Hoki terbang bebas sesaat setelah pelepasliaran di Cagar Alam Takokak. Foto: PPS Cikananga
Di Cagar Alam Takokak, Cianjur, Jawa Barat (Jabar), Senin (8/7/13), Hoki dan August terbang bebas. Hari itu, dua elang ular bido (Spilornis cheela) ini menikmati kembali kehidupan alam bebas setelah beberapa tahun ini menjadi penghuni Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga.
“Awalnya ada enam ekor elang ular bido siapn dirilis. Setelah dikaji
ulang hanya dua ekor benar-benar siap ke habitat. Kita sangat terbantu
para teknisi dan ahli raptor dari Raptor Indonesia,” kata Iing
Iryantoro, humas PPS Cikananga (PPSC) hari itu.
Dia mengatakan, Hoki dan August sudah lama menempati kandang
rehabilitasi di PPSC. August masuk PPSC 17 Agustus 2005, dan Hoki 20
Juni 2012 . Menurut Iing, Hoki mempunyai daya tahan tinggi hingga bisa
melewati elang-elang lain yang sudah lebih lama tinggal di PPSC. “Hoki
kita selamatkan dari Jampang Tengah. Waktu itu kita mendapat laporan
masyarakat yang ingin menyerahkan elang. Sedang August hasil translokasi
dari Konservasi Nusantara di Bandung.“
Takokak dipilih sebagai tempat pelepasliaran karena hasil kajian Inge
Tielen dari University Wegeningen mengatakan kawasan cagar alam ini
masih bagus dan terjaga. Luas wilayah Takokak 50 hektar dan terjaga
meski dikelilingi lahan Perum Perhutani yang rusak parah. Di Takokak,
masih ditemukan lutung, surili, kucing hutan, babi hutan dan berbagai
macam burung.
Masyarakat sekitar juga melaporkan masih ada macan di sana. Hal Itu
terlihat dari jejak, suara dan kotoran. Menurut Iing, proses rilis cukup
panjang memelukan sosialisasi ke masyarakat tiga bulan dan satu bulan
survei habitat. Mereka memilih Takokak juga berdasarkan rekomendasi
Suaka Elang. “Hasil studi saya menunjukkan hal cukup signifikan. Di sini
memungkinkan dilepasliarkan,” kata Inge Tielen.
Ada delapan titik di Takokak yang dikaji sebagai tempat rilis elang.
Dari semua titik lokasi itu, hasil kajian Tielen menunjukkan kawasan
Parabon layak sebagai lokasi rilis. “Ada beberapa elang siap rilis. Kita
mungkin akan lakukan di kawasan ini juga, tapi di titik yang berbeda.”
Senada dikatakan mahasiswa IPB, Resa Retno Savitri. Perempuan yang
terlibat dalam kegiatan pra hingga pasca rilis ini mengatakan ada
beberapa tahapan sebelum rilis. “Kita harus memastikan ketersediaan
pakan di kawasan. Kondisi hutan harus benar-benar dipertimbangkan.
Setelah semua studi dilakukan kita membuat kandang habituasi.”
Pelepasliaran ini kerja sama antara PPS Cikananga dengan berbagai
pihak antara lain BKSDA, Raptor Indonesia RAIN), Wanicare, Suaka Elang
dan lain-lain. Sejak 2001 hingga 2013, PPSC merawat sekitar 100 elang
dari berbagai spesies. Saat ini, masih ada 34 elang menempati kandang
rehabilitasi di sana. Empat siap dirilis dalam waktu dekat. “Dua bulan
lalu kita menerima kiriman elang dari BKSDA Jabar hasil sitaan dari
perdagangan satwa. Ini menunjukan perdagangan elang masih sangat
tinggi.”
Bangun Pusat Rehabilitasi Elang di Kamojang
Dalam kesempatan sama, Zaini Rakhman, Direktur Eksekutif RAIN
mengatakan, RAIN akan membangun pusat rehabilitasi elang di kawasan
Kamojang, Jabar. “Pusat rehabilitasi elang masih kurang. Kandang
rehabilitasi yang dimiliki Suaka Elang dan beberapa pusat rehabilitasi
tidak bisa menampung hasil sitaan. Jadi kami rasa sudah mendesak,” ujar
dia.
Kini, RAIN masih mengkaji konsep pusat rehabilitasi yang akan dibangun. Dalam program ini, RAIN melibatkan BKSDA.
“Luas lahan yang disediakan 20 hektar, tapi kita gunakan hanya lima
hektar. Lahan itu milik BKSDA. Untuk pendanaan ini dari CSR Pertamina.
Mereka akan membantu kita sampai empat tahun ke depan.” Nanti di sana
juga akan dibangun pusat edukasi hingga orang bisa datang dan melihat
elang. “Tapi ini berbeda dengan kebun binatang.”
0 komentar:
Posting Komentar