Medan, - Lebih dari separuh luas Taman Nasional Batang Gadis di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, bakal tergusur pertambangan emas setelah Mahkamah Agung mengabulkan permohonan uji materi PT Sorikmas Mining atas SK Menhut Nomor 126-Menhut-II/2004 tentang penunjukan hutan di Mandailing Natal sebagai Taman Nasional Batang Gadis seluas 108.000 hektar. MA membatalkan peninjauan kembali yang diajukan Kementerian Kehutanan.
Sekitar 55.000 hektar kawasan taman nasional bakal beralih fungsi menjadi area pertambangan. ”Kami meminta pemerintah menunda eksekusi dan serius menyelamatkan Taman Nasional Batang Gadis,” kata Sekjen KPH Sumatera Utara Jimmy Panjaitan, di Medan, Rabu (14/12).
Sedikitnya 12 organisasi warga sipil yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Sumut untuk Penyelamatan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), mendesak pemerintah serius menyelamatkan TNBG. Mereka adalah KPHSU, Yayasan Samudera, LBH Medan, Walhi Sumut, Bitra Indonesia, Pusaka Indonesia, Yayasan Ekosistem Lestari, Petra, CII, JRKI Sumut, Kontras, dan Elsaka. Pemerintah dinilai perlu menerbitkan perpres untuk menyelamatkan TNBG.
Jimmy mengatakan, keberadaan TNBG sangat penting bagi masyarakat Mandailing Natal karena TNBG adalah bagian penting Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Gadis. Luas DAS Batang Gadis 386.455 hektar setara 58,8 persen luas kabupaten itu.
Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Utara JB Siringoringo, melarang aktivitas penambangan di area taman nasional kecuali untuk konservasi. ”Sampai hari ini perusahaan belum menyentuh taman nasional,” ujarnya.
Dikatakan, Kementerian Kehutanan melayangkan surat ke Mahkamah Agung terkait putusan pembatalan PK Kementerian Kehutanan itu, namun dia tidak memerinci surat apa yang dimaksud. Kasus ini muncul karena kontrak karya yang dikantongi PT Sorikmas Mining tumpang tindih dengan TNBG.
Kepala Bagian Humas Pemkab Mandailing Natal Taufik Lubis mengatakan, kontrak karya telah ada sebelum kabupaten itu berdiri tahun 1999. ”Banyak warga menanyakan bagaimana nanti, apakah Mandailing Natal akan seperti Papua. Tanahnya penuh lubang,” tutur Taufik. (WSI)
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar