WWF menuding tisu yang diproduksi Asia Pulp & Paper merusak habitat harimau Sumatera. APP berdalih produk APP dibuat dari sumber yang berkesinambungan dan memenuhi standar sustainabilitas.
VHRmedia, Washington DC - World Wildlife Fund (WWF) menemukan kerusakan hutan yang mengganggu habitat harimau Sumatera. Diduga, Asia Pulp & Paper (APP) bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
“APP bertanggung jawab atas kerusakan hutan di Sumatra, lebih banyak daripada perusahaan lain,” demikian pernyataan resmi WWF yang dirilis Rabu (8/2).
Anak perusahaan Sinar Mas Grup tersebut terlibat dituduh menghancurkan lebih dari dua juta hektar hutan hujan tropis di Sumatra sejak tahun 1984. Hutan Sumatra adalah habitat bagi gajah, orangutan, badak, dan harimau.
Harimau Sumatra termasuk hewan langka, kini hanya sekitar 280 ekor.
Dua merek tisu terkenal, Paseo dan Livi, dibuat dari kertas APP. Paseo dipasarkan sebagai produk ritel, sedangkan Livi untuk perhotelan.
Di Amerika Serikat, Paseo termasuk merek tisu yang banyak digunakan. Oasis Brands, distributornya di AS, tidak merespon tuduhan terlibat merusak hutan Sumatra tersebut.
Philip Rundle, CEO Oasis Brands, mengeluarkan pernyataan resmi untuk membela APP. “Auditing yang ketat dan tanpa henti telah membuktikan, produk APP dibuat dari sumber yang berkesinambungan dan memenuhi standar sustainabilitas,” kata Philip, seperti dikutip msnbc.com.
WWF mempertanyakan pembelaan tersebut. “Operasi manajemen kehutanan APP di Indonesia tidak disertifikasi sebagai proyek yang berkelanjutan oleh pihak yang berkredibilitas,” ungkap Linda Kramme, ahli kehutanan WWF.
“Ada perusahaan pulp dan kertas di dunia yang mempekerjakan karyawan dan mendapatkan untung tanpa menghancurkan hutan tropis,” tambah Kramme.
Karena keterlibatan APP ini, delapan pengecer di AS, yaitu BI-LO, Brookshire Grocery Company, Delhaize Group (pemilik Food Lion), Harris Teeter, Kmart, Kroger, SUPERVALU, dan Weis Markets berhenti menjual produk Paseo.
“Kami memuji keputusan perusahaan-perusahaan itu, karena tidak lagi menjual produk itu di toko-toko mereka,” kata Jan Vertefeuille, ketua Kampanye WWF untuk Harimau, dikutip oleh earthtimes.org.
APP juga dituduh turut bertanggung jawab atas posisi Indonesia sebagai tiga negara penyumbang gas rumah kaca terbanyak di dunia. Enampuluh persen emisi karbon akibat pembakaran hutan berasal dari provinsi Riau, pusat operasi penggundulan hutan dan penggilingan pulp APP.
“Kami meminta pedagang eceran, grosir, dan pelanggan untuk tidak membeli produk Paseo atau Livi sampai APP berhenti menebangi hutan hujan di Sumatra,” kata Kramme untuk situs resmi WWF, worldwildlife.org.
WWF menyarankan untuk menggunakan produk tisu yang telah bersertifikat Forest Stewardship Council (FSC) atau yang dibuat dari serat 100 persen hasil daur ulang.
Ini bukan kali pertama operasi APP di hutan Sumatra diprotes. Sebagai bagian dari kampanye menyelamatkan hutan Indonesia, organisasi lingkungan hidup Greenpeace mengirimkan surat terbuka kepada Teguh Widjaja, CEO APP, pada 13 Juni 2011. Greenpeace merespon keputusan APP untuk melanjutkan pasokan serat dari kayu hutan alam hingga tahun 2015. (E3)
Foto: WWF
Source : link
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar