Jakarta, Kompas - Perusahaan Riau Andalan Pulp and Paper
menggunakan tata kelola air untuk memfungsikan lahan gambut sebagai
area tanaman industri. Perusahaan itu mendapat konsesi lahan seluas
350.000 hektar di Provinsi Riau, 40 persennya berupa lahan gambut.
”Tanaman
industri dirancang mengelilingi gambut dalam,” kata Tony Wenas,
Presiden Komisaris Asia Pacific Resources International Limited (April),
yang menaungi
Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), dalam kunjungan ke Redaksi Kompas, Jumat (13/4), di Jakarta.
Tony
menjelaskan, rancangan tata kelola air (ekohidro) akan diterapkan juga
di Pulau Padang yang kini dalam penyelesaian tata batas dengan warga.
RAPP memiliki konsesi seluas 41.000 hektar di pulau seluas 110.000
hektar itu.
”Tata batas di tiga desa dari 11 desa masih bermasalah. Pulau Padang sampai sekarang belum diapa-apakan,” kata Tony.
Dian
Novariana, Sustainability Head April, mengatakan, saat ini masih ada
beberapa kanal melintang di Pulau Padang. Kanal ini dijadikan jalur
terdekat mengeluarkan kayu curian dari hutan menuju Selat Malaka.
”Kanal
melintang itu akan secara cepat mengalirkan air gambut ke laut dan
membahayakan jika gambut menjadi kering,” kata Dian. Kekeringan pada
lahan gambut dapat memicu kebakaran di musim kemarau.
Menurut Dian, tata kelola air gambut yang akan diterapkan RAPP dapat mengelola air sehingga mengalir ke luar.
”Penanaman tanaman industri, seperti akasia, memanfaatkan pinggir kubah gambut,” ujar Dian.
Pemanfaatan
lahan gambut lain adalah mengatur muka air gambut. Seperti pada
tanaman akasia yang membutuhkan sedikit air, muka air gambut dapat
diturunkan. Air diupayakan masih dalam penampungan dan sewaktu-waktu
dapat dikembalikan untuk mencegah kekeringan lahan gambut.
Untuk
menunjang manajemen hutan yang berkelanjutan, RAPP memanfaatkan 19
persen luas hutan konsesi sebagai nilai konservasi tinggi. Diperkirakan
seluas 14-15 persen berupa lahan gambut.
Tony menjelaskan,
komitmen manajemen hutan berkelanjutan diterapkan dengan memproduksi 87
persen dari 500 megawatt listrik yang dibutuhkan. Listrik itu
menggunakan sumber energi terbarukan berupa limbah pembuatan pulp dan
kulit kayu. Adapun 13 persen listrik masih menggunakan batubara sebagai
sumber energi.
Untuk menunjang penyediaan energi terbarukan,
RAPP mengalokasikan dana 2,3 juta dollar AS untuk membuat pabrik bahan
bakar nabati metanol. (NAW)
Source : link
Source : link