Banyak pemerintah-pemerintah di berbagai negara diberberkahi dengan sumber-sumber kekayaan hutan untuk membangun perekonomiannya. Namun, itu telah berdampak menghabiskan daerah hutan, kayu (timber) dan meningkatnya konversi lahan hutan untuk kegunaan lain (seperti perkebunan, daerah transmigrasi dll). Kebijaksanaan demikian, disamping menghabiskan biaya yang berlebihan, hilangnya keuntungan dan pendapatan serta terbuangnya sumber-sumber hutan juga telah meminta biaya lingkungan dan sosial yang tinggi. Degradasi lahan, hilangnya habitat liar, dan pergantian penduduk serta hilangnya kebudayaan pribumi, merupakan dampak dari semua manajemen hutan yang sesat.
Penyebab utama musnahnya spesies dan keanekaragaman hayati adalah kebakaran hutan tropis. Para ahli sependapat bahwa 5 - 10% dari spesies hutan tropis menjadi musnah dalam setiap dekade. Sekitar 10 juta spesies telah menghuni bumi dan paling kurang 50% terdapat di dalam hutan tropis, padahal luasnya hanya 7% dari luas daratan dunia. Sehingga diperkirakan laju kemusnahan mencapai lebih dari 100 spesies setiap harinya. Padahal tidak satupun makhluk yang diciptakan di dunia ini dengan sia-sia, semuanya merupakan aset pembangunan dimasa mendatang.
Daerah tropik memiliki tumbuhan vascular (tumbuhan berpembuluh) sekitar 65% dari seluruh total spesies (250 ribu). Daerah tropik Asia termasuk Papuanugini dan Australia memiliki tumbuhan vascular sekitar 45 ribu spesies, neotropik 86 ribu spesies, dan semi-arid serta tropical Africa 30 ribu spesies. Norman Myers memperkirakan 65% dari spesies tropik terdapat pada hutan tropik basah (moist tropical forest) dan 45% dari tumbuhan vascular dunia terdapat pada hutan tropik rapat (closed tropical forest).
Persentase vertebrata (hewan bertulang belakang) di daerah hutan tropis lebih sedikit dibandingkan dengan tumbuhan. Suatu perkiraan menyatakan sekitar 2.600 spesies burung berada pada daerah neotropik, 400 pada afrotropik dan 900 pada daerah hutan tropik Asia. Jumlah ini merupkan 30% dari total dunia. Bruce Beehler mencatat bahwa 78% dari burung nonmarine Papuagini berada dalam hutan tropis. Inveterbrata memiliki keragaman yang besar di daerah tropis. Terry Erwin menemukan kekayaan yang sangat besar pada spesies beetle (kumbang) pada kanopi (canopy) hutan tropikal basah. Diperkirakan 96% arthopodamendiami hutan tropis, jumlah total dunia diperkirakan mencapai 30 juta spesies.
Disadari atau tidak, dunia sekarang ini sedang mengalami kehilangan hutannya dengan sangat cepat, khususnya hutan tropis. Separoh dari hutan tropis dunia telah musnah atau tergradasi (degraded). Paling kurang setiap jam 2.000 ha dimakan gergaji, mesin pemotong, bulldozer atau terbakar, disamping itu 4 spesies flaura atau fauna musnah, ini terutama terjadi di daerah tropis. Bilamana hutan musnah, maka begitu pula halnya dengan tradisi dan kehidupan setempat. Sebagai contoh di Amazon, ratusan petani, penyadap karet (rubber tapper), dan penghuni-penghuni hutan lainya terbunuh sia-sia pada dekake yang lalu akibat konflik kekerasan terhadap sumber-sumber hutan dan lahan.
Musnahnya hutan, spesies dan kebudayaan bukanlah resiko yang tidak mungkin dicegah, ada banyak hal yang dapat kita kerjakan minimal untuk memperlambat laju kemusnahannya. Musnah atau lestarinya hutan sangat tergantung kepada kebijaksanaan pemerintah, terutama menyangkut kebijaksanaan di bidang kehutanan, pertanian, kependudukan, dan pemilikan tanah. Setiap orangpun dapat mendorong pemerintah untuk melestarikan hutan kita ataupun menyebar luaskan pengetahuannya kepada keluarganya, teman-temannya, tetangganya, teman kerjanya, sehingga dapat dibangun dan tegaknya suatu konstitusi bagi penyelamatan kekayaan hutan dari kemusnahan.
- Reference:
- World Resources Institute (http://www.wri.org)
0 komentar:
Posting Komentar