skip to main | skip to sidebar

Silva Dream

Konsep Bumi Kita

  • Home
  • Gallery
  • Contact me
  • About Me

Kamis, 05 Desember 2013

Anggota Keluarga Baru Orangutan Taman Nasional Kutai

Diposting oleh Maysatria Label: Flora dan Fauna, Konservasi, News
Anggota baru keluarga orangutan di Taman Nasional Kutai, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Foto: Pur

Anggota baru keluarga orangutan di Taman Nasional Kutai, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Foto: Purwo Kuncoro/TNK

Kabar gembira datang dari Taman Nasional Kutai (TNK) yang terletak di Kabupaten Kutai Timur, provinsi Kalimantan Timur. Jumlah orangutan kalimantan penghuni taman nasional ini bertambah lagi setelah Putri orangutan betina berumur sekitar 30 tahun kembali melahirkan anak.
“Putri adalah orangutan betina yang berdomisili di kawasan penelitian Bendili – Mentoko dan telah melahirkan bayinya sekitar 3 minggu yang lalu” kata Purwo Kuncoro, Field Research Manager, Orangutan Kutai Project. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Purwo dan tim nya selama 3 tahun terakhir Putri telah memiliki 2 anak. Pur, anak Putri terdahulu diperkirakan telah berumur lebih dari lima tahun.
Menurut Purwo jarak kelahiran 5 hingga 6 tahun adalah jarak kelahiran normal bagi orangutan Kalimantan. Sedikit berbeda dengan kerabatnya yang berada di Sumatra, orangutan Sumatra memiliki jarak kelahiran yang sedikit lebih lama yaitu 6 hingga 7 tahun.
IMG_8518_edit
Bayi orangutan di Taman Nasional Kutai, sehat bersama induknya di habitat aslinya. Foto: Purwo Kuncoro
Kalimantan adalah satu dari dua pulau di Asia yang menjadi habitat orangutan. Di pulai ini terdapat 3 subspesies orangutan, yaitu : Pongo Pygmaeus Pygmaeus yang mendiami wilayah Kalimantan Barat, Pongo Pygmaeus Wurmbii yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah dan Pongo Pygmaeus Morio yang mendiami wilayah Kalimantan Timur.
“Pongo Pygmaeus Morio adalah subspesies orangutan kalimantan yang mampu beradaptasi dengan kondisi alam yang ekstrim” ungkap Purwo. Yang dimaksud dengan kondisi alam yang ekstrim menurut Purwo adalah kondisi hutan Kalimantan Timur yang memiliki iklim yang lebih kering karena jarang turun hujan. Kualitas tanahnya yang miskin mengakibatkan minimnya produktifitas hutan di wilayah ini.
“Hutan Kalimantan Timur tidak banyak menyediakan variasi jenis pakan sehingga orangutan di wilayah ini menjadikan kulit kayu sebagai variasi pakannya. Kebiasaan memakan kulit kayu ini menjadikan orangutan disini memiliki rahang yang lebih kuat jika dibandingkan dengan kerabatnya di Kalteng dan Kalbar” jelas Purwo. Kondisi alam yang berbeda dengan wilayah lain di Kalimantan ini menurutnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi dan evolusi orangutan Kalimantan Timur.
Taman Nasional Kutai, habitat orangutan yang rentan perambahan. Foto: Pur
Taman Nasional Kutai, habitat orangutan yang rentan perambahan. Foto: Purwo Kuncoro
Foto: Pur
Foto: Purwo Kuncoro
Pada tahun 2010 Balai TNK, Universitas Mulawarman dan Orangutan Conservation Services Program (OCSP) melakukan survey populasi orangutan di TNK. Hasil survey ini memperkirakan setidaknya terdapat 2.000 orangutan yang hidup dalam kawasan dengan luas 198.629 hektar ini. Perambahan, perburuan satwa dan penyelesaian konflik lahan antar masyarakat dan pemerintah yang lamban mengakibatkan kondisi taman nasional ini semakin memprihatinkan. Kondisi ini juga mengakibatkan ancaman bagi keberlangsungan hidup orangutan dan satwa lain yang berada dalam kawasan yang statusnya dilindungi ini meningkat tajam.

Source : link

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsored

  • banners
  • banners
  • banners
  • banners

Kategori

  • Flora dan Fauna (128)
  • Forestry (312)
  • Mangrove (82)

Archive

  • ►  2015 (20)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (17)
  • ►  2014 (43)
    • ►  Agustus (13)
    • ►  Mei (9)
    • ►  April (8)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (7)
  • ▼  2013 (309)
    • ▼  Desember (14)
      • Tujuh Alasan Penggusuran PT. Asiatic Persada Terha...
      • Puluhan Tahun Berlanjut, Asiatic Persada Terus Mem...
      • Perusahaan Kelapa Sawit Asiatic Persada Usir Paksa...
      • Kepudang Kuduk Hitam, Si Pesolek Simbol Keselarasan
      • Kearifan Lokal: Wanatani Masyarakat Selamatkan Gam...
      • Udang Mantis, Si Petinju Bungkuk Bermata Pelik
      • Lovebird, si Kicauan Merdu Penghuni Sangkar Emas
      • Penelitian: Keragaman Hayati Tropis Kaya, Namun Ka...
      • Penyu Belimbing Kini Tak Lagi Satwa Terancam Punah
      • Konservasi Satwa Liar: Mengapa Kukang Harus Dilind...
      • Anggota Keluarga Baru Orangutan Taman Nasional Kutai
      • Ikan Pari Manta, Sang Raksasa Tak Berbahaya
      • “Madu Alam” dari Hutan Desa di Bantaeng
      • Inilah Delapan Tempat di Indonesia yang Penting un...
    • ►  November (97)
    • ►  Oktober (28)
    • ►  September (36)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (20)
    • ►  Juni (19)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (20)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (25)
  • ►  2012 (97)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (25)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (15)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (9)
    • ►  Februari (19)
    • ►  Januari (16)
  • ►  2011 (323)
    • ►  Desember (52)
    • ►  November (27)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (16)
    • ►  Maret (24)
    • ►  Februari (122)
    • ►  Januari (44)
  • ►  2010 (105)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (22)
    • ►  Agustus (79)

_______________

_______________

 

© My Private Blog
designed by Website Templates | Bloggerized by Yamato Maysatria |