skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Jumat, 19 Juli 2013

Pelatihan Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan Himpunan Mahasiswa Kehutanan Jambi (HIMAFORESTA JAMBI)

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, News
JambiJambi, Mahasiswa kehutanan sebagai salah satu pelopor pembangunan negara khususnya pembangunan kehutanan memerlukan perkembangan keilmuan yang lebih baik. Untuk itu mahasiswa kehutanan Universitas Jambi melalui Himpunan Mahasiswa Forestry Universitas Jambi (Perwakilan Cabang Persiapan Sylva Indonesia Universitas Jambi) mengadakan sebuah kegiatan yang akan mendidik, mengkader dan menanamkan jiwa-jiwa rimbawan kepada seluruh mahasiswa kehutanan sebagai masyarakat yang peduli akan kelestarian khususnya pembangunan kehutanan kedepannya. Kegiatan Pelatihan Managemen Organisasi dan Kepemimpinan (PMOK) HIMAFORESTA UNIVERSITAS JAMBI ini dilaksanakan pada hari sabtu tepatnya pada tanggal 25 Mei 2013. Pelatihan Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan merupakan kegiatan pelatihan pertama yang dilaksanakan oleh HIMAFORESTA Universitas Jambi.
 Kegiatan ini dihadiri oleh Koordinator Forum Regional II Chandra Irwanto Lumban Gaol untuk memberikan materi mengenai “History Sylva Indonesia” dari awal berdiri hingga sekarang dan Pergerakan Sylva Indonesia. Sylva Indonesia merupakan ikatan mahasiswa kehutanan yang menghimpun mahasiswa kehutanan di tingkat Fakultas, Jurusan dan program studi di tiap Universitas atau Perguruan Tinggi di Indonesia. Sylva Indonesia saat ini dipimpin oleh Sekretaris jenderal Sylva Indonesia yaitu Ahmad Arief Hilman dari IPB.
Hierarki Sylva Indonesia yaitu Pengurus pusat, Forum regional dan Pengurus cabang dan Pengurus cabang Persiapan. Pengurus pusat merupakan pusat dari kepengurusan Sylva Indonesia periode 2012 – 2014 yang bersekretariat  di IPB. Forum regional merupakan gabungan dari perwakilan cabang berdasarkan kedekatan lokasi, Regional Sylva Indonesia terdapat 10 regional.  Pengurus cabang dan pengurus cabang persiapan merupakan pengurus Sylva Indonesia yang berada di tingkat cabang atau universitas. Saat ini pengurus cabang Sylva Indonesia terdapat 32 Pengurus Cabang dan 10 Pengurus Cabang Persiapan. “tutur Chandra Irwanto”.
Managemen Organisasi dan kepemimpinan merupakan salah satu bagian yang penting yang memang harus di latih dan iimplementasikan bagi setiap mahasiswa yang berorganisasi karena dengan organisasi mahasiswa menjadi aktif dan mengetahui keadaan sekitar khususnya keadaan mengenai kehutanan yang merupakan permasalahan global yang menyangkut hidup masyarakat di seluruh dunia.
Harapannya dengan adanya kegiatan ini tercipta mahasiswa kehutanan yang berorganisasi yang mengerti tentang kehutanan sehingga kedepannya pembangunan kehutanan dapat tercapai dan dapat terjalinnya hubungan dan kerja sama yang baik antara kami HIMAFORESTA UNJA (PCP.SI UNIVERSITAS JAMBI), Koordinator Forum Regional II Sylva Indonesia dan Pengurus Pusat Sylva Indonesia.

Source : link
0 komentar

Rabu, 17 Juli 2013

Pemilu 2014, Pilih Kandidat Pro Lingkungan

Diposting oleh Maysatria Label: News
Kerusakan hutan di Teluk Tomori, Morowali. Pada pemilu 2014, suara harus dimanfaatkan dengan memilih figur-figur pemimpin dan 'wakil rakyat' yang peduli lingkungan hingga izin-izin pembbatan hutan tak mudah diberikan. Foto: Jatam Sulteng

Kerusakan hutan di Teluk Tomori, Morowali. Pada pemilu 2014, suara harus dimanfaatkan dengan memilih figur-figur pemimpin dan ‘wakil rakyat’ yang peduli lingkungan hingga izin-izin pembbatan hutan tak mudah diberikan. Foto: Jatam Sulteng

Pemilu 2014 harus menjadi momen penting bagi masyarakat Indonesia dalam menentukan pemerintahan lima tahun ke depan diisi figur-figur pro lingkungan. Bahaya perubahan iklim pun mesti menjadi isu strategis dalam pesta lima tahunan itu.
Demikian terungkap dalam diskusi Perspektif Baru Road Show to Campus bertema “Perubahan Iklim Sebagai Isu Strategis di Pemilu 2014” di Kampus Universitas Nasional, Jakarta, Senin (8/7/13).
Abetnego Tarigan, Direktur Eksekutif Walhi Nasional mengatakan, masyarakat harus menjadi pemilih pintar, bisa menganalisa latar belakang politik para calon. “Termasuk melihat apakah mereka memiliki visi dan misi lingkungan,” katanya.
Saat ini, lingkungan rusak parah hingga perubahan iklim menghantui negeri. Pembangunan semata- mata mengutamakan pertumbuhan ekonomi hingga menyebabkan peminggiran rakyat, dan ekosistem, serta  keragaman hayati hancur.
Abetnego menyebutkan, krisis lingkungan hidup di Indonesia, karena beberapa faktor, seperti alih fungsi lahan, pencemaran dan degradasi hutan dan deforestasi.“Ini disebabkan pembukaan pertambangan, perkebunan besar, pariwisata, industri dan pembangunan infrasturuktur di areal pertanian tanaman pangan dan atau daerah penyangga.”
Dari situs www.plosone. org, Indonesia, merupakan satu dari 10 negara yang mengalami dampak kerusakan lingkungan hidup. Negara-negara bernasib serupa, yakni, Brazil, United States, China, Japan, Mexico, India, Russia, Australia, dan Peru.
Pada, 2012, di Indonesia,  terjadi 503 kali banjir dan longsor menewaskan 125 orang. Kebakaran hutan dan lahan sekitar 17.000 hektar. Data Walhi, dari 1 Januari- 31 Mei 2013, dari 34 provinsi di Indonesia, tak ada yang bebas bencana. Dalam kurun waktu itu, terjadi 776 kali bencana, melanda 3.846 desa atau kelurahan tersebar di 1.584 kecamatan di 311 kabupaten kota. Korban meninggal mencapai 348 jiwa. Belum lagi diperkirakan 470 daerah aliran sungai (DAS) rusak.
Untuk itu, dalam Pemilu 2014, harus diperjuangan agar pemerintahan bersih dari perusak lingkungan. Tentu, mewujudkan kondisi ini tak mudah, perlu diperhatikan beberapa hal.  Antara lain, kesadaran politik lingkungan warga, agenda ingkungan hidup dari partai dan kandidat. Juga memutus rantai relati antara aktor penguasa politik dan penguasa sumber daya alam (SDA) serta ‘meresmikan’ gerakan perubahan di parlemen dengan membentuk kaukus lingkungan. 
Gita Syahrani, Senior Associate on Climate Change & Green Investment DNC Advocates mencontohkan,  agenda lingkungan hidup yang harus diperjuangkan, salah satu  pendirian lembaga REDD+.  Kini, pengesahan lembaga ini tinggal menanti keputusan SBY. “Setelah Presiden SBY tak lagi memimpin, Indonesia memerlukan pemimpin tepat dan mampu melanjutkan perjuangan menjaga lingkungan.”
Desmen Rahmat Eli Hia, praktisi hukum mengatakan, ancaman terbesar mendapatkan pemimpin yang tepat adalah calon pemilih yang tidak memilih alias golongan putih. Fenomena golpun ini cukup menjadi perhatian penting. Jika golput besar, maka yang bertarung hanyalah orang partai dengan beragam kepentingan. “Masyarakat yang menyia-nyiakan suara tidak mungkin terwakili.”
Pemilu 2014, katanya,  menjadi penting kalau bisa memilih wakil dan pimpinan rakyat yang mengerti isu strategis, seperti isu lingkungan. Sebab, upaya mengurangi dampak perubahan iklim memerlukan political will bersama dalam mengubah kerangka kebijakan pemerintahan ke arah pro lingkungan.
“Masyarakat terutama generasi muda harus menggunakan hak pilih dan memilih calon yang mengusung isu strategis pro lingkungan dan perubahan iklim pada pemilu 2014.”
Wimar Witoelar, pendiri Yayasan Perspektif Baru, kala mengawali diskusi, mengatakan, pergantian pemerintahan dan anggota dewan hasil pemilu 2014 bisa berdampak pada upaya-upaya pencegahan perubahan iklim.

Source : link
0 komentar

Penelitian: Evolusi Spesies Terlambat 10.000 Kali Dibanding Perubahan Iklim

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi
Dwarf hornbill (Penelopides exarhatus) salah satu burung di Sulawesi. Menurut peneltian yang dilakukan Wiens dan beberapa satwa di kawasan tropis akan mengalami kepunahan jika gagal menyesuaikan diri dengan perubahan iklim yang sangat cepat. Foto: Rhett A. Butler

Dwarf hornbill (Penelopides exarhatus) salah satu burung di Sulawesi. Menurut peneltian yang dilakukan Wiens, beberapa satwa di kawasan tropis akan mengalami kepunahan jika gagal menyesuaikan diri dengan perubahan iklim yang sangat cepat. Foto: Rhett A. Butler

Banyak spesies vertebrata (satwa bertulang belakang) nampaknya harus berevolusi 10.000 kali lebih cepat di masa lalu untuk menghadapi betapa cepatnya perubahan iklim yang akan terjadi dalam 100 tahun ke depan. Hal ini diungkapkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Arizona baru-baru ini.
Para peneliti menganalisis bagaimana kecepatan spesies beradaptasi terhadap iklim yang bebeda di masa lalu dengan menggunakan data 540 spesies hidup yang berbeda dari kelompok-kelompok utama vertebrata di daratan, termasuk amfibi, reptil, burung-burung dan mamalia. Para ahli kemudian membandingkan kecepatan evolusi mereka dengan kecepatan perubahan iklim yang diprediksi hingga akhir abad ini. Ini adalah penelitian pertama yang membandingkan kecepatan adaptasi spesies di masa lalu dengan kecepatan perubahan iklim di masa mendatang.
Hasilnya, seperti dipublikasikan di jurnal Ecology Letters, menunjukkan bahwa spesies-spesies vertebrata di daratan terlalu lamban beradaptasi untuk mengikuti laju perubahan iklim yang semakin hangat di tahun 2100. Para peneliti meemperkirakan banyak spesies akan punah jika mereka tidak mampu melakukan aklimatisasi atau melakukan perpindahan.
“Setiap spesies memiliki standar iklim yang sudah diatur berada dalam suhu dan kondisi curah hujan di area mereka bisa hidup dan bertahan,” jelas profesor dari Jurusan Ekologi dan Evolusioner Biologi di Fakultas Ilmu Alam University of Arizona, John J. Wiens. “Misalnya, beberapa spesies hanya ditemukan di kawasan tropis, beberapa lainnya hanya bisa bertahan di suhu yang lebih dingin, sementara spesies lainnya hanya bisa hidup di pegunungan, dan juga di gurun.”
Wiens melakukan penelitian ini bersama dengan peneliti jenjang master di Yale University, Ignacio Quintero. “Kami menemukan bahwa rata-rata, setiap spesies umumnya beradaptasi kepada kondisi iklim yang berbeda di jangka 1 derajat celsius setiap sejuta tahun,” sambung Wiens. “Namun jika suhu global akan meningkat hingga 4 derajat Celcius dalam waktu seratus tahun ke depan, seperti diprediksi oleh Panel Perubahan Iklim AntarPemerintah, akan ada jeda dalam proses ini. Dimana banyak spesies dikhawatirkan tidak akan mampu mengikuti perubahan iklim ini.”
Bekantan (Narsalis larvatus) adalah primata yang hanya hidup di Pulau Kalimantan, yang sangat tinggi mengalami degradasi akibat eksploitasi alam. Keberadaan bekantan, juga menjadi rentan seiring dengan kondisi habitat yang semakin hangat dan minimnya ruang untuk berpindah. Foto: Rhett A. Butler
Bekantan (Narsalis larvatus) adalah primata yang hanya hidup di Pulau Kalimantan, yang sangat tinggi mengalami degradasi akibat eksploitasi alam. Keberadaan bekantan, juga menjadi rentan seiring dengan kondisi habitat yang semakin hangat dan minimnya ruang untuk berpindah. Foto: Rhett A. Butler
Untuk membuat anĂ¡lisis mereka, Quintero dan Wiens mempelajari filogenis -terutama dari urutan silsilah yang memperlihatkan bagaimana setiap spesies berkaitan satu dengan yang lainnya- berbasis data genetik. Pohon silsilah ini memperlihatkan bagaimana setiap spesies ini terpisah satu sama lain di masa lalu. Proses sampling ini meliputi 17 famili yang mewakili kelompok-kelompok satwa vertebrata di daratan, yaitu katak, salamander, kadal, ular, keluarga buaya, burung dan mamalia.
Mereka kemudian menggabungkan data silsilah evolusi ini dengan masing-masing pembawaan asli setiap spesies di iklim tertentu untuk memperkirakan bagaimana kecepatan pembawaan iklim asli setiap satwa ini satu sama lainnya, dengan menggunakan data iklim seperti suhu tahunan dan proses presipitasi, serta kondisi cuaca yang ekstrem.
“Pada dasarnya kami mencari tahu seberapa banyak perubahan dalam setiap pembawaan iklim asli mereka dalam setiap cabang, dan jika kami mengetahui seberapa tua spesies ini, kami bisa memperkirakan bagaimana kecepatan mereka berubah untuk menyesuaikan dengan perubahan iklim,” jelas Wiens. “Dari kebanyakan spesies-spesies yang masih berkerabat, kami menemukan bahwa mereka berevolusi untuk hidup dalam habitat dengan perbedaan temperatur rata-rata 1 hingga 2 derajat Celsius dalam jangka waktu 1 hingga beberapa juta tahun.”
“Kami kemudian membandingkan rata-rata perubahan yang terjadi di masa lalu dan memproyeksikannya dengan kondisi iklim seperti yang diprediksikan akan terjadi di tahun 2100 dan melihat bagaimana hal ini ternyata sangat timpang. Jika rata-rata evolusi yang ditemukan sama, diperkirakan maka kemungkinan setiap spesies berpotensi untuk berevolusi dengan kecepatan yang cukup untu mengimbangi perubahan iklim dan mampu untuk bertahan. Namun pada banyak kasus, kami menemukan angka perubahan itu sangat berbeda sekitar 10.000 kali atau bahkan lebih,” ungkapnya.
“Menurut data yang kami temukan, nyaris semua kelompok vertebrata setidaknya memiliki satu spesies yang berpotensi terancam punah, terutama spesies di kawasan tropis.”
Setiap spesies bisa merespon terhadap perubahan iklim dengan cara melakukan aklimatisasi tanpa perubahan evolusi atau dengan berpindah wilayah untuk memilih iklim yang cocok. Misalnya beberapa spesies bisa pindah ke wilayah dengan ketinggian yang lebih, agar menyesuaikan dengan suhu tempat mereka hidup sebelumnya. Sementara banyak spesies lainnya bisa kehilangan populasi mereka terkait perubahan iklim ,namun mereka tetap bisa bertahan jika jumlah populasi mereka masih ada yang tersisa. Melihat kemungkinan-kemungkinan ini, kepunahan adalah salah satu kemungkinan terbesar yang bisa terjadi.
Masalahnya, tidak semua spesies bisa dengan cepat dan serta merta pindah ke kondisi alam yang lebih cocok dengan alam asli mereka sebelumnya. Dalam studi sebelumnya Wiens menjelaskan penyebab punahnya sejumlah spesies. Rata-rata, kepunahan spesies dan kegagalan akibat perubahan iklim lebih kerap terjadi akibat kegagalan interaksi dengan spesies lainnya, dibanding akibat kegagalan mereka menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi fisiologis.

Source : link
0 komentar

Sangihe dan Sitaro, Dua Kawasan Penting Burung Dalam Bahaya

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi
Pegunungan Sahendaruman dan Siau di Kabupaten Sangihe dan Sitaro, Sulawesi Utara,  merupakan daerah penting bagi burung atau important bird area (IBA) karena memiliki jenis-jenis burung endemik. Kini,  kawasan ini mengalami kerusakan karena alih fungsi lahan hingga mengancam habitat burung di sana.
Temuan ini menjadi salah satu pembahasan seminar sehari mengenai hutan dan biodiversitas oleh Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado dan Burung Indonesia, yang dihelat pada 5 Juli 2013 di Manado.
Amsurya Warman Asa, Senior Wallacea Program Officer dari Perkumpulan Burung Indonesia, mengatakan, kawasan ini memiliki peran sangat penting bagi keberlangsungan hidup spesies-spesies burung endemik dan terancam punah secara global.
Jenis burung di Sahendaruman antara lain burung madu Sangihe (Aethopoyga duvyenbodei), seriwang Sangihe (Eutrichomyias rowleyi) dan kepudang sungu Sangihe (Collurucincla sanghirensis), serta kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni).
“Saat ini, kawasan  Sahendaruman dalam tekanan tinggi dengan kerusakan habitat dan perubahan fungsi lahan. Ini dapat menyebabkan hilang atau punahnya jenis-jenis burung di dunia yang hanya terdapat di Sangihe ini,” katanya kepada Mongabay, Rabu (10/7/13).
Begitu pula Pulau Siau, banyak jenis burung endemik dan kritis di sana. Ada celepuk Siau (Otus siaoensis) jenis burung hantu yang hanya ada di Siau dan tak pernah terlihat lebih dari 100 tahun.
Pulau Siau menghadapi ancaman sangat besar dari kerusakan habitat dan perburuan. Luas hutan tersisa di pulau ini hanya kurang dari lima persen. Nasib celepuk Siau pun makin mengkhawatirkan.
“Dari 334 IBA’s  in danger di dunia dalam  115 negara, dua di Indonesia yaitu Pegunungan Sahendaruman dan Siau, Kabupaten Sangihe dan Sitaro.”
Amsurya menjelaskan, IBA’s in danger merupakan suatu inisiatif Birdlife International dan mitra-mitra di dunia.  Burung Indonesia sebagai salah satu mitra di Indonesia mengidentifikasi dan mengetahui IBA di Indonesia yang saat ini dalam bahaya kerusakan ekosistem cukup tinggi. Kawasan ini akan diprioritaskan bagi tindakan – tindakan konservasi.
Amsurya berharap, hasil penelitian itu, diperkuat tindaklanjut kongkrit di lapangan oleh para pihak, apakah dalam bentuk instrumen rencana program pembangunan, kebijkan atau regulasi. Hingga hasil penelitian benar-benar memberikan manfaat  demi perbaikan kondisi biodiversitas dan hutan Indonesia. “Tidak hanya dipajang dalam rak perpustakaan atau dalam sistem data base digital  yang cukup rahasia dan cenderung sulit diakses.”
Agus Budi Utomo, Direktur Eksekutif Burung Indonesia, mengungkapkan, Indonesia negara dengan keragaman hayati tinggi. Dari sekitar 5 juta keragaman hayati di dunia, 15 persen di Indonesia. Namun, tidak sampai lima persen dimanfaatkan. Kondisi ini, menyebabkan Indonesia rawan pencurian sumber hayati (biopiracy).
Pendokumentasian pangkalan data (database) merupakan modal awal bagi penyelamatan sumber-sumber genetik di negeri ini. Kegiatan ini dapat dimulai dari pemetaan, terutama pada wilayah yang memiliki potensi besar dan memerlukan penanganan.
Burung Indonesia turut penyusunan profil ekosistem Wallacea. Kawasan Wallacea meliputi kepulauan di Indonesia sebelah timur Bali hingga sebelah barat Papua (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara) serta Timor-Leste.
Wallacea dipilih dalam program ini karena kaya keragaman hayati tetapi terancam pengrusakan, pemanfaatan berlebihan, dan invasi jenis-jenis asing. Wallacea juga terkenal dengan jenis-jenis endemis alias khas yang tidak dijumpai di tempat lain, tetapi sebagian masuk dalam daftar jenis terancam punah World Conservation Union (IUCN).

Burung madu Sangihe, endemik Sangihe yang sudah langka. Foto: Burung Indonesia

Source : link
0 komentar

Walik Benjol: Si Cantik Berdahi Mutiara Jingga

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News
Walik benjol dengan dahi mutiaranya yang indah. Foto: Hanom Bashari/Burung Indonesia

Walik benjol dengan dahi mutiaranya yang indah. Foto: Hanom Bashari/Burung Indonesia

Walik benjol (Ptilinopus granulifrons), bisa jadi termasuk salah satu burung yang paling kurang dikenal dalam perjagadan burung di Indonesia dan dunia. Burung ini termasuk dalam family besar Columbidae atau suku dari beragam jenis merpati-merpatian. Catatan ilmiah terakhir untuk jenis ini diberikan hampir 20 tahun yang lalu oleh Lambert (1994) dan Linleys (1995).
Dalam serial kerjasama antara Burung Indonesia dan Mongabay-Indonesia kali ini, kami menilik lagi berbagai catatan, dan walik benjol diketahui merupakan jenis endemik Pulau Obi. Pulau dengan luas sekitar 2.500 kilometer persegi ini, atau kurang dari setengah luasnya Pulau Bali, berada di wilayah paling selatan Kepulauan Maluku Utara yang merupakan bagian dari kawasan Wallacea. Untuk mencapainya, cara paling mudah adalah dengan memulai perjalanan dari pelabuhan di Ternate (kota terbesar di Maluku Utara) dengan kapal kayu selama 18 jam menuju pelabuhan Jikotamo di Obi.
Walik benjol berukuran 24 cm atau sejengkalan tangan manusia Indonesia dewasa dengan dominasi hijau di sekujur tubuhnya. Kepala abu-abu cerah dihiasi benjolan pada pangkal paruh atas menambah kecantikan burung ini. Paruh kuning kehijauan berhias “benjol” mutiara jingga tampak manis di dahinya. Dua garis abu-abu juga melintang di masing-masing sayapnya. Di bagian perut tampak lingkar besar merah marun hampir memenuhi perut dan di bagian tunggir kuning cerah bercampur coret-coret vertikal gelap.
Sulit membedakan antara individu jantan dan betina. Namun beberapa literatur menyebutkan bahwa sang betina lebih memiliki paruh yang kehijauan. Selain itu sang betina meliliki warna iris mata yang kuning, sedangkan jantan berwarna merah. Dalam literatur juga disebutkan jenis ini pernah dijumpai paling tinggi pada ketinggian 550 m dpl. Namun, hasil survey yang dilakukan Burung Indonesia menunjukkan bahwa walik ini berhasil dijumpai pada ketinggian 35 meter di atas permukaan laut (m dpl).
IUCN, lembaga konservasi dunia, menggolongkan walik benjol ini dalam peringkat Vulnarable (rentan) secara global. Sebaran alami yang terbatas ditambah dengan rusaknya habitat alami merupakan ancaman serius kelestarian jenis ini. Hingga kini masih belum diketahui pasti jenis makanan, informasi berbiak, sebaran pasti walik benjol di Pulau Obi dan sekitarnya. Termasuk juga jumlahnya.
Walik merupakan burung cantik. Mengapa ada nama benjol di belakang nama resminya, tentu saja sesuatu yang unik. Akan lebih indah dan romantik, bila kita memanggilnya “walik berdahi-mutiara-jingga”. Boleh kan?

Source : link
0 komentar

Lima Fakta: Mengapa Kayu Hutan Tropis Dunia Menyusut Dengan Cepat?

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, News
Hanya kayu bersertifikasi resmi yang bisa selamat di pasaran dunia. Foto: Aji Wihardandi

Salah satu penggunaan kayu dari hutan tropis Indonesia, digunakan sebagai bahan untuk kebutuhan rumah tangga. Foto: Aji Wihardandi

Hutan hujan tropis di Indonesia masih terus terbakar. Kejadian ini kembali terulang bulan Juni 2013 dimana sekitar 16.000 hektar hutan dan lahan gambut terbakar di Pulau Sumatera, dan menyebabkan salah satu polusi terburuk sepanjang masa di pulau tersebut hingga Semenanjung Malaya.
Produksi perkebunan kelapa sawit dan bubur kertas yang diduga tidak ramah lingkungan masih dituding sebagai dalang kebakaran hutan yang terus berulang setiap tahun. Hilangnya simpanan jutaan ton karbon yang lepas ke udara akibat kebakaran, ditambah hangusnya habitat bagi spesies-spesies langka dan dilindungi menambah kerugian bagi manusia.
Fungsi hutan hujan tropis bagi dunia, kini semakin berkurang. Kebutuhan manusia akan kayu untuk membangun rumah dan berbagai kebutuhan lainnya, serta pemenuhan produksi pangan dan barang-barang konsumsi lain yang menggunakan minyak kelapa sawit juga semakin menaingkat.
Beberapa fakta dibawah ini, semakin membuka mata kita tentang berbagai kerusakan yang terjadi. Deretan angka-angka yang ada ini hanya sebuah fakta kecil dari berbagai fakta lain -yang mungkin lebih mengerikan- yang terjadi dalam proses penggundulan hutan tropis dunia.
Fakta 1: Sepertiga dari kayu di hutan yang ditebang telah digunakan sebagai bahan pembuat bubur kertas, untuk industri kertas di seluruh dunia. Jika anda membatasi penggunaan kertas dalam keperluan sehari-hari, maka Anda ikut menekan angka penebangan kayu di hutan yang berfungsi sebagai penyimpan air, rumah bagi satwa, dan paru-paru bagi Bumi kita tercinta.
Tabel: Permintaan terhadap pulp and paper Indonesia Hingga 2020.
Tabel: Permintaan terhadap pulp and paper Indonesia Hingga 2020.

Fakta 2: Proses pembuatan kertas dari hutan alami membutuhkan air jauh lebih banyak dari industri apapun di Amerika Serikat, dan limbah dari proses produksi ini memiliki tingkat polusi yang tinggi terhadap air di sekitarnya.
Fakta 3: Di negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun, hanya sekitar 37% kertas yang dihasilkan dibuat dari material daur ulang. Data ini diperoleh tahun 2011 silam. Di negara berkembang, angka ini jauh lebih kecil, karena sebagian besar warga di negara-negara dunia ketiga masih menggunakan kertas dari hasil produksi perkebunan.
Fakta 4: Menurut catatan dari FAO, di pertengahan era 1990-an di negara-negara berkembang seperti Indonesia, rata-rata penggunaan bahan bakar dari kayu untuk pemanas dan kebutuhan memasak diperkirakan mencapai 80% dari penggunaan kayu. Angka tertinggi adalah benua Afrika dengan 89%, disusul dengan negara-negara di Asia dengan 81% dan Amerika Latin dengan 66%.
Sumber: FAO
Sumber: FAO
Fakta 5: Dari data statistik secara global yang dirilis oleh Union of Concerned Scientists berjudul The Root of the Problem: What’s Driving Tropical Deforestation Today?, 138 juta metrik ton kayu digunakan untuk kebutuhan pembuatan kertas; lalu 80 juta metrik ton digunakan untuk plywood; penggunaan kayu lainnya menurut catatan dari penelitian ini adalah 362 miliar meter kubik kayu digunakan untuk produksi papan-papan untuk bahan baku rumah dan sekitar 1,4 miliar meter kubik digunakan sebagai bahan bakar kayu untuk pemanas dan mesin.
Data Produksi Tahunan Produk Turunan Kayu.
Data Produksi Tahunan Produk Turunan Kayu. Keterangan: Mmt (Juta Meter Ton) dan Mm3 (Juta Meter Kubik)
Catatan di atas, sekali lagi hanya segelintir fakta kecil dari faktor-faktor pendorong terus menyusutnya kayu dan hutan hujan tropis di dunia. Kendati berbagai proses sertifikasi dan upaya konservasi hutan di berbagai belahan dunia terus berjalan, namun satu hal yang harus kita ingat adalah: kayu bukanlah sumber daya yang bisa terus diperbarui dalam waktu singkat!

Source : link
0 komentar

Kebakaran Hutan: 74 Titik Api Ditemukan di Konsesi Kelapa Sawit Anggota RSPO

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, News
Kebakaran hutan di Riau bulan Juni 2013 silam. Foto: Greenpeace

Kebakaran hutan di Riau bulan Juni 2013 silam. Foto: Greenpeace

Terkait maraknya pemberitaan terhadap keterkaitan beberapa perusahaan yang menjadi anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang diduga terlibat dalam kebakaran hutan di Pulau Sumatera, lembaga pemantau produsen minyak kelapa sawit dunia ini telah meminta sejumlah anggota yang disebut-sebut oleh media tersebut untuk menyerahkan peta digital wilayah konsesi mereka untuk penyelidikan lebih lanjut sejak akhir Juni silam. Permintaan ini secara resmi dilayangkan oleh RSPO tanggal 24 Juni silam kepada lima perusahaan.
Kendati sejumlah perusahaan ini diberi tenggat waktu 48 jam oleh RSPO untuk menyerahkan peta, namun faktanya empat perusahaan baru menyerahkan tanggal 9 Juli 2013 silam. Sementara, satu perusahaan lainnya, PT Jatim Jaya Perkasa menyusul sehari setelahnya.
Empat perusahaan, yaitu Sime Darby, Kuala Lumpur Kepong (KLK), Golden Agri Resources (GAR) dan Tabung Haji Plantations telah menyerahkan peta digital kawasan konsesi mereka tanggal 9 Juli 2013 silam. Sementara pada tanggal 10 Juli 2013 PT Jatim Jaya Perkasa menyusul menyerahkan informasi lokasi konsesi mereka.
Peta konsesi PT Jatim Jaya Perkasa.

Seluruh dokumen digital yang masuk, telah dianalisis secara terpisah oleh World Resources Institute (WRI) dan pakar Geographic Information System (GIS) asal Malaysia Dr. Khali Aziz Hamzah dari Forest Research Institute Malaysia (FRIM).
Dari hasil anĂ¡lisis mereka, WRI menyimpulkan bahwa mereka menemukan 74 titik api di kawasan Hak Guna Usaha PT Jatim Jaya Perkasa. Hal senada juga ditemukan dari analisis yang dilakukan oleh Dr. Khali Aziz Hamzah. Titik api yang ditemukan di wilayah konsesi PT Jatim Jaya Perkasa ini berada pada rentang 1 Juni hingga 26 Juni 2013 silam. Keseluruh titik api ini bertahan selama beberapa hari atau dalam kondisi menyala dan mati secara reguler.


Lokasi Titik Api Jatim Jaya Perkasa

Menindaklaknjuti hal ini, RSPO akan memutuskan lebih lanjut apakah sumber titik-titik api ini sebagai hasil dari kegagalan yang sistemik dalam mengelola lingkungan, atau hal lainnya. Hal ini kini tengah ditangani oleh Panel Pengaduan RSPO untuk mempelajari, mengevaluasi dan memutuskan lebih lanjut atas kasus ini.
Sementara itu, RSPO meminta PT Jatim Jaya Perkasa untuk segera menyelesaikan kebakaran yang terjadi di dalam wilayah konsesi mereka.
Dalam pernyataan akhir Juni silam, Greenpeace menyatakan bahwa banyak perusahaan minyak kelapa sawit bertanggung jawab atas kebakaran hutan yang selalu terjadi di Pulau Sumatera setiap tahun. Penebangan hutan dalam skala besar dan pengeringan lahan gambut, menjadi salah satu penyebab utama.
“Saat lahan gambut dikeringkan untuk perkebunan, mereka menjadi rentan terbakar. Setiap api, baik kecil maupun besar, atau muncul secara insidentil atau bahkan disengaja, bisa berubah menjadi bencana lingkungan,” ungkap Greenpeace dalam pernyataan mereka.
Menghentikan pengeringan lahan gambut dan konversi gambut menjadi perkebunan, adalah upaya terbaik untuk menghentikan bencana kebakaran yang selalu berulang.

source : link
0 komentar

Jumat, 12 Juli 2013

Petisi: Kemitraan Wilmar dan Kellog’s Akan Musnahkan Hutan Sumatera

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, Konservasi, News
Kampanye global hentikan deforestasi lewat petisi online yang dilakukan oleh sumofus.org

Kampanye global hentikan deforestasi lewat petisi online yang dilakukan oleh sumofus.org

Sebuah gerakan petisi global yang meminta salah satu produsen makanan asal Amerika Serikat bernama Kellog’s untuk menghentikan kemitraan mereka dengan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Wilmar International baru saja diluncurkan secara daring atau online.
Petisi ini diluncurkan agar publik mengetahui bahwa produsen kelapa sawit Wilmar Internasional memiliki track record yang buruk dalam proses produksi mereka terkait isu lingkungan. Dalam petisi ini disebutkan bahwa bisnis kelapa sawit juga telah memberikan dampak yang mengerikan terhadap hutan di Asia Tenggara, menyapu bersih jutaan hektar hutan dan melepaskan ratusan juta karbon ke udara setiap tahunnya. Dan dari pengantar di dalam kampanye ini juga disebutkan, bahkan diantara perusahaan kelapa sawit sendiri, Wilmar dinilai memiliki catatan buruk: Dalam citra satelit baru-baru ini terbukti bahwa perusahaan ini secara ilegal menebang hutan di kawasan lindung selama bertahun-tahun.
Hutan hujan tropis di Indonesia adalah rumah bagi sejumlah spesies yang langka dan dilindungi seperti orangutan dan harimau Sumatera, dan juga memiliki fungsi penting sebagai pemyimpan cadangan karbon yang senilai dengan emisi karbon dunia selama 9 tahun. Dan publik di negara-negara maju mengkhawatirkan bahwa kerjasama antara Kellog’s dan Wilmar International ini kan menghapus hutan Sumatera dari peta untuk selamanya.
Catatan buruk Wilmar ini bahkan menjadi semakin terkenal setelah Majalah Newsweek pernah menganugerahi Wilmar International sebagai salah satu perusahaan yang paling tidak berkelanjutan (the least sustainable corporation in the world) -lebih buruk dari Exxon Mobil, TransCanada dan bahkan Monsanto.
Berikut adalah cuplikan dari kampanye yang diluncurkan oleh action.sumofus.org mengenai kerjasama antara Kellog’s dan Wilmar International:
Minyak kelapa sawit sangat populer di Asia selama bertahun-tahun, namun seiring berjalannya waktu, negara-negara Barat mulai ikut mengimpornya. Secara umum karena minyak ini lebih murah daripada minyak sayur -namun di sisi lain juga memiliki dampak lingkungan dan kesehatan yang besar! Banyak perusahaan pangan di Amerika Utara, Australia dan Eropa membeli minyak kelapa sawit yang murah dei menghemat beberapa sen, namun Kellog’s menempuh hal yang bahkan lebih jauh dari hal itu. Mereka bermitra dengan Wilmar untuk mencoba mendominasi pasar makanan kecil di Cina.
Sangat mudah untuk memproduksi minyak kelapa sawit yang bebas deforestasi, namun perusahaan seperti Wilmar serigkali memotong kompas untuk menghindari standar keberlanjutan yang standar (dan mereka berlari dari kenyataan ini untuk memperluas korupsi). Dengan tekanan yang berlanjut dari para konsumen, Kellog’s sepakat untuk mengikuti petunjuk dasar dalam proses pengadaan minyak kelapa sawit mereka. Namun kini mereka memberikan miliaran dollar kontrak bisnis kepada Wilmar, perusahaan yang memproduksi minyak kelapa sawit dari taman nasional dan kawasan lindung lainnya. Jika Kellog’s tidak bisa memerintahkan mitra bisnis mereka, kesepakatan bisnis ini bisa memusnahkan semua program keberlanjutan yang pernah mereka jalankan.
Wilmar baru saja mengumumkan sebuah langkah kecil yang memungkinkan adanya perubahan dalam kesepakatan ini. Sebagai sebuah respons terhadap kemarahan publik akibat kebakaran hutan di Indonesia, mereka akan menghentikan kemitraan dengan perusahaan penyuplai minyak kelapa sawit yang melakukan penebangan secara ilegal. Tapi tentu saja hal itu tidak cukup: Kita tidak bisa membiarkan proses deforestasi dengan pembakaran digantikan oleh buldoser! Kellog’s harus memaksa mitra bisnis mereka yang satu ini untuk meghentikan penebangan hutan secara menyeluruh.
Petisi ini diluncurkan di sejumlah negara maju yang menjadi pasar utama Kellog’s, seperti di Amerika Utara, Kanada, Australia dan beberapa negara Eropa. Warga dunia peduli dengan hutan Indonesia, jika Anda juga peduli dengan hutan Indonesia, silakan tandatangani petisi ini melalui link ini: http://action.sumofus.org/a/kellogg-palm-oil/?sub=homepage

Source : link
0 komentar

Peta Baru NASA Konfirmasikan Mayoritas Sumber Kebakaran Hutan Berada di Lahan Gambut Yang Digunduli

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, News
0710riau600

Kondisi hutan di Sumatera sebelum kebakaran hutan Juni 2013. Sumber: NASA

Sebuah perangkat pemetaan baru berbasis data satelit dari NASA mengonfirmasi bahwa mayoritas titik api yang menjadi penyebab menyebarnya kabut asap di langit Sumatera dan Semenanjung Malaya bulan lalu, terpusat di lahan-lahan gambut yang sudah digunduli, dan bukan di kawasan hutan alam.
Peranti Interactive fire risk tool ini dikembangkan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR), memetakan kerusakan akibat api menggunakan pencitraan satelit dengan resolusi tinggi dari satelit baru NASA Landsat 8. Peranti ini juga menyediakan foto-foto wilayah pra dan pasca kebakaran hutan di Riau, dimana sejumlah besar titik api ditemukan bulan lalu.
CIFOR menyatakan bahwa tidak seperti kebakaran hutan yang terjadi tahun 1982-1983, 1997-1998 dan 2006, dimana beberapa titik api berada di kawasan hutan alam.
“Api membara di kawasan perkebunan dimana mereka sangat mungkin disulut secara bergantian sebagai bagian dari proses meningkatkan produksi kayu dan perluasan perkebunan kelapa sawit – atau pertanian dengan sistem slash and burn,” ungkap Julie Molins dalam satu posting blog di CIFOR.
David Gaveau, salah satu pkar di CIFOR mnmbahkan bahwa peranti ini bisa membantu investigasi lebih jauh untuk mencari sumber api. “Aplokasi berbasis situs internet seperti ini sangat bermanfaat karena aparat pemerintah dan masyarakat juga bisa melakukan pengecekan lokasi, melihat bentuk dan luas kerusakan, apakah api itu muncul di kawasan moratorium atau tidak, berada di wilayah konsesi atau tertutup vegetasi atau tidak sebelum dan sesudah kebakaran – dan semua hal-hal krusial untuk investigasi lapangan lainnya, ” ungkapnya.
Kondisi hutan di Sumatera pasca kebakaran hutan Juni 2013.
Kondisi hutan di Sumatera pasca kebakaran hutan Juni 2013.
Temuan ini konsisten dengan laporan dari World Resources Institute (WRI) dan Eyes on the Forest, sebuah lembaga lingkungan di Riau. Data WRI juga mengungkapkan bahwa setengah dari titik api yang terekam saat puncak kebakaran hutan terjadi berada di kawasan konsesi yang dimiliki oleh perusahaan kelapa sawit dan bubur kertas.  Dampak kebakaran hutan yang terjadi tahun ini, semakin diperparah oleh pola arah angin yang berhembus, masih menurut analisis WRI.
Lewat data titik api yang dirilis oleh NASA dalam 12 tahun terakhir, selain ditemukannya banyak peringatan yang tidak seperti biasanya terkait kemunculan titik api tahun ini, namun faktor terbesar yang menyebabkan kabut asap semakin parah di Singapura adalah pola arah angin yang terus berhembus ke arah negara kota ini.
“Kendati data sejarah menunjukkan bahwa kebakaran hutan memang dalam kondisi tidak seperti biasanya tahun ini di Sumatera, hal lain yang juga penting adalah peningkatan yang dramatis dunia internasional terhadap kebakaran ini. Banyak titik api yang tidak terdeteksi oleh orang-orang dan media diluar propinsi-propinsi yang banyak bermunculan titik api, yaitu Riau, Jambi dan Sumatera Utara,” jelas WRI dalam blog post mereka. “Kali ini, semuanya berbeda -terutama akibat tiupan angin dan pola pergerakan udara yang bergerak menuju ke Singapura.”
“Arah angin bergerak mendorong kabut asap menuju ke Singapura, negara kota yang sangat padat dan merupakan pusat keuangan dunia serta media. Akibatnya kabut asap yang memasuki wilayah ini segera memancing perhatian dari dunia internasional.”

Source : link
0 komentar

Hoki dan August Nikmati Alam Bebas di Hutan Takokak

Diposting oleh Maysatria Label: Konservasi, News
Hoki terbang bebas sesaat setelah pelepasliaran di Cagar Alam Takokak. Foto: PPSC

Hoki terbang bebas sesaat setelah pelepasliaran di Cagar Alam Takokak. Foto: PPS Cikananga

Di Cagar Alam Takokak, Cianjur, Jawa Barat (Jabar), Senin (8/7/13), Hoki dan August terbang bebas. Hari itu, dua elang ular bido (Spilornis cheela) ini menikmati kembali kehidupan alam bebas setelah beberapa tahun ini menjadi penghuni Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga.
“Awalnya ada enam ekor elang ular bido siapn dirilis. Setelah dikaji ulang hanya dua ekor benar-benar siap ke habitat. Kita sangat terbantu para teknisi dan ahli raptor dari Raptor Indonesia,” kata Iing Iryantoro, humas PPS Cikananga (PPSC) hari itu.
Dia mengatakan, Hoki dan August sudah lama menempati kandang rehabilitasi di PPSC. August masuk PPSC 17 Agustus 2005,  dan Hoki 20 Juni 2012 . Menurut Iing, Hoki mempunyai daya tahan tinggi hingga bisa melewati elang-elang lain yang sudah lebih lama tinggal di PPSC.  “Hoki kita selamatkan dari Jampang Tengah. Waktu itu kita mendapat laporan masyarakat yang ingin menyerahkan elang. Sedang August hasil translokasi dari Konservasi Nusantara di Bandung.“
Takokak dipilih sebagai tempat pelepasliaran karena hasil kajian Inge Tielen dari University Wegeningen mengatakan kawasan cagar alam ini masih bagus dan terjaga. Luas wilayah Takokak 50 hektar dan terjaga meski dikelilingi lahan Perum Perhutani yang rusak parah. Di Takokak, masih ditemukan lutung, surili, kucing hutan, babi hutan dan berbagai macam burung.
Masyarakat sekitar juga melaporkan masih ada macan di sana. Hal Itu terlihat dari jejak, suara dan kotoran. Menurut Iing, proses rilis cukup panjang memelukan sosialisasi ke masyarakat tiga bulan dan satu bulan survei habitat.  Mereka memilih Takokak juga berdasarkan rekomendasi Suaka Elang. “Hasil studi saya menunjukkan hal cukup signifikan. Di sini memungkinkan dilepasliarkan,” kata Inge Tielen.
Ada delapan titik di Takokak yang dikaji sebagai tempat rilis elang. Dari semua titik lokasi itu, hasil kajian Tielen menunjukkan kawasan Parabon layak sebagai lokasi rilis. “Ada beberapa elang siap rilis. Kita mungkin akan lakukan di kawasan ini juga, tapi di titik yang berbeda.”
Senada dikatakan mahasiswa IPB, Resa Retno Savitri. Perempuan yang terlibat dalam kegiatan pra hingga pasca rilis ini mengatakan ada beberapa tahapan sebelum rilis. “Kita harus memastikan ketersediaan pakan di kawasan. Kondisi hutan harus benar-benar dipertimbangkan. Setelah semua studi dilakukan kita membuat kandang habituasi.”
Pelepasliaran ini kerja sama antara PPS Cikananga dengan berbagai pihak antara lain BKSDA, Raptor Indonesia RAIN), Wanicare, Suaka Elang dan lain-lain. Sejak 2001 hingga 2013, PPSC merawat sekitar 100 elang dari berbagai spesies. Saat ini, masih ada 34 elang menempati kandang rehabilitasi di sana. Empat siap dirilis dalam waktu dekat. “Dua bulan lalu kita menerima kiriman elang dari BKSDA Jabar hasil sitaan dari perdagangan satwa. Ini menunjukan perdagangan elang masih sangat tinggi.”
Bangun Pusat Rehabilitasi Elang di Kamojang
Dalam kesempatan sama, Zaini Rakhman, Direktur Eksekutif RAIN mengatakan, RAIN akan membangun pusat rehabilitasi elang di kawasan Kamojang, Jabar. “Pusat rehabilitasi elang masih kurang. Kandang rehabilitasi yang dimiliki Suaka Elang dan beberapa pusat rehabilitasi tidak bisa menampung hasil sitaan. Jadi kami rasa sudah mendesak,” ujar dia.
Kini, RAIN masih mengkaji konsep pusat rehabilitasi yang akan dibangun. Dalam program ini, RAIN melibatkan BKSDA.
“Luas lahan yang disediakan 20 hektar, tapi kita gunakan hanya lima hektar. Lahan itu milik BKSDA. Untuk pendanaan ini dari CSR Pertamina. Mereka akan membantu kita sampai empat tahun ke depan.”  Nanti di sana juga akan dibangun pusat edukasi hingga orang bisa datang dan melihat elang. “Tapi ini berbeda dengan kebun binatang.”
Tim tengah mengecek sayap elang sebelum dilepasliarkan. Foto: PPS Cikananga
Tim tengah mengecek sayap elang sebelum dilepasliarkan. Foto: PPS Cikananga

Source : link
0 komentar

Mengapa Harimau Menyerang Manusia?

Diposting oleh Maysatria Label: Forestry, Konservasi
(Ilustrasi) Harimau Sumatera. Foto: Rhett A. Butler

Harimau Sumatera. Foto: Rhett A. Butler

Setelah lima hari terjebak di atas pohon untuk menghindari induk harimau Sumatera yang mengamuk, kelima pria yang memasang jerat dan membunuh seekor anak harimau Sumatera ini berhasil dievakuasi oleh tim penyelamat. Tim yang berjumlah kurang lebih 30 orang ini terdiri dari aparat kepolisian, TNI, pihak taman nasional, LSM, BKSDA setempat dan tim SAR. Sebelum tim ini menyelamatkan kelima pria ini, sejumlah penduduk desa sempat berupaya menyelamatkan mereka, namun akhirnya terpaksa berbalik karena kelima harimau masih menunggui di bawah pohon.
Tim penyelamat berhasil menemukan kelima pria yang masih ditunggui oleh lima ekor harimau Sumatera dewasa saat diselamatkan dari sebuah pohon di Taman Nasional Leuser di Aceh Tamiang. “Saya menerima kabar dari tim evakuasi bahwa mereka sudah berhasil diselamatkan  setelah tiga orang pawang berhasil menjauhkan harimau dari sekitar lokasi penyelamatan,” ungkap Letnan Satu Surya Purba, Juru Bicara pihak kepolisian setempat. Kelima pria yang selamat ini adalah Adi Susilo, Mujiono, Budi Setiawan, Suriadi, dan Awaludin.
Hutan di Kawasan Ekosistem Lestari, yang masih terjaga. Foto: Chik Rini
Hutan di Kawasan Ekosistem Lestari, yang masih terjaga. Foto: Chik Rini
Seperti dilansir oleh BBC.co.uk, Kepala Taman Nasional Leuser, Andi Basrul menyatakan bahwa para pencari kayu gaharu tersebut dibawa ke desa terdekat, yang berjarak enam jam berjalan kaki. Sementara Jamal Gayu dari Leuser International Foundation mengatakan bahwa kelima pria ini berada dalam kondisi sangat lemah setelah mereka tidak makan samasekali selama tiga hari, setelah lima hari terjebak di pohon.  Salah satu rekan mereka bernama David, sudah lebih dulu tewas setelah dicabik oleh harimau Sumatera yang mengamuk setelah anaknya mati terjerat jebakan besi yang dipasang para pencari gaharu ini.
Gaharu adalah sejenis kayu yang mengandung resin khas yang sangat wangi dan umumnya digunakan dalam industri parfum dan berharga sangat mahal. Harga setiap kilogram gaharu biasanya berkisar Rp 5 juta.
Keenam pria ini yang merupakan warga dari Desa Simpang Kiri di Kabupaten Aceh Tamiang ini memasuki kawasan taman nasional untuk mencari gaharu pada hari Selasa, 2 Juli 2013 silam, dan dalam perjalanan mereka terpaksa berurusan dengan harimau Sumatera pada Kamis 4 Juli 2013 silam.
Harimau Sumatera juga salah satu penghuni rawa Tripa
Harimau Sumatera salah satu kucing besar yang tersisa di Asia. foto: Greenpeace
Dalam perjalanan, biasanya para pencari gaharu ini biasanya mencari satwa di hutan untuk dijadikan bahan makanan. Hal yang sama dilakukani dengan keenam pria yang mulai masuk ke hutan sejak pekan lalu ini. Mereka memasang jerat dari tali besi untuk menangkap rusa. Sayang, bukan rusa yang didapat, namun justru anak harimau yang masuk perangkap. Anak harimau ini pun mati dan sontak membuat induknya mengamuk dan membunuh David yang saat itu masih dalam jangkauannya. Sementara kelima rekan David yang lain, berhasil menyelamatkan diri dengan naik ke pohon untuk menyelamatkan diri.
Sejak itu, kelima pria ini tertahan di atas pohon, karena induk harimau tersebut belakangan ditemani oleh empat individu harimau Sumatera lainnya, dan mengepung mereka hingga saat mereka dievakuasi lima hari kemudian.
Harimau Masuk Kampung, Atau Manusia Membongkar Hutan?
Taman Nasional Leuser sendiri adalah salah satu habitat utama harimau Sumatera yang masih tersisa. Namun ekspansi pembangunan hingga ke dalam kawasan hutan, terus menekan habitat satwa-satwa yang masih tersisa di alam liar ini. Akibat tekanan ini, sejumlah satwa besar seringkali dinilai memasuki wilayah manusia, dan bukan sebaliknya.
Peta perubahan bentang lahan
Peta perubahan bentang lahan dan kawasan hutan di Aceh berdasarkan periode waktu. Sumber: Presentasi Graham Usher/ SOCP
Pembangunan jalan tembus antarkabupaten dalam 10 tahun terakhir di Aceh sendiri telah memutuskan sedikitnya enam koridor satwa di kawasan hutan ekosistem Leuser dan ekosistem Ulu Masen. Ini merupakan dua kawasan hutan penting di Sumatera, seluas 3,3 juta hektare. Ia juga menjadi satu-satunya tempat masih ditemukan empat spesies satwa Sumatera yang terancam punah: gajah Sumatera, harimau Sumatera, badak Sumatera dan orangutan Sumatera. Kawasan ini juga menyimpan 4.500 spesies flora dan fauna Indo Malaya, sebagian sangat langka.
Tak hanya di Aceh, peristiwa serupa juga terjadi di beberapa kawasan lain di Sumatera. Akibat hilangnya habitat ini, satwa-satwa besar, termasuk harimau Sumatera seringkali mejelajah wilayah yang dulu merupakan wilayahnya. Pada bulan Mei 2012 silam seekor harimau Sumatera masuk ke kawasan penduduk di desa Tanjung Petai, Kecamatan V Kuto, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu awal Mei 2012 silam. Peristiwa ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya seorang penduduk desa juga dikejar harimau, namun berhasil melarikan diri dan tidak mengalami luka fisik.
Peta kepekaan Aceh
Peta kombinasi kepekaan lingkungan di Aceh. Sumber: Presentasi Graham Usher/ SOCP
Sementara di akhir Mei 2012, seekor harimau Sumatra betina terjebak jerat rusa di Desa Muara Hemat, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Jambi. Harimau dengan panjang 147 cm dan tinggi 58 cm ini terjerat sling baja di sebuah semak belukar, di ladang desa tersebut. Kondisi lokasi yang sangat padat semak belukar membuat tim evakuasi yang bertugas mengalami kesulitan untuk segera melepaskan harimau tersebut dari jerat.
Peristiwa lainnya terjadi pada akhir Februari 2013 silam, saat warga desa Muaro Sebo dan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Jambi tengah diresahkan dengan munculnya harimau di desa mereka. Bahkan 28 Februari 2013 silam, seorang warga desa Muaro Sebo mengaku telah diserang harimau.
Berbagai kasus ini terus bertambah seiring dengan semakin maraknya laju hilangnya hutan yang menjadi habitat satwa-satwa besar di Sumatera.
Harimau Mahluk Yang Sensitif
Seorang Peneliti Indonesia di kampus Virginia Tech, Virginia, Amerika Serikat bernama Sunarto bersama dengan mitranya merilis hasil penelitian terkait harimau Sumatera. Penelitian yang berjudul “Threatened predator on the equator: Multi-point abundance estimates of the tiger Panthera tigris in central Sumatra” ini telah dimuat di jurnal ilmiah Oryx – The International Journal of Conservation bulan April 2013 silam. Penelitian ini mengungkapkan tentang gangguan yang dialami oleh Harimau Sumatera akibat kehadiran manusia yang mengakibatkan rendahnya kepadatan populasi Harimau Sumatera di habitat mereka.
Tabel: Penurunan Jumlah Harimau Sumatera
Tabel: Penurunan Jumlah Harimau Sumatera
“Harimau tak hanya terancam dengan hilangnya habitat akibat deforestasi dan perburuan, namun mereka juga sangat sensitif terhadap kehadiran manusia,” ungkap Sunarto. “Mereka bukan hanya tidak bisa bertahan di wilayah-wilayah dengan daya dukung yang memadai, namun mereka bahkan tidak bisa hidup di hutan yang memang sudah pas untuk mereka, jika di dalamnya terlalu banyak terjadi aktivitas yang dilakukan oleh manusia.”
Fenomena ini, tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejumlah negara Asia lainnya, juga menjadi arena konflik kepentingan antara harimau dan manusia, yang umumnya dimenangkan oleh manusia.
Lebih dari 1400 Harimau Tewas di Asia
Sementara sebuah kompilasi laporan terkini yang dirilis oleh lembaga yang melakukan monitoring dan pencegahan perdagangan satwa liar dunia, TRAFFIC menyatakan setidaknya 1425 ekor harimau sudah ditangkap di Asia dalam 13 tahun terakhir. Namun dari data di dalam laporan berjudul Reduced to Skin and Bones Revisited yang meliputi 13 negara, Kamboja adalah yang terparah, tak ada data jumlah penangkapan harimau yang tercatat selama periode tersebut.
Salah satu gudang di Cina berisi tumpukan kult harimau yang siap diolah untuk dijual. Perburuan liar harimau untuk diambil kulitnya menjadi salah satu penyebab hilangnya populasi harimau secara drastis di dunia. Foto: Environmental Investigation Agency
Salah satu gudang di Cina berisi tumpukan kult harimau yang siap diolah untuk dijual. Perburuan liar harimau untuk diambil kulitnya menjadi salah satu penyebab hilangnya populasi harimau secara drastis di dunia. Foto: Environmental Investigation Agency
Dalam anĂ¡lisis laporan ini terlihat jelas bahwa kendati upaya perlawanan dan pencegahan terus dilakukan dalam perdagangan bagian-bagian tubuh harimau, namun kondisi di lapangan membuktikan bahwa hal ini tetap menjadi perhatian utama karena masih terus terjadi, ungkap TRAFFIC. Sekitar 654 ekor harimau dibunuh dan bagian tubuhnya diperjualbelikan, mulai dari kulit hingga tulang, lalu gigi, telapak kaki dan tengkoraknya selama periode ini, atau sekitar 110 ekor harimau mati diburu setiap tahun, dengan angka rata-rata dua ekor atau lebih setiap minggunya.
Peristiwa yang terjadi di Aceh Tamiang, kembali mengingatkan, bahwa manusia masih menjadi momok menakutkan bagi satwa-satwa besar yang dilindungi. Serangan harimau Sumatera terhadap pencari gaharu, tak perlu terjadi seandainya kita bijaksana dalam berperilaku di dalam hutan. Dan jangan pernah lupa, manusia bukan mahluk tunggal penghuni Bumi ini.

Source : link
0 komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2013 (309)
    • ►  Desember (14)
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ▼  Juli (20)
      • Pelatihan Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan Hi...
      • Pemilu 2014, Pilih Kandidat Pro Lingkungan
      • Penelitian: Evolusi Spesies Terlambat 10.000 Kali ...
      • Sangihe dan Sitaro, Dua Kawasan Penting Burung Dal...
      • Walik Benjol: Si Cantik Berdahi Mutiara Jingga
      • Lima Fakta: Mengapa Kayu Hutan Tropis Dunia Menyus...
      • Kebakaran Hutan: 74 Titik Api Ditemukan di Konsesi...
      • Petisi: Kemitraan Wilmar dan Kellog’s Akan Musnahk...
      • Peta Baru NASA Konfirmasikan Mayoritas Sumber Keba...
      • Hoki dan August Nikmati Alam Bebas di Hutan Takokak
      • Mengapa Harimau Menyerang Manusia?
      • Pantai Cemara Jambi: Destinasi Penting Migrasi Bur...
      • Briliyan Yolanda Pratiwi: Ingin Menjaga Hutan Jambi
      • Ramadhan 1434 H mohon maaf lahir dan batin
      • Metode Pengukuran Luas Daun / Indeks luas daun (IL...
      • Metode Pengukuran Luas Daun / Indeks luas daun (ILD)
      • 10 Desain Rumah Pohon Yang Keren
      • Upaya Mengembalikan Keindahan Jalak Bali ke Habita...
      • Penelitian: Evolusi Genetika Kera Besar Dunia Lebi...
      • Proyek Besar Kehutanan Australia di Kalimantan Ten...
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |