Pondok-pondok para pemburu yang dibakar sebelum tim masuk. Foto: Lili Rambe
Operasi sapu jerat oleh Tiger protection & Conservation Unit (TPCU) Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) berhasil menemukan dan membongkar 40 jerat harimau aktif, sebanyak 23 di dalam dan 17 jerat di luar kawasan. Jika dibandingkan tahun lalu, sampai Juli 2013, terjadi kenaikan hingga 600 persen!
“Tahun 2012, operasi hanya menemukan enam jerat harimau aktif. Pada
operasi Juni-Juli 2013 ini juga menemukan 29 titik jerat harimau tidak
aktif, semua di luar TNKS,” kata Dian Risdianto, Kepala Seksi
Pengelolaan TNKS wilayah II di Jambi, Agustus 2013.
Dian mengatakan, peningkatan jerat ini erat dengan tingginya
permintaan harimau Sumatera, dan bagian-bagian tubuh di pasar gelap
dalam negeri ataupun internasional. Perburuan satwa pun meningkat.
Tim operasi telah menemukan dan membongkar 564 jerat satwa mangsa.
Pada 2012, tim operasi sapu jagat menemukan 102 jerat, dan tahun 2011
sebanyak 119 jerat. Hasil operasi sapu jerat ini menunjukkan terjadi
peningkatan temuan jerat satwa mangsa harimau (rusa, kijang, kambing
hutan, dan babi hutan) sekitar 50 persen.
Peningkatan jerat ini, juga menunjukkan pola perburuan harimau
berubah. “Biasa pemburu hanya memasang jerat satu sampai lima dalam satu
areal perburuan, saat ini memasang 5-10 jerat,” ucap Dian.
Keadaan ini, mengindikasikan para pemasang jerat ini profesional dan
memiliki modal untuk mendanai perburuan dengan menyediakan tali kawat
baja sekaligus menampung hasil buruan. Rata-rata harga tali kawat baja
untuk membuat satu jerat sekitar Rp300 ribu. Jadi, untuk membuat 10
jerat harimau memerlukan sekitar Rp3 juta di luar kebutuhan logistik
pemburu selama memasang dan memonitor jerat di dalam hutan.
Sampai saat ini, TPCU TNKS masih memproses penyelidikan para pelaku
perburuan. Ketika tim sapu jerat memasuki areal pemasangan jerat hanya
menemukan pondok–pondok kosong. Pemburu segera memusnahkan pondok–pondok
itu.
Tim memperkirakan, mereka mengetahui kedatangan tim operasi sapu
jerat karena selalu memonitor berkala. Hingga mereka bisa menghindar
atau melarikan diri saat tim masuk areal perburuan.
Sebelum operasi sapu jerat, tim TPCU TNKS telah mengadakan patroli
rimba pencegahan perburuan harimau rutin. Pada periode Januari hingga
Mei 2013, tim patroli berhasil menemukan dan membongkar 37 jerat
harimau. Tujuh jerat di dalam kawasan, sisanya di luar TNKS).
Harimau Sumatera, satu – satunya sub spesies di Indonesia yang masih
tersisa. Pada 1992, populasi harimau Sumatera, diperkirakan tersisa 400
di lima taman nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas,
Berbak dan Bukit Barisan Selatan dan dua suaka Margasatwa Kerumutan dan
Rimbang. Sekitar 100 harimau berada di luar tujuh kawasan konservasi. Di
kawasan TNKS, populasi harimau saat ini diperkirakan sekitar 160-an
individu.
0 komentar:
Posting Komentar