Hari itu, di balai Kampung Yabamaru Satuan Pemukiman (SP) IX,
Merauke, berkumpul dari pelajar SMA, mahasiswa, pengurus koperasi,
karang taruna sampai unsur pemerintah daerah. Lewat program energi
terbarukan dari WWF, puluhan orang ini akan latihan membuat arang briket
dari sekam padi dan limbah gergajian kayu.
Wanto Talubun, fasilitator dari WWF Merauke mengatakan, setiap panen
sekam padi menggunung di penggilingan. Keadaan ini menarik keinginan WWF
untuk mengolah menjadi bahan bakar terbarukan. Tak hanya sekam padi,
ampas kayu juga bisa. Terlebih, di Merauke, banyak tempat penggergajian
hingga memudahkan mereka memanfaatkan ampas kayu sebagai energi
terbarukan.
Menurut Wanto, tak sulit membuat briket dari sekam. Sekam padi,
katanya, dikeringkan dulu lalu dimasukkan ke drum atau alat pembakar
lain. Ia dibakar hingga menjadi arang dan dihaluskan.
Kemudian, setiap satu kg arang dicampur perekat dari tapioka 100 gr
dan 600 cc air mendidih dan dicampurkan. Setelah itu, adonan dimasukkan
ke cetakan briket, dan dipres dengan mesin hingga padat. “Terakhir
briket dijemur sampai kering lalu dijual,” katanya, Senin (11/8/14).
Paschalina Ch. M. Rahawarin, trans fly landscape manager WWF
Papua menguraikan, Indonesia kaya sumber daya alam termasuk bahan baku
energi. Sayangnya, selama ini yang dikuras banyak energi fosil.
Sumber-sumber gas bumi dieksplotasi dan menyisakan masalah lingkungan
dan sosial lebih besar. Untuk itu, pengembangan energi terbarukan harus
diusahakan. “Potensi begitu besar dari sumber-sumber terbarukan
hendaknya menjadi solusi yang harus dipikirkan bersama.”
Data BPS Merauke, produksi padi 2013 mencapai 144.946,82 hektar.
Terdapat sekitar 148 penggilingan padi rice miling unit di Merauke.
“Potensi besar untuk pengembangan briket sekam padi.”
Untuk itu, dia berharap, sekam padi ini jadi sumber energi
terbarukan. “Kedepan, mau melatih warga memanfaatkan limbah gergaji juga
minyak kayu putih,” kata Rahawarin.
0 komentar:
Posting Komentar