"Delete saja. Kami akan tetap berpromosi. Paling juga tiga tahun tidak ada lagi."
VIVAnews - Taman Nasional Komodo masuk dalam 28 finalis 7Wonders of Nature. Namun, keikutsertaan Indonesia dalam ajang tersebut terancam karena masalah dana.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, menjelaskan kisruh Komodo ini. Awalnya, Jero tidak melihat ada masalah. Tetapi belakangan, menteri yang juga politisi Demokrat ini 'mencium' aroma tak sedap di balik yayasan yang juga panitia penyelenggara.
Semua berawal dari permintaan panitia agar Indonesia menjadi tuan rumah pengumuman atau deklarasi kemenangan tujuh keajaiban dunia terbaru pada tanggal 11 November 2011 atau 11-11-2011.
"Wah, tadinya saya sudah menaksir, kalau ini deklarasinya di Indonesia maka satu hal akan kita dapat yakni gaungnya. Tapi persyaratannya yang berat. Kita harus membayar komitmen fee sebesar US$10 juta," kata Jero Wacik.
Uang itu ternyata hanya sebagai komitmen pengumuman juara keajaiban dunia terbaru. Panitia masih meminta lagi sekitar US$35 juta untuk pelaksanaan acara. Indonesia harus membayar lebih dari Rp450 miliar dan belum tentu memenangkan kontes tersebut.
"Saya hitung-hitung layak atau tidak mengeluarkan Rp450 miliar untuk menjadi tuan rumah yang belum tentu menang. Saya kan bekas pengusaha, saya hitung lagi," kata Jero.
Tapi menurut Jero, angka itu tidak sepadan. "Tidak sampai hati mengeluarkan uang sebesar itu."
Dikutip dari laman resmi 7Wonders, panitia kemudian mempertimbangkan untuk mencoret keikutsertaan Taman Nasional Komodo setelah tidak mendapatkan titik temu dari permasalahan hukum terkait penyelenggaraan acara pemilihan pemenang yang rencananya akan diadakan di Jakarta pada 11 November 2011.
“Kami terpaksa mengambil langkah ini setelah berminggu-minggu melakukan diskusi yang tidak produktif dengan pihak pemerintah dan swasta untuk menyelesaikan masalah hukum yang penting dengan cara yang positif,” ujar Presiden New7Wonders Foundation, Bernard Webber.
Masalah hukum yang dimaksud adalah kontrak penyelenggaraan acara yang tidak ditepati oleh pemerintah Indonesia maupun pihak swasta. Kementerian Kebudayaan Pariwisata juga dinilai lamban dalam menangani dokumen terkait acara tersebut.
Webber bahkan telah mengirimkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menangani masalah ini secepatnya, karena ini juga menyangkut kebanggaan masyarakat Indonesia.
Namun, Jero Wacik mengungkapkan bahwa panitia 7Wonders juga memberikan 'ancaman' jika Indonesia tidak membayar sejumlah uang itu. Apa ancamannya? "Indonesia kalau tidak mau menjadi tuan rumah nanti bisa kami delete," kata Jero mengutip panitia.
Terang saja hal itu membuat kecewa Indonesia. Padahal masih ada 27 finalis dari 27 negara yang juga masuk dalam daftar. "Ada Abu Dhabi, China, dan lain-lain. Saya berpikir, kalau Indonesia tidak mau, seharusnya negara lain bisa. Tidak masalah bila berlangsung di negara lain, yang penting kita bisa vote (Komodo). Rupanya mereka mengancam saya, mengancam Indonesia," sesal Jero.
Indonesia pun memutuskan untuk tidak memberikan uang tersebut. Jika hal ini membuat Taman Nasional Komodo dihapus, menurut Jero Wacik, Indonesia masih diuntungkan. "Sejak New7Wonders itu digembar-gemborkan, sudah ada peningkatan [wisatawan] 400 persen. Jadi, untungnya sudah kita dapat," ungkapnya.
Jero meminta semua pihak tidak berkecil hati. Karena Jero mensinyalir, yayasan itu juga memiliki kepentingan bisnis.
Bagaimana kalau Komodo dicopot dari nominasi? "Delete saja. Kami akan tetap berpromosi. Paling juga tiga tahun tidak ada lagi," yakin Jero.
Komodo menempati posisi yang kuat dalam nominasi baru tujuh keajaiban dunia (nature). Berdasarkan data Yayasan, Komodo menempati posisi ke-26 dalam pemilihan internasional, dan posisi tiga dalam pemilihan lokal. Kemungkinan, Komodo akan dapat menempati posisi ke-11 dari 28 nominasi lainnya. Posisi Komodo juga stabil dengan kemungkinan terus maju.
Jika terpilih, Komodo akan memberikan keuntungan besar bagi Indonesia. Webber memperkirakan Komodo akan menghasilkan lebih dari US$5 miliar profit ekonomi, pariwisata dan simbol nasional.
• VIVAnews
source : link
0 komentar:
Posting Komentar