Pernahkah Anda membayangkan hidup tanpa aliran listrik dan air bersih? Atau mengabdi untuk negara tanpa digaji? Itulah yang terjadi pada seorang penjaga hutan negara atau rimbawan di Desa Soko, Paliyan, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Sunaryo merupakan satu di antara warga yang mengabdikan dirinya untuk melestarikan hutan negara. Jasa dan tanggung jawabnya cukup besar. Namun, tak pernah ia mendapat gaji dari pemerintah.
Sejak 20 tahun silam, ayah tujuh anak itu diangkat resort polisi hutan (RPH) Kehutanan Paliyan. Ia pun bertugas menjaga kelestarian hutan negara di petak 151, 152, dan 153. Ia harus menjaga populasi pohon di hutan negara dari pencurian. Tak tanggung-tanggung, Sunaryo telah menangkap lebih dari 100 pencuri di kawasan itu seorang diri.
Lantaran cintanya pada hutan, Sunaryo membawa istri dan anak-anaknya menetap di dalam rimba. Mereka menetap di sebuah gubug sederhana. Malam hari, mereka hanya mengandalkan lampu minyak sebagai penerangan. Sedangka keperluan air didapat dari sungai sekitar hutan.
Sunaryo telah bersusah payah menjaga hutan. Namun, tak pernah ia mendapat honor bulanan. Hanya sebidang tanah yang menjadi haknya. Itupun hanya rumput yang dapat tumbuh dan dijual sebagai pakan ternak. Dari hasil rumput, Sunaryo hanya mendapat penghasilan kurang dari Rp100 ribu per bulan.
Jangankan gaji, permintaan berbagai peralatan untuk melancarkan tugasnya pun belum direalisasikan. Seperti sepatu boot, lampu senter, dan jas hujan. Bahkan, ia tak pernah mendapat kunjungan polisi hutan atau Dinas Kehutanan yang mampir melihat kondisinya atau mengecek gubug reotnya.
Meski demikian, Sunaryo tetap melaksanakan tugas. Sungguh besar tanggung jawabnya mengingat hutan sangat penting bagi Indonesia. Sunaryo berharap mendapat perhatian dan kesejahteraan yang layak dari pemerintah.(Erwin Hidayat/RRN)
Source : link
Sunaryo merupakan satu di antara warga yang mengabdikan dirinya untuk melestarikan hutan negara. Jasa dan tanggung jawabnya cukup besar. Namun, tak pernah ia mendapat gaji dari pemerintah.
Sejak 20 tahun silam, ayah tujuh anak itu diangkat resort polisi hutan (RPH) Kehutanan Paliyan. Ia pun bertugas menjaga kelestarian hutan negara di petak 151, 152, dan 153. Ia harus menjaga populasi pohon di hutan negara dari pencurian. Tak tanggung-tanggung, Sunaryo telah menangkap lebih dari 100 pencuri di kawasan itu seorang diri.
Lantaran cintanya pada hutan, Sunaryo membawa istri dan anak-anaknya menetap di dalam rimba. Mereka menetap di sebuah gubug sederhana. Malam hari, mereka hanya mengandalkan lampu minyak sebagai penerangan. Sedangka keperluan air didapat dari sungai sekitar hutan.
Sunaryo telah bersusah payah menjaga hutan. Namun, tak pernah ia mendapat honor bulanan. Hanya sebidang tanah yang menjadi haknya. Itupun hanya rumput yang dapat tumbuh dan dijual sebagai pakan ternak. Dari hasil rumput, Sunaryo hanya mendapat penghasilan kurang dari Rp100 ribu per bulan.
Jangankan gaji, permintaan berbagai peralatan untuk melancarkan tugasnya pun belum direalisasikan. Seperti sepatu boot, lampu senter, dan jas hujan. Bahkan, ia tak pernah mendapat kunjungan polisi hutan atau Dinas Kehutanan yang mampir melihat kondisinya atau mengecek gubug reotnya.
Meski demikian, Sunaryo tetap melaksanakan tugas. Sungguh besar tanggung jawabnya mengingat hutan sangat penting bagi Indonesia. Sunaryo berharap mendapat perhatian dan kesejahteraan yang layak dari pemerintah.(Erwin Hidayat/RRN)
Source : link
0 komentar:
Posting Komentar