Sejak tiga pekan terakhir Santi (30 tahun), warga Simpang Rimbo,
Jambi setiap pagi mesti rajin mengepel lantai rumahnya. Tidak hanya abu
putih yang masuk ke dalam rumahnya, kini abu hitam seperti hasil
pembakaran sampah sudah sering membombardir teras rumahnya. Bahkan
terkadang, abu hitam sesekali masuk ke hingga dalam rumah.
“Awalnya saya penasaran, ini abu apa? Setiap habis saya sapu, kok ada
terus. Padahal seluruh jendela rumah sudah saya tutup. Ternyata abu itu
masuk dari lubang angin yang terbawa angin,” jelas Santi kepada Mongabay Indonesia (15/9).
Menurut Santi, abu hitam itu tidak bisa disapu saja. Lantai terasnya
malah semakin hitam. Satu-satunya cara adalah dengan mengepelnya. Meski
tak bertahan lama. Pagi dibersihkan, sore sudah kotor kembali.
“Apa boleh buat, saya harus sering mengepel lantai biarpun sudah
krisis air,” ujarnya. Sekali tiga hari, Santi mengaku membeli air 1.000
liter (satu tekmon) seharga Rp 90 ribu buat kebutuhan sehari-hari.
Hal sama juga dialami Rinaldi (36). Alhasil, sudah hampir sebulan dia
mengurung diri bersama keluarga di dalam rumah. “Saya tak mau ambil
resiko, kedua anak saya saya liburkan sendiri biarpun sesekali pihak
sekolah meminta anak-anak untuk bersekolah,” tuturnya menjelaskan kepada
Mongabay.
Rinaldi merasakan betul betapa kabut asap kian mengganggu aktivitasnya.
“Kita pun sesak, mau ke luar rumah salah, enggak ke luar
salah,” katanya. Menurutnya, kabut asap tahun ini yang paling parah dan
menyesakkan dada dibanding beberapa tahun sebelumnya.
Rinaldi amat kuatir dampak asap terhadap dua anaknya yang masih kecil
dan istrinya yang tengah hamil 5 bulan. Gejala batuk setelah menghirup
udara yang tak lagi segar mulai dirasakan oleh keluarganya.
“Enggak tahan kita abu sama asap, langsung ke dada rasanya,” ujarnya.
Dua Puluh Ribu Orang Lebih Telah Terjangkit ISPA
Tidak hanya Rinaldi seorang yang merasakan penderitaan tersebut.
Jutaan jiwa warga di Jambi telah terganggu akibat kualitas udara yang semakin bertambah buruk dalam dua minggu terakhir.
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Jambi, jumlah warga yang telah
terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Jambi hingga
Senin (14/9) telah mencapai 20.741 orang.
Jumlah ini meningkat 10.741 orang atau naik sekitar 105 persen
dibandingkan penderita ISPA di kota itu dua pekan lalu, yaitu sekitar
10.000 orang.
“Drastisnya peningkatan jumlah penderita ISPA di Kota Jambi terjadi
dalam dua pekan terakhir. Penderita ISPA di bulan Agustus lalu sekitar
2.849 orang,” jelas Ida Yuliati, Kadinas Kesehatan Kota Jambi (14/9).
Jumlah penderita ISPA kemudian meningkat menjadi 3.357 orang pada
awal September. Sedangkan akhir pekan pertama September, jumlah
penderita ISPA di kota itu drastis meningkat menjadi lebih 10.000 orang.
“Drastisnya pertambahan penderita ISPA di Kota Jambi disebabkan
polusi udara yang meningkat dua pekan terakhir akibat asap,” ujar Ida.
Tidak saja di Kota Jambi, Dinas Kesehatan Provinsi Jambi pun mencatat
kasus ISPA di Provinsi Jambi melonjak drastis. Hingga minggu ke-35,
jumlah penderita mencapai 10.058 kasus yang tersebar di seluruh Provinsi
Jambi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Andi Pada, mengatakan lonjakan
terjadi pada minggu ke-33, yakni akhir Agustus 2015. Jumlah penderita
mencapai 6.000 kasus, kemudian dalam dua minggu terakhir naik menjadi
10.058 kasus.
“Karena memang dalam dua minggu ini kondisi asap statusnya sudah
berbahaya. Asap bercampur abu kasar,” katanya. Asap bercampur abu tak
hanya menginfeksi saluran pernafasan, namun menyebabkan iritasi mata.
Abu yang sudah sampai ke permukiman warga pun memberi risiko lebih
tinggi.
“Kasus paling tinggi di Muaro Jambi, karena di sana banyak kebakaran
terjadi. Kita imbau masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah. Kalau
keluar gunakan masker dan kacamata,” jelas Andi sembari menambahkan
bahwa pihaknya telah menginstruksikan agar Puskesmas dan Posko Kesehatan
terutama di wilayah rawan asap disiagakan selama 24 jam.
Asap Dapat Menyebabkan Resiko Gagal Janin Kandungan
Jika ISPA adalah masalah kesehatan yang langsung dirasakan oleh
masyarakat, maka menurut dokter spesialis kandungan, dr Panggayuh SPOG
kabut asap juga akan dapat berdampak buruk kepada ibu hamil dan janin.
Ia menjelaskan, ibu hamil yang terkena kabut asap (asap parah) bisa
terkena penyakit paru-paru sehingga oksidasi yang didapat berkurang dan
penyaluran oksigen ke bayi juga berkurang.
“Dampak asap bagi kehamilan dalam jangka waktu dekat bisa menyebabkan
gagal janin atau kematian bayi dalam kandungan, untuk jangka waktu
panjang semisal usia kandungan sekitar usia tiga sampai lima bulan akan
menyebabkan bayi lahir dengan kondisi prematur, berat badan rendah,
autis atau kelainan lainnya,” katanya.
Ia mengimbau, agar ibu hamil memakai masker ketika di dalam maupun
luar ruangan, dan jangan berlarut di luar rumah, karena dampaknya buruk
terhadap kandungan.
“Penanganan kabut asap ini harus cepat diminimalisir dampaknya, kalau
berlarut-larut seperti ini akan mengganggu perkembangan bayi,” jelas
Panggayuh yang juga berpraktek di salah satu rumah sakit swasta di
Jambi.
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar