Orangutan dalam proses evakuasi karena berada di satu-satunya pohon yang ada di tengah kawasan bekas hutan yang berubah menjadi kebun sawit di Kalimantan Barat. Foto: YIARI
Pada 19 Agustus digagas menjadi Hari Orangutan Dunia. Setiap orang bisa ikut bergabung dan menyatakan kepedulian kepada orangutan lewat berbagai aksi.
“Di lahan saya ada sarang orangutan. Saya biasa lihat, saudara saya bilang nampaknya orangutan
lagi hamil,” kata Nariyah, warga Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat (Kalbar), pada April 2013. Nariyah merujuk pada ratusan
hektar lahan milik dia yang masih berhutan. Saat ini, penebangan
berlangsung di kawasan berhutan itu. Kayu-kayu dijual, lahan bakal
menjadi kebun sawit.
Entah bagaimana nasib orangutan yang bersarang di ‘kebun’ Nariyah
maupun di sekitar wilayah itu, kini. Kawasan sekitar lahan itu telah
dikelilingi perkebunan sawit skala besar, populasi orangutan pun makin
terdesak. Kehidupan mereka makin terjepit kala pohon-pohon di hutan
yang tersisa terus ditebangi.
Orangutan di lahan Nariyah, hanya satu dari sekian kasus keterancaman
hidup satwa langka ini. Di sekitar kawasan inipun dilaporkan beberapa
kali penemuan orangutan. Paling dramatis hampir setahun lalu, 26-27 Agustus 2012, orangutan di Wajok Hilir, tewas dalam proses evakuasi.
Data Walhi Kalbar menyebutkan, daerah di sekitar lokasi evakuasi
orangutan di Desa Wajok Hilir itu sudah dikepung perkebunan sawit.
Sedikitnya, ada tiga perusahaan menguasai kawasan, yakni PT Mitra
Andalan Sejahtera (PT MAS), PT Peniti Sungai Purun (PT PSP), dan PT
Bumi Pratama Khatulistiwa (PT BPK).
Dari data itu PT MAS memiliki luas 13.000 hektar berlokasi di Siantan
– Segedong. Izin lokasi sejak 2008 tapi belum memiliki hak guna usaha
(HGU). PT PSP menguasai areal 13.500 hektar di Anjungan, Sungai Pinyuh,
dan Segedong. Pada 2009, perusahaan ini sudah menanam. PT BPK memiliki
15.000 hektar di Sungai Ambawang dan beroperasi sejak 1995.
Sudahlah habitat terdesak, penangkapan orangutan untuk dipelihara
atau diperjualbelikan juga mengkhawatirkan. Di Kalbar, dari data
monitoring Yayasan Palung, Januari-November 2012 terutama di wilayah
pesisir, teridentifikasi 10 kasus pemeliharaan orangutan oleh
masyarakat. Beberapa di antaranya, pemeliharaan orangutan oleh
masyarakat yang berbatasan langsung dengan perkebunan sawit, bahkan ada
beberapa dari perkebunan.
Hasil pemantauan Yayasan Palung dan YIAR pada 2012, di Kabupaten
Ketapang, ada sekitar 17 orangutan diselamatkan baik dari masyarakat
maupun dari kawasan perusahaan.
Nasib miris orangutan terjadi di mana-mana. Tak hanya di Kalimantan
juga Sumatera. Satu contoh, Kamis 27 Juni 2013, orangutan betina dewasa
yang baru dijemput tim BKSDA Aceh, SOCP, dan YOSL-OIC tewas dalam
perjalanan ke pusat karantina orangutan SOCP di Sibolangit, Sumatra
Utara. Ia mengalami pukulan dan luka saat ditangkap masyarakat di Desa
Panton Luas, Kecamatan Sawang, Aceh Selatan.
Dari 1992-2000, populasi orangutan Sumatera, menurun sekitar 50
persen dan diperkirakan tersisa 7.000 an individu di alam bebas. Data
SOCP, sampai 2012, diperkirakan tinggal 6.000 an orangutan Sumatera.
Begitu juga orangutan Kalimantan, yang diprediksi berkurang 43 persen
dari 45.000 an.
Guna mengajak dan membangkitkan kepedulian terhadap keberlangsungan hidup orangutan, tiap 19 Agustus digagas menjadi Hari Orangutan Dunia.
Pada event perdana ini, pada hari itu masyarakat diajak memberikan
donasi kepada lembaga-lembaga yang selama ini sudah berjuang
menyelamatkan orangutan. Tak hanya itu, setiap orang bisa ikut berbagai aksi, seperti gerakan RAN, sampai menandatangani petisi agar pemerintah dan parlemen melindungi orangutan.
Dalam gawe ini, lima kelompok penyelamat orangutan akan
bertemu. Mereka adalah Borneo Orangutan Survival, International Animal
Rescue (Yayasan IAR), Sumatran Orangutan Conservation Programme
Orangutan Information Centre dan Centre for Orangutan Protection.
0 komentar:
Posting Komentar