Pari manta, si raksasa yang tak berbahaya. Foto: Wisuda
Ikan pari yang ini, tidak seperti ikan pari yang anda bayangkan. Apalagi, jika anda menganggapnya hewan yang beracun dan mematikan, sehingga menyebabkan seorang biologist dan pembawa acara wildlife kenamaan dunia, yang berasal dari Australia, meninggal karena sengatannya. Ini bukanlah ikan pari yang itu. Sosoknya selalu dicari oleh para pehobi scuba diving, untuk dinikmati atau bahkan diabadikan keindahannya. Ikan pari Hantu, atau biasa dikenal dengan Pari Manta, nama ikannya.
Ikan pari manta (Manta birostris) adalah salah
satu spesies ikan pari terbesar di dunia. Lebar tubuhnya dari
ujung sirip dada ke ujung sirip lainnya mencapai hampir 6-8 meter
(kemungkinan lebih karena ada laporan yang mengatakan bahwa ada manta
yang lebar tubuhnya mencapai 9,1 meter). Bobot terberat manta sendiri
yang pernah diukur mencapai sekitar 3 ton.
Pari manta juga bukan merupakan pari yang beracun, ekornya tidak
mempunyai sengat seperti kebanyakan ikan pari lainnya. Ikan ini
belakangan juga dikategorikan sebagai “menuju terancam” (near threatened) oleh IUCN,
karena walaupun jumlahnya belum masuk kategori terancam punah, namun
pada masa depan diperkirakan populasinya akan menyusut hingga akhirnya
terancam punah. Populasi pari manta dianggap dekat dengan bahaya karena
tingginya kegiatan perikanan dan kondisi laut yang semakin terpolusi,
sementara siklus kelahiran mereka rendah. Selain itu, rumor yang
menyebutkan insang pari manta bisa sangat bermanfaat bagi kosmetik,
menyebabkan perburuan pari manta masih gencar dilakukan di beberapa
tempat, termasuk di Indonesia.
Manta dapat ditemukan di lautan tropis di seluruh dunia – kurang lebih antara 35o lintang utara hingga 35o lintang
selatan. Persebarannya yang luas dan penampilannya yang unik
menyebabkan ikan ini memiliki banyak nama mulai dari “manta Pasifik”,
“manta Atlantik”, “devil fish”, hingga “sea devil”. Di Indonesia
sendiri, pari manta memiliki aneka nama lokal seperti cawang
kalung, plampangan, serta pari kerbau (mungkin karena bagian tubuh mirip
tanduk di kepalanya sehingga ia dianggap mirip dengan kerbau, dan
dinamakan hantu karena besar badannya, sehingga menutupi cahaya matahari
ke dalam laut).
Kulit manta diselubungi lapisan lendir yang jauh lebih tebal
dibandingkan ikan pari kebanyakan. Lapisan lendir ini diduga ada
hubungannya untuk melindungi kulitnya yang rentan. Manta juga dianggap
lebih cerdas dari pari yang lainnya, karena memiliki otak yang juga
lebih besar.
Ciri khas manta adalah sepasang “tanduk” di dekat mulutnya. “Tanduk”
ini sebenarnya adalah sepasang sirip sefala (kepala) yang membantu
memasukkan air laut yang mengandung plankton makanannya dan bisa ditekuk
ke dalam mulut. Di dalam mulutnya juga terdapat 300 gigi kecil
berbentuk pasak dan nyaris tersembunyi di bawah kulit. Gigi ini tidak
digunakan untuk makan, namun gigi ini berguna saat manta melakukan
perkawinan. Manta juga memiliki lima pasang celah insang di bagian bawah
tubuhnya untuk mengeluarkan air yang masuk melalui mulutnya. Di bagian
dalam celah insangnya terdapat tapis insang atau piringan penyaring (filter plate) yang
berfungsi untuk memerangkap plankton yang masuk bersama dengan air
laut. Makanan si ikan pari manta adalah plankton. Dalam sehari ia bisa
menyedot plankton sampai hitungan ton.
Manta memiliki warna yang bervariasi, mulai dari hitam, biru
keabu-abuan, cokelat, hingga nyaris putih. Pola warna pada tubuh manta
juga bervariasi di mana pada pari manta yang ditemukan di Pasifik timur
bagian bawah tubuhnya berwarna dominan hitam, sementara pada jenis pari
manta yang ditemukan di Pasifik barat, warna bagian bawah tubuhnya
pucat. Belum diketahui apa fungsi dan penyebab dari pewarnaan bervariasi
ini, namun warnanya yang bervariasi memudahkan para ilmuwan untuk
membedakan manta dari wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Hal unik
lain seputar pewarnaan manta adalah mereka memiliki semacam pola di
bagian bahu serta bawah tubuhnya dan pola-pola ini berbeda pada setiap
individu manta sehingga dianggap mirip dengan sidik jari pada manusia.
Keelokan dan tarian gemulainya selalu dinanti oleh turis dalm negeri
maupun mancanegara. Di Indonesia, para pehobi selam dapat menemui ikan
ini di banyak tempat, diantaranya perairan Nusa Penida Bali,
sangalaki-derawan, Raja Ampat, Taman Nasional Komodo, dan Alor.
Indonesia sangat beruntung memiliki Ikan pari manta sebagai salah satu
primadona bawah lautnya. Keberlangsungannya perlu dipikirkan, agar tidak
punah oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab, yang hanya memikirkan
kepentingan bisnis semata.
Beberapa pihak terkait untungnya telah memikirkan hal ini. Studi
terbaru tentang pariwisata berbasis manta di tingkat global yang
dilakukan oleh LSM kelautan WildAid, Shark Savers, dan Manta Trust menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia sebagai
destinasi pariwisata manta, dengan estimasi keuntungan ekonomis langsung
sebesar lebih dari US$ 15 juta per tahunnya. Tidak dapat dipungkiri
keanekaragaman hayati Indonesia sangat tinggi termasuk jenis pari.
Dukungan pemerintah daerah dalam upaya perlindungan pari manta, juga
sangat besar pengaruhnya. Terbukti, dalam enam bulan terakhir, dua
lokasi tujuan pariwisata bahari terbesar di Indonesia, yaitu Raja Ampat
dan Manggarai Barat (salah satu kabupaten yang berada di Taman Nasional
Komodo) telah berkomitmen untuk mengelola secara baik hiu dan pari manta
yang ada di perairannya. Bahkan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat sudah
mengeluarkan Peraturan Daerah No.9 tahun 2012 tentang pelarangan
penangkapan hiu, pari manta, dan jenis-jenis ikan tertentu. Sedangkan
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, dalam waktu dekat berkomitmen
mengeluarkan Peraturan Bupati tentang wilayah konservasi bagi hiu dan
pari manta. Diharapkan, perlindungan terhadap hewan-hewan laut yang
semakin langka ini tetap konsisten dan berkelanjutan. Semua ini demi
keberlangsungan bumi kita di masa depan.
source : link
source : link
0 komentar:
Posting Komentar