Lahan hijau dunia makin menyusut. Studi Bank Dunia melaporkan hutan di seluruh dunia menyusut seluas lapangan sepak bola setiap dua detik. Masalah ini pun telah mewabah dengan cepat ke penjuru dunia melebihi apa yang diduga (global epidemic).
Laporan tersebut memperkirakan 90 persen kayu yang beredar di pasar dunia merupakan hasil pembalakan liar. Setiap tahun, kayu-kayu itu menghasilkan antara USD10 miliar sampai USD15 miliar.
Bank Dunia juga mengatakan sebagian besar penebangan dikendalikan oleh kejahatan yang terorganisir. Keuntungannya digunakan pula untuk menyuap pejabat pemerintah yang korup di semua tingkatan.
"Sistem peradilan pidana Kehutanan rusak. Meskipun data menarik dan bukti yang menunjukkan bahwa pembalakan liar adalah epidemi di seluruh dunia, kejahatan hutan paling tidak terdeteksi, tidak dilaporkan, atau diabaikan," kata laporan 56 halaman yang dirilis CNN, Selasa (20/3).
Studi itu dilakukan di empat negara yang kaya akan hutan yakni Brasil, Meksiko, Indonesia, dan Filipina. Dari studi itu, Bank Dunia menemukan bahwa kemungkinan dari penebang liar yang dikenakan sanksi di empat negara tersebut kurang dari 0,1 persen.
"Kita perlu memerangi kejahatan terorganisir pembalakan liar melebihi pengejaran gangster obat-obatan atau pemerasan," kata Jean Pesme, Manajer tim Integritas Keuangan Pasar Bank Dunia
Terlebih, kata laporan itu, kerugian penebangan liar tidak hanya mempertimbangkan keuangan. Tapi juga mempertimbangkan dampak buruk lingkungan, ekonomi, sosial, ancaman keanekaragaman hayati, emisi karbon meningkat, dan merusak mata pencaharian masyarakat pedesaan.
"Skala besar operasi ilegal dilakukan oleh jaringan kriminal yang canggih. Tindakan penegakan hukum perlu difokuskan pada 'dalang' di balik jaringan dan pejabat tinggi korup yang mengaktifkan dan melindungi mereka," kata laporan itu.
"Target-target itu perlu dikejar dengan kreativitas sistem peradilan pidana dan fokus yang jelas pada aturan-aturan peradilan serta prosedur yang terbukti paling efektif," lanjutnya. (CNN/Wrt3)
Source : link
Laporan tersebut memperkirakan 90 persen kayu yang beredar di pasar dunia merupakan hasil pembalakan liar. Setiap tahun, kayu-kayu itu menghasilkan antara USD10 miliar sampai USD15 miliar.
Bank Dunia juga mengatakan sebagian besar penebangan dikendalikan oleh kejahatan yang terorganisir. Keuntungannya digunakan pula untuk menyuap pejabat pemerintah yang korup di semua tingkatan.
"Sistem peradilan pidana Kehutanan rusak. Meskipun data menarik dan bukti yang menunjukkan bahwa pembalakan liar adalah epidemi di seluruh dunia, kejahatan hutan paling tidak terdeteksi, tidak dilaporkan, atau diabaikan," kata laporan 56 halaman yang dirilis CNN, Selasa (20/3).
Studi itu dilakukan di empat negara yang kaya akan hutan yakni Brasil, Meksiko, Indonesia, dan Filipina. Dari studi itu, Bank Dunia menemukan bahwa kemungkinan dari penebang liar yang dikenakan sanksi di empat negara tersebut kurang dari 0,1 persen.
"Kita perlu memerangi kejahatan terorganisir pembalakan liar melebihi pengejaran gangster obat-obatan atau pemerasan," kata Jean Pesme, Manajer tim Integritas Keuangan Pasar Bank Dunia
Terlebih, kata laporan itu, kerugian penebangan liar tidak hanya mempertimbangkan keuangan. Tapi juga mempertimbangkan dampak buruk lingkungan, ekonomi, sosial, ancaman keanekaragaman hayati, emisi karbon meningkat, dan merusak mata pencaharian masyarakat pedesaan.
"Skala besar operasi ilegal dilakukan oleh jaringan kriminal yang canggih. Tindakan penegakan hukum perlu difokuskan pada 'dalang' di balik jaringan dan pejabat tinggi korup yang mengaktifkan dan melindungi mereka," kata laporan itu.
"Target-target itu perlu dikejar dengan kreativitas sistem peradilan pidana dan fokus yang jelas pada aturan-aturan peradilan serta prosedur yang terbukti paling efektif," lanjutnya. (CNN/Wrt3)
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar