skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Kamis, 05 Desember 2013

Penyu Belimbing Kini Tak Lagi Satwa Terancam Punah

Diposting oleh Maysatria Label: Flora dan Fauna, Konservasi
Penyu belimbing atau leatherback sea turtle. Foto: Guy Marcovaldi

Penyu belimbing atau leatherback sea turtle. Foto: Guy Marcovaldi

Leatherback sea turtle atau penyu belimbing, yang merupakan penyu terbesar di dunia kini tak lagi masuk dalam satwa yang dikategorikan terancam punah (Critically endangered) dalam Daftar Merah IUCN terbaru. Daftar yang terkini, penyu belimbing kini masuk dalam kategori rentan (Vulnerable). Kendati demikian para ahli konservasi memperingatkan bahwa spesies ini masih belum sepenuhnya aman dan jumlahnya masih terus berkurang.
Dalam penelitian terbaru ditemukan bahwa populasi penyu belimbing di barat laut Samudera Atantik (di sepanjang Amerika Serikat dan Karibia) kini mulai mulai bertambah jumlahnya terkait upaya-upaya konservasi yang dilakukan. Sementara itu para pakar masih belum tahu pasti bagaimana populasi penyu belimbing di tenggara Samudera Atlantik (terutama di Gabon) yang masih merupakan populasi terbesar penyu belimbing.
Namun, situasi di Samudera Pasifik jauh lebih rentan. Populasi penyu belimbing di bagian timur Samudera Pasifik turun hingga 97% dalam tiga generasi penyu belimbing, sementara di sisi barat Samudera Pasifik populasinya menurun hingga 80% di periode yang sama.
Salah satunya di Indonesia, yang menjadi habitat penyu belimbing. Populasinya hanya tersisa sedikit saja dari sebelumnya (2.983 sarang pada 1999 dari 13.000 sarang pada tahun 1984). Untuk mengatasi hal tersebut, tiga Negara yaitu Indonesia, PNG dan Kepulauan Solomon telah sepakat untuk melindungi habitat penyu belimbing melalui Mou Tri National Partnership Agreement.
Darah keluar dari bagian mulut penyu. Foto: Tommy Apriando
Salah satu penyu belimbing yang sempat terdampar di Pantai Srandakan Bantul, DIY, beberapa waktu lalu. Darah keluar dari bagian mulut penyu. Foto: Tommy Apriando
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh WWF-Indonesia, migrasi penyu belimbing yang bertelur di Pantai Utara Papua Barat (Abun) menunjukkan bahwa sebagian satwa langka itu juga bermigrasi ke perairan Kei Kecil untuk mengejar mangsanya (ubur-ubur raksasa).
Namun ketika bermigrasi ke Kei Kecil untuk mencari makan, Penyu Belimbing tidak begitu saja bebas dari ancaman. Praktik pembukaan hutan di sekitar kawasan pantai peneluran serta tangkapan sampingan oleh aktivitas perikanan yang sering kali lokasi tangkapnya timpang tindih dengan habitat pakannya adalah sejumlah faktor yang mengancam kepunahan reptil terbesar itu. Beberapa dekade yang lalu perburuan daging penyu untuk upacara adat juga turut menambah deret panjang ancaman terhadap Penyu Belimbing. Namun kini, praktik tersebut sudah jauh lebih berkurang.
Penyu belimbing atau Dermochelys coriacea adalah satu dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia, enam diantaranya bisa dijumpai di Indonesia. Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) umumnya mempunyai panjang karapas 1-1,75 meter. Sedangkan panjang total umumnya 1,83-2,2 meter. Berat rata-rata penyu belimbing adalah 250-700 kilogram. Meskipun spesies terbesar yang pernah ditemukan (di pantai barat Wales tahun 1988) mempunyai panjang 3 meter (9,8 kaki) dari kepala sampai ekor dengan berat 916 kg.
Selain ukurannya yang besar, penyu belimbing, sebagaimana jenis penyu lainnya pun sebagai penjelajah lautan yang handal. WWF Indonesia bekerjasama dengan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) pada Juli 2003 memasang transmitter di punggung sepuluh ekor penyu belimbing yang dilepas dari pantai Jamursba Medi, Papua. Pada Mei 2005, berdasarkan pengamatan satelit, penyu tersebut diketahui berada di Monteray Bay, sekitar 25 km dari Golden Bridge, San Fransisco, Amerika Serikat.

Source : link

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2013 (309)
    • ▼  Desember (14)
      • Tujuh Alasan Penggusuran PT. Asiatic Persada Terha...
      • Puluhan Tahun Berlanjut, Asiatic Persada Terus Mem...
      • Perusahaan Kelapa Sawit Asiatic Persada Usir Paksa...
      • Kepudang Kuduk Hitam, Si Pesolek Simbol Keselarasan
      • Kearifan Lokal: Wanatani Masyarakat Selamatkan Gam...
      • Udang Mantis, Si Petinju Bungkuk Bermata Pelik
      • Lovebird, si Kicauan Merdu Penghuni Sangkar Emas
      • Penelitian: Keragaman Hayati Tropis Kaya, Namun Ka...
      • Penyu Belimbing Kini Tak Lagi Satwa Terancam Punah
      • Konservasi Satwa Liar: Mengapa Kukang Harus Dilind...
      • Anggota Keluarga Baru Orangutan Taman Nasional Kutai
      • Ikan Pari Manta, Sang Raksasa Tak Berbahaya
      • “Madu Alam” dari Hutan Desa di Bantaeng
      • Inilah Delapan Tempat di Indonesia yang Penting un...
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |