disesuaikan dengan
kondisi habitat aslinya. Jenis yang direkomendasikan ditanam antara lain
adalah Belangeran (Shorea belangeran), Pulai (Alstonia sp.), Jelutung (Dyera lowii), Tutup Kabali (Diospyros
sp.). Kombinasi antara tanaman untuk rehabilitasi ekosistem rawa gambut
dan tanaman yang memiliki nilai ekonomi untuk dimanfaatkan hasilnya
(non- kayu), menjadi rekomendasi yang ditawarkan. Menjaga
agar tanaman ini dapat tumbuh di kondisi yang baik dan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan
menjadi strategi yang tidak terpisahkan dari upaya penanaman. Dengan
pelibatan masyarakat, penanaman tidak hanya menjadi simbol peningkatan
kesadartahuan masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan konservasi
lingkungan,namun lebih dari itu, masyarakat mempunyai rasa memiliki,
tanggungjawab dalam mengelola dan memanfaatkan hasil hutan non kayu
secara bijaksana.
3. Alternatif pendapatan masyarakat melalui pengembangan ekonomi dan ekowisata.
Scoping yang dilakukan oleh WWF menghasilkan potensi pengembangan
ekonomi dari sektor perikanan, pertanian, rotan, karet dan ekowisata.
Alternatif
ini telah dimulai dalam skala percobaan (pilot) untuk dapat diadopsi
sebagai dasar pemanfaatan dan pengembangan ekonomi secara berkelanjutan.
Methode dalam budidaya, pengolahan produk pasca panen, industri rumah
tangga dan akses pasar menjadi proses yang tidak terpisahkan dalam
rangkaian pendampingan bagi masyarakat di sekitar kawasan. Kegiatan
untuk peningkatan kapasitas dalam bentuk peningkatan keahlian dan
peningkatan wawasan dirancang sesuai dengan minat dan kebutuhan
masyarakat.
Ekowisata
menjadi pilihan jasa lingkungan yang dikembangkan. Masyarakat menjadi
perancang dan pelakunya, dengan dukungan dari pihak swasta dan
pemerintah.
Dengan
bekerjasama konservasi demi kelangsungan Sebangau dapat mendatangkan
manfaat dan keuntungan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan.
WWF Indonesia Kalteng
Jl Krakatau 12 Palangka Raya, 73112
Telp +62 536 3236977, 3239404
Fax +62 536 3227700
Email : wwfid-kalteng@wwf.or.id
Website : www.wwf.or.id
source : link